"Kalaupun gue pergi,kalian tetep bahagia tanpa gue kan?"
-Ara.
***
Hari hari berjalan seperti biasa,2 hari Ara tidak masuk karena ia masih trauma akan kejadian sewaktu di loker. Hari ini ia akan pergi naik angkutan umum,karena bisa saja keempat abangnya mengantar. Namun,Ara menolak karena alasan ia ingin berangkat sendiri.
"Ra bener mau naek angkot?" entah sudah keberapa kalinya keempat abangnya itu menanyakan hal serupa.
"Iya ih! Udah berapa kali coba nanya itu mulu?" geram Ara dan berdiri dari meja makannya. "Yaudah pamit. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam"
Ara menunggu angkutan umum di depan gerbang runahnya,setelah 10 menit menunggu akhirnya yg ditunggu tunggu datang. Ara menaiki angkutan umum itu sekitar 7 menit saja,karena jarak rumahnya dengan sekolah tidak terlalu jauh.
Ara turun dari angkutan umum dan berjalan menuju parkiran,suara deru motor terdengar di telinga Ara. Ara tau siapa pemilik motor itu,Ara berbalik menoleh ke belakang dan seketika senyuman lebarnya pudar.
Ara kembali tersenyum namun itu hanya senyuman palsu,dan berjalan melewati Vanza begitu saja. Karena selama 2 hari ini,Vanza sering berangkat bahkan pulang bersama Sasha. Entah apa alasannya. Ara terus berjalan menyusuri koridor dan sesekali tersenyum ketika ada yg menyapanya.
Ara memasuki kelasnya dan menduduki tubuhnya di mejanya dan menelengkupkan wajahnya. Bahunya bergetar,Dewi yg menyadari itu seketika menoleh.
"Ra,kenapa?" Ara mendonakan wajahnya dan Dewi terkejut karena wajah Ara yg pucat dengan darah yg mengalir di hidungnya,tak lupa mata yg sembab.
"Ra,lo kenapa?!" teriak Dewi membuat Vanza dkk menghampiri meja Dewi. Terlihat Aryan sangat khawatir.
"Ra lo kenapa? Lo sakit? Kita ke UKS aja" ucap Aryan beruntun membuat Ara tersenyum.
"Gue gapapa bang,gue cuma kecapean aja. Kalo gitu gue ke toilet dulu" Ara berlari menuju toilet dengan air mata yg mengalir.
Sesampainya di toilet Ara segera membasuh wajahnya dan membersihkan darah yg terus mengalir di hidungnya. "Ni kenapa darahnya terus keluar si?" gerutu Ara.
Ara keluar dari toilet,namun rasa pusing menyerang membuat Ara bertumpu pada dinding untuk tetap berdiri. Namun,Ara tidak kuat untuk berdiri. Kemudian kesadaran Ara hilang dengan darah yg kembali keluar dari hidungnya.
***
Seseorang sedang berjalan di koridor untuk pergi ke toilet,namun pada saat melewati toilet perempuan langkahnya terhenti karena melihat seorang perempuan yg tergeletak dilantai. Ia tak menyadari adanya darah yg keluar dari hidungnya karena tertutupi oleh rambutnya.Seseorang itu menghampiri Ara dan menyingkirkan helaian rambut yg menutupi wajahnya,seketika dia terlonjak kaget mendapati Ara yg pingsan dengan keadaan yg mengenaskan.
"Astagfirullah! Ini dia kenapa pingsan terus mimisan gini?"
Dia,Leon Alfariz Rizky. Seorang ketua basket,yg memiliki wajah tampan,sifat yg ramah,kulit putih,berperawakan tinggi,tak kalah famous dengan Vanza. Leon membopong tubuh mungil Ara ke UKS dan menyuruh petugas PMR untuk memeriksanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS
Teen FictionHello everyone!! Welcome to my first story:) Votenya jangan lupa hehe. Cerita ini hasil pikiran aku sendiri. Tolong dihargai dan no copas.:) _________________________________ Arayna Putri Axelia Abraham. Seorang gadis cantik yg dapat membuat pria ma...