Chapter Twenty Four

4.8K 542 267
                                    

I decided to publish it when I listened to NCT 127 No Longer. Getting emotional because they are all good. Gosh 😭

I never ask these directly but please leave some comments and vote for this story. I need some motivations right now. That's it. Happy reading ^.^



“Because what’s worse than knowing you want something, besides knowing you can never have it?”
—James Patterson—

Tiga minggu berlalu sejak kedatangan tak terduga Irene ke penthouse yang berujung pada keputusan pertunangan yang mau tak mau diterima oleh Jaehyun dan Rose tanpa banyak perlawanan. Semua alasan mereka terdengar klasik sehingga Irene dapat dengan mudah menguasai permainan—tanpa tahu permainan macam apa yang sedang berlangsung di antara dua orang itu sebenarnya.

Selain jadi yang paling terkejut di antara mereka berdua, Rose juga menjadi pihak paling sibuk karena Irene lebih suka melibatkannya dengan dalih ‘lebih nyaman’ atau ‘kau akan menjadi pendamping penerus Alpha Inc.’ yang keduanya sulit dia elak. Jaehyun akhir-akhir ini kelihatan semakin sibuk dengan urusan perusahaan. Bahkan sekarang ia sedang berada di Tokyo untuk perjalanan bisnis empat hari tiga malam. Hal itu membuat Rose agak lega karena ia memang sedang butuh waktu sendiri setelah direcoki beberapa hal oleh Jessica. Pertunangannya dengan Jaehyun akan digelar awal Juni mendatang. Kendati masih 10 hari lagi, tapi ia sudah merasa gugup bahkan agak tertekan. Pertunangan ini akan dihadiri sejumlah tokoh penting di Korea—bahkan akan ada media yang meliputnya. Astaga, padahal Rose tidak begitu suka jadi sorotan.

“Hari ini aku ada jadwal fitting gaun. Ah, tempatnya di Dongdaemun, aku belum pernah ke sana sebelumnya. Sekarang? Aku baru selesai kerja.” Rose hanya menjawab rentetan pertanyaan yang dilayangkan Jaehyun dari seberang telpon. Ia sedang berdiri di depan pintu masuk rumah sakit dengan setelan santai yang membuatnya lebih mirip model street fashion alih-alih seorang dokter.

“Kau pergi sendiri?”

“Iya. Tadinya aku mau minta antar pada June, tapi dia sedang rotasi ke rumah sakit cabang. Selain itu, status baru June yang sudah lama dia nantikan nyatanya membuatku merasa sungkan untuk minta tolong padanya. Padahal selama tiga minggu ini June bersikap biasa saja—tetap sama seperti June yang aku kenal. Apa aku terlalu banyak berpikir ya?” kata Rose, merasa sedikit bingung dengan situasinya.

Saat June memberitahu kalau ia dan Lisa akhirnya berkencan, Rose bersorak sangat kencang. Pria itu patut diberikan pujian karena cukup berani mengajak seorang Lisa berkencan bahkan menciumnya saat sesi dansa di acara ulang tahunnya dan Bambam. Sayang sekali Rose melewatkan momen itu—andai Jaehyun tidak mengajaknya pulang lebih dulu. Ah, ia tidak bisa menyalahkan Jaehyun—terutama saat ia juga setuju untuk pulang karena merasa penat dengan suasana pesta. Bahkan 25 panggilan dari Eunwoo dibiarkan tidak terjawab karena malam itu ia dan Jaehyun sangat sibuk. Iya, benar-benar sibuk.

“Kau memang terlalu banyak berpikir.” Jaehyun menjawab santai. “Tapi dokter memang membutuhkan itu kan? Bayangkan kalau dokter malas berpikir—dunia medis tidak akan tumbuh sepesat ini. Kurasa itu baik buatmu, karena kau seorang dokter.”

“Ya, untuk bagian itu sih aku juga setuju,” gumam Rose mengamini. “Tapi terlalu banyak berpikir kadang membuat stress juga.”

“Want me help you to relieve some of it?” sahut Jaehyun dengan spontanitas yang sulit ditebak.

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang