Chapter Fourteen

5.1K 643 147
                                    

"Never close your lips to those whom you have already opened your heart."
—Charles Dickens—

Jumat, 29 Maret
Pagi-pagi sekali Jaehyun sudah menjemput Rose ke apartemen studionya. Gadis itu memasuki mobil dengan langkah terhuyung kemudian langsung tertidur tepat setelah mendudukan diri dan memasang safety belt di pinggangnya. Bahkan Rose masih memegangi tote bag hitam yang sangat sering dibawa kemanapun ia berangkat. Hingga saat ini, Jaehyun belum mengetahui isi dalam tote bag tersebut.

Semalam Rose sempat marah-marah pada Jaehyun karena pria itu memintanya datang pagi dan bolos kerja. Sepanjang karirnya sebagai dokter, Rose hampir tidak pernah sekalipun absen kalau tidak benar-benar mendesak dan selalu datang tepat waktu. Ia hanya absen ketika sakit karena khawatir menularkan penyakitnya pada pasien dan pegawai lainnya di rumah sakit. Tapi hari ini, besok, dan lusa, Rose mungkin harus absen karena menghadiri acara ulang tahun ibu dan temannya Jaehyun. Three days in a row.

Rose sangat kesal pada Jaehyun dan Eunwoo. Ia kesulitan menolak karena sudah janji bakal datang ke acara mereka berdua. Jaehyun memintanya datang pagi-pagi untuk membantu karena ia masih tidak percaya diri dengan kuenya; sementara Eunwoo mengiriminya tiket pesawat pulang-pergi ke Jeju sekitar enam hari lalu karena pesta ulang tahun kecil-kecilannya akan dilaksanakan di sana selama dua hari satu malam.

Sebenarnya, kedua permintaan itu sempat Rose tolak—atau lebih tepatnya ia meminta kelonggaran waktu supaya bisa datang selepas kerja. Ia lebih senang merawat pasien di rumah sakit daripada bertemu dengan mereka berdua. Naasnya, Jaehyun dan Eunwoo, keduanya merupakan teman Bambam—putra pemilik rumah sakit tempat Rose bekerja. Mereka dengan mudah mendapat izin libur untuk Rose dari pihak rumah sakit. Relasi dan kekuasaan memang sangat menyeramkan.

Jaehyun sempat bicara kalau Jumat malam ia dan teman-temannya bakal langsung bertolak menuju Jeju menggunakan pesawat pribadi. Eunwoo juga sempat meminta Rose untuk ikut bersama mereka tapi dengan sopan gadis itu menolak. Ia mau tidur dulu di atas kasur kesayangannya, kemudian baru pergi sendiri dalam keadaan bebas dan berseka. Rose tidak bilang pada Jaehyun kalau ia juga diundang ke acara ulang tahunnya Eunwoo. Pikirnya, Jaehyun mungkin sudah tahu dari Eunwoo tapi karena tingkat kepeduliannya rendah, makannya pria itu hanya diam saja dan tidak pernah mengungkit hal itu di depannya.

Setibanya di rumah utama Keluarga Choi, Jaehyun sedikit mengguncang pundak Rose untuk membangunkannya. Gadis itu mengerjapkan mata kemudian menguceknya dengan pelan. Saat berniat mengangkat kedua tangannya, Rose sedikit terkejut ketika mendapati mantel cokelat milik Jaehyun menutupi sebagian tubuhnya.

"Aku cuma khawatir kau bakal kedinginan karena pakai gaun pendek seperti itu. Kau boleh menyimpan mantelku. Aku punya sangat banyak di rumah." Jaehyun bicara sebelum turun dan membukakan pintu mobilnya untuk Rose. Ia bersikap seperti Tuan Rumah yang sangat baik dalam menjamu tamunya.

Tepat sedetik setelah Rose menapakkan kedua kakinya di atas halaman rumah Jaehyun, matanya berpendar dan dibuat takjub dengan pemandangan yang didapatnya. Rose dengan susah payah menahan ketakjubannya. Rumah ini bahkan kelihatan jauh lebih keren dibanding penthouse Jaehyun. Sangat sulit untuk tidak jadi orang udik terutama kalau kau berasal dari keluarga yang biasa saja kemudian secara tiba-tiba diberi kesempatan untuk masuk dalam pusaran orang-orang sangat kaya seperti Jaehyun.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang