46. Selangkah Lagi

640 32 0
                                    

Setiap hari Leon selalu mengantar jemput Ara,dan itu tak luput dari perhatian para murid. Namun mereka berdua memilih acuh,karena untuk apa meladeni hal seperti itu? Membuang waktu.

Seperti saat ini,Ara turun dari motor Leon bersamaan dengan datangnya Vanza dengan Sasha. Keduanya sempat bertatap namun Ara lebih duku memalingkah wajahnya dan menarik pergelangan tangan Leon.

"Ra kenapasi?" tanya Leon

"Ada duo setan" bisik Ara membuat Leon terkekeh. Leon yg gemaspun mengacak pucuk rambut Ara.

"Eh gue ke toilet dulu ya?"

"Tuk,gue tungguin. Nanti lo pingsan lagi" ucap Leon yg mendapat tabokan di lengannya.

Setelah di toilet,Ara menghadap cermin untuk mengoleskan lipgos ke bibirnya yg pucat. Setelah selesai,Ara keluar dari kamar mandi dan terlihat Leon yg sexang bersandar pada tembok sambil memainkan ponselnya.

"He udah yuk"

Leon mengantarkan Ara ke kelasnya,saat sampai di kelas ternyata sahabatnya termasuk Vanza sudah didalam sedang memperhatikan Ara dan Leon.

"Gue masuk ya,awas jangan bolos loh" ucap Ara terkekeh.

"Iya tuan putriii dah sana" ucap Leon sambil mencubit pipi chubby Ara.

"Ishh lhepash shakit" Leon melepaskan cubitannya dan mengusap pipi Ara.

"Udah tuh ga sakit kan? Kalo gitu gue ke kelas ya. Bhayyy" Ara tersenyum melihatnya.

Ara duduk di bangkunya dengan bingung karena sahabatnya yg menatap dengan tatapan mengintimidasi. "Lah kalian kenapa?" tanya Ara

"Ra,lo jadian sama Leon?"

"Nggak ih! Gue sama dia cuma temen" ucap Ara

"Temen hidup?" mereka semua menoleh kearah Vanza. Vanza yg menanyakan itu. Ara kembali merasakan rasa sesaknya ketika bertatap dengan Vanza. Terlihat mata Vanza yg menandakan kerinduan.

"Kalo iya juga bukan urusan lo" ketus Ara dan beranjak dari duduknya tanpa menoleh kepada sahabatnya.

***
Disinilah Ara,rooftop. Tempat dimana Vanza dan Ara menyelesaikan masalah. Ara duduk di kursi yg usang dan menyandarkan kepalanya pada sofa. Ara rindu semua tentang Vanza. Senyumnya,ulahnya,sikap dinginnya,sikap reseknya,namun itu semua sirna. Ara belum bisa melupakan Vanza,apa keputusan untuk melupakan Vanza akan berjalan dengan lancar? Namun,yg lebih membingungkan semenjak dirinya jauh dari Vanza,Sasha tidak pernah menganggunya lagi. Apa mungkin ini permintaan Sasha? Tapi mana munkin Vanza luluh dengan Sasha?

Lamunan Ara buyar ketika disampingnya,seseorang sudah duduk sambil menatap ke depan. "Lo ngapain disini sendiri?"

Suara itu

Ara membuka matanya dan benar saja,disampingnya sudah ada Vanza yg sedang menyadarkan kepalanya.

"Bukan urusan lo" Ara hendak pergi meninggalkan rooftop,namun lengannya dicekal oleh Vanza membuat Ara kembali terduduk.

"Lo sabar,gue bakal akhirin permainan gila ini. Gue lakuin ini demi lo" ucap Vanza dan segera meninggalkan Ara yg masih mencerna ucapan Ara. Belum sampai pintu keluar,Vanza menghentikan langkahnya.

"Lo gaboleh benci Leon. Leon kakaknya Sasha,tapi sifat mereka berbanding terbalik."

Ara terdiam di tempatnya,mengapa dunia sesempit ini? Leon kakaknya Sasha? Dan sifatnya berbanding? Ara bingung. Mengapa takdir selalu membuatnya bingung,dan bekum cukupkah dirinya menderita?

"Permainan gila?" beo Ara.

***
Sasha sedang berada di dalam toilet dan menelpon seseorang.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang