Halo sahabat, selamat malam minggu~
It supposed to be uploaded last Thursday but lot of things happened so I postponed it. Don't forget to leave some comments and vote yaaa. Selamat membaca~
❄
❄
❄“To burn with desire and keep quiet about it is the greatest punishment we can bring on ourselves.”
—Federico Garcia Lorca—Ekspresi Jaehyun kelihatan sangat keruh. Seluruh sendi tubuhnya mendadak lemas, membuat sepasang kaki panjangnya tak lagi sanggup menopang bobot tubuh yang perlahan menyusut dari waktu ke waktu. Ponsel yang menghubungkannya dengan sang kakek beberapa menit lalu sudah tergeletak di atas lantai—kelihatan sama nahasnya dengan dirinya.
Jaehyun menyandarkan tubuhnya ke dinding yang menjadi batas lorong dengan ruang rapat—tolong jangan bayangkan sebuah lorong gelap yang kelihatan sama suramnya dengan ekspresi Jaehyun saat ini karena kantor pusat Alpha Inc. merupakan yang terbaik di seluruh negeri. Tangannya meraih ponsel yang ia jatuhkan, kemudian menekan nomor yang sengaja tak diberi nama dalam daftar panggilan kelima teratas. Jaehyun tak harus menunggu lama sampai orang di seberang telpon menjawab panggilannya dengan nada santun.
“Pak Shin, batalkan rapat dengan Étoile hari ini. Ada hal sangat penting yang harus aku urusi,” ujar Jaehyun sambil berdiri sedikit kesusahan. “Bilang pada Tuan Park Eunwoo kalau aku mengundur rapatnya. Dia memintaku datang dan bilang sendiri? Baiklah, suruh dia diam di ruang rapat. Peserta rapat lain bisa keluar sekarang.”
Saat Jaehyun memasuki ruang rapat, matanya bisa menangkap sorot dingin yang Eunwoo tujukan padanya. Pria itu sedang berdiri—sedikit menyandarkan bokong pada meja di belakang saat melayangkan pertanyaan tanpa basa-basi. “Kau sudah gila? Kenapa membatalkan rapat secara tiba-tiba?”
“Ada urusan lain yang lebih penting dari sekadar bisnis antara Alpha Inc. dan Étoile. Kau bisa membatalkan kerja sama ini jika merasa tindakanku tidak menguntungkan pihakmu. Aku sama sekali tidak keberatan,” kata Jaehyun masih dengan suara serak. Ia berusaha sekuat tenaga untuk terlihat kuat. Tapi pikiran tentang Rose benar-benar membuat kesadaran dan kelogisannya menguap.
“Pembatalan kerja sama hanya akan menimbulkan kerugian terhadap kedua belah pihak. Ini tidak seperti kita baru memulainya—kita sudah lebih dari setengah jalan dengan proyek ini sehingga kata-katamu barusan benar-benar konyol dan sangat tidak bertanggung jawab.” Eunwoo menuturkan ketidaksetujuannya dengan keras. “Kau memahami hal semacam itu, Jaehyun. Semua orang tahu betapa baiknya kualitasmu. Jangan bertindak bodoh dan bersikaplah dengan profesional. Aku tidak datang untuk mencari kerugian.”
“Semua kerugian itu tak ada artinya bagiku jika harus dibandingkan dengan keselamatan Rose. Kau mungkin selalu mendatanginya setiap waktu, tapi aku sangat yakin kalau kau tidak cukup spesial untuk dijadikan sebagai sandaran ketika wanitaku merasa terpukul dan ketakutan.” Perkataan Jaehyun secara praktis membuat kening Eunwoo berkerut. Suhu di ruang rapat mendadak panas, membuat situasi di antara keduanya menjadi sangat intens dan mencekam. Jaehyun melangkah dengan cara yang sombong kendati kakinya masih mengumpulkan kekuatan untuk melakukan semua pekerjaan itu dengan cara paling alami. Sorot matanya kembali jatuh menimpa Eunwoo—begitu tajam meski mengandung kepiluan. “Aku akan pergi ke Pocheon untuk menemui Rose. Seseorang berusaha mencelakainya. Aku tak bisa membiarkannya terus-terusan hidup dalam tekanan seperti ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Rosé ✔
Fanfiction[COMPLETED] Jaehyun does sleeping with girls but he will never date. Meanwhile Rose is being too focus on pursuing her career and wanna use Jaehyun for a revenge. They make a complete crazy couple. "For the rose, though its petals be torn asunder...