Chapter Fifty Six

4.6K 486 176
                                    

Hello~
I try to be more productive these days. I will wake up at 4.30, doing a meditation then my morning exercises afterwards. The things are all messy here and it will never be. But well, I will try to be more positive by going bed on time, make my daily schedule, eat properly, and do home exercises to get stronger. Lah malah curhat. Hmmm

Rosé kembali sesuai yang dijadwalkan. Jangan lupa tinggalkan votes dan comments yaaa. It's actually so simple and won't hurt at all. Okay, selamat membaca ma luvs~




“My bounty is as boundless as the sea, My love as deep; the more I give to thee, The more I have, for both are infinite.”
—William Shakespeare—

Baltimore: 9.25 P.M.
Rose berdiri di depan Operating Room dengan tangan gemetar. Air matanya tak berhenti mengalir bahkan sejak ia menginjakkan kakinya kembali di Johns Hopkins Hospital sekitar satu jam yang lalu. Ia menggigit ujung jarinya, merasakan kekhawatiran semakin membubung mencapai puncak kepala—membuatnya sangat pening.

Ia berusaha menjaga punggungnya tetap tegak di tengah kecamuk perasaan cemas sekaligus harap yang ditanggungnya sendirian. Irene, Lisa, dan June belum sampai ke Baltimore. Mereka belum tahu tentang kabar ini karena masih berada dalam pesawat. Sementara Eunwoo, Jungkook, dan Bambam sudah diberitahu oleh Tuan Jang yang datang sedikit telat. Jungkook dan Bambam memutuskan untuk terbang langsung ke Baltimore; sedangkan Eunwoo tetap tinggal untuk menginterogasi Mina dan Mingyu yang berhasil ditemukan di salah satu kota kecil di bagian selatan Korea.

Penangkapan itu senyap dan jauh dari kabar media. Ia tak mau membuat terlalu banyak keributan. Terutama dengan kondisi Jaehyun dan Rose saat ini. Eunwoo tidak peduli dengan hidup Mina ataupun Mingyu yang akan tetap berjalan lancar karena mereka memiliki puluhan pengacara bersamanya. Benar-benar sebuah ironi di negeri besar yang dikuasai para petinggi serakah dan tidak tahu aturan. Tapi satu-satunya hal yang Eunwoo pedulikan hanyalah keselamatan teman-temannya, terutama Rose. Perempuan itu sangat mencintai Jaehyun. Peristiwa ini pasti jadi pukulan yang sangat berat baginya. Ia tidak bisa membayangkan akan jadi sekacau apa Rose seandainya sesuatu yang lebih buruk terjadi pada Jaehyun. Eunwoo hanya akan menggeleng, meyakinkan kalau semuanya akan baik-baik saja.

Sepanjang hidupnya, Rose tak pernah merasakan kekalutan sebesar ini. Ia hanya menangis dengan tubuh gemetar, mengabaikan semua ketidaknyamanan lain termasuk gaunnya yang kotor oleh darah. Kendati merasa sangat lelah, Rose sama sekali enggan untuk duduk atau beranjak sejengkal saja dari tempatnya berdiri. Ia hanya berdiri tepat di depan pintu OR, menunggu hingga operasi selesai sambil mendoakan keselamatan Jaehyun. Dia akan selamat, dia akan baik-baik saja.

Tubuhnya bergerak dengan cepat—menghampiri seorang pria paruh baya berambut gelap dan bertubuh tinggi yang baru keluar dari OR. Katanya dengan suara serak, “How was the operation? Was it going well? Is he okay now?”

Dokter senior yang menjadi head surgeon untuk operasi Jaehyun itu mengulas senyum hangat. Ia menjawab setelah memberikan anggukan yang membuat Rose hampir melorot di atas lantai. “Yes, Miss Park. He is safe now.”

Rosé ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang