Chapter Thirty Three

4.4K 487 241
                                    

It's a good day that I wanna publish it now. Have a great night and happy reading. I'll learn How You Like That's choreo now~



“I love you, and I will love you until I die, and if there's a life after that, I'll love you then.”
—Cassandra Clare—

Langit di luar masih gelap. Ini masih pukul enam pagi, tapi Jaehyun sudah siap dengan setelan casual dan rambut rapih yang membuat Rose mengeryit heran. Dia memang bilang tentang rencana jalan-jalan mereka, tapi apa harus sepagi ini? Keduanya bahkan baru tidur jam tiga setelah bercerita tentang hari-hari panjang mereka yang melelahkan.

“Jaehyun, apa kita harus pergi sepagi ini?” tanya Rose sambil melipat sweater cokelatnya. “Maksudku, tempat-tempat yang akan kita kunjungi tidak akan kemana-mana bahkan kalau kita datang siang sekalipun.”

Jaehyun mengarahkan senyumannya pada Rose. “Tempatnya memang tidak akan kemana-mana. Aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu di luar denganmu. Bukankah kamar ini sedikit terlalu penat? Selain itu, fakta bahwa mamahku ada di kamar sebelah agak membuatku tidak nyaman. Entahlah, aku hanya mau menghabiskan lebih banyak waktu denganmu—dalam keadaan senang dan sadar.”

“Memang biasanya kau tidak sadar?” sahut Rose.

“Roseanne sayangku, pikirmu siapa yang sering membuat kesadaranku menghilang?” Jaehyun melempar jawaban yang membuat wajah Rose bersemu karena malu. Perempuan itu buru-buru melempar muka, pura-pura tidak paham dengan maksud perkataan Jaehyun. “Kau tidak memakai sweater? Udara di luar mungkin bakal lebih dingin mengingat ini sudah berada di penghujung September.”

Rose menggeleng. “Tidak. Kurasa gaun polkadot hitam yang kupakai hari ini tidak begitu cocok kalau dipadukan dengan sweater. Aku akan membawanya sih. Jaga-jaga kalau udaranya jadi semakin dingin.”

“Meski tidak cocok, kau akan tetap kelihatan cantik.”

Pujian yang datang dengan spontanitas tanpa batas membuat Rose tersenyum. Jaehyun mungkin tidak bermaksud membuatnya senang, tapi tetap saja kata-katanya terdengar sangat manis dan menyenangkan. Pria itu menjadi sangat jujur. Ia benar-benar menjauhkan kebohongan dan sikap tidak terpuji lain dari hidupnya. Jaehyun hanya berusaha untuk menata kembali hidupnya—berusaha membuat dirinya lebih pantas untuk Rose.

Sambil duduk di atas sofa, kedua mata Jaehyun hanya terpatri pada Rose. Mengamati setiap gerakan perempuan yang membuat hidupnya kembali membaik seperti semula—atau bahkan lebih baik lagi. Ia sedikit menyanyikan penggalan lagu Perfect, membuat Rose secara spontan ikut bersenandung. “I found a girl, beautiful and sweet. Oh, I never knew you were the someone waiting for me. Cause we were just kids when we fell in love...”

“Not knowing what it was. I will not give you up this time,” sambung Rose sambil tersenyum dan meraih uluran tangan Jaehyun—membawanya dalam tarian yang tidak terlalu buruk kali ini.

“Darling, just kiss me slow. Your heart is all I own. And in your eyes, you’re holding mine.” Jaehyun mengakhiri nyanyiannya dengan sebuah kecupan yang mengunci bibirnya dan Rose. Ia memeluk perempuan itu dengan kelembutan yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun sebelumnya. “Darling you look perfect...”

“... tonight.”

“No. You look perfect all the time,” ralat Jaehyun disertai kekeh kecil yang membuat Rose mengerutkan hidungnya.

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang