17. Maaf

860 44 2
                                    

Malam ini,seorang gadis tengah berdiam diri di balkon kamarnya sambil menatap bintang yg ada diatas sana. Dia memejamkan matanya seraya angin menyeruak kedalam kulitnya,dingin. Itulah yg dirasakannya,namun tak ada niatan dia untuk beranjak dari balkon kamarnya. Ara sedang menatap kosong bintang diatas sana,dia bingung mengapa takdir mempermainkannya? Tak cukupkah takdir mengambil ayahnya? Dan sekarang? Vanza,entah kata apa yg pantas disebut untuk pria itu,Ara merasakan sakit ketika dia bilang kepada masalalunya bahwa dirinya masih sayang. Ara menghembuskan nafasnya panjang seraya tersenyum.

"Gue gaboleh lemah,gue kuat" ucap Ara memberikan semangat pada dirinya sendiri. Ara mengambil gitar yg berada disebelahnya dan mulai memainkannya dan Ara ikut menyanyi dengan alunan yg merdu.

Harusnya aku yang disana
Dampingimu dan bukan dia
Harusnya aku yang kau cinta
Dan bukan dia

Harusnya engkau tau bahwa
Cintaku lebih darinya
Harusnya aku yang kau pilih
Bukan dia...

Ara meletakkan kembali gitarnya ke tempat semula sebelum dirinya pergi masuk kedalam karena rasa kantuk sudah menyerang. Seseorang dibawah sana tersenyum ketika Ara menyanyikan lagu dengan suara yg merdu.

Gue sayang sama lo Ara batin seseorang itu.

***
Pagi ini seperti biasa,namun yg tak biasanya adalah Ara. Dia hanya diam menatap lurus dengan pandangan kosong,dan sedari tadi juga Vanza memperhatikannya dengan tatapan sendu. Seketika Ara tersadar dari lamunannya karena teriak dari andra si biang rusuh.

"HALLO EPRIBADEH! IM KAMBEK!!" teriak Andra dengan wajah sok polos.

"Berisik bego! Pagi pagi udah teriak aja kaya tarzan!" sahut Fadli teman sekelas Andra.

"Sirik bae lo!"

Andra berjalan menuju bangkunya di samping Aril,seketika pandangannya jatuh kearah Vanza yg sedang memperhatikan seseorang. Andra mengikuti arah pandang Vanza dan seketika dia mengangguk.

"Woy ril! Lo tuh ya kalo ada masalah jangan ngehindar ngapasi lo? Selesain baik baik,ah elo!" ucap Andra meninggikan suaranya bermaksud untuk menyindir Vanza dan Ara. Aril mengerutkan dahinya bingung namun beberapa detik kemudian Andra memberi kode dan diangguki oleh Aril.

"Apaansi lo! Gue tau gue salah!" ucap Aril matanya melirik Vanza. Vanza bangkit dari duduknya dan menghampiri meja Ara. Vanza diam sebelum ia berdehem membuat Ara mendongam dan kaget melihat Vanza ada disampingnya.

"Ngapain lo?" tanya Ara ketus

"Ikut gue" Vanza menarik Ara menuju rooftop,sempat menolak namun ia urungkan. Kini mereka sedang berada di rooftop yg menurut Ara ini terlalu indah untuk disebut rooftop. Mengapa?karena ini seperti bukan rooftop tapi seperti rumah.

"Ra" panggil Vanza

"Hm" Ara membalas hanya dengan deheman. Seketika Ara membeku ditempat ketika Vanza yg tiba-tiba memeluknya erat seolah ia tak ingin gadis didepannya pergi.

"Gue minta maaf" ucap Vanza lembut

Ara tertegun mendengar perkataan lembut yg dikeluarkan dari mulut Vanza,Ara tak berkutik dari pergerakannya. Jujur,saat ini dirinya rindu deng an Vanza tapi gengsi nya terlalu tinggi untuk mengatakan dia rindu. Vanza melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Ara.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang