Kini taera sedang berada ditaman kota yang jaraknya sedikit lebih dekat dengan rumahnya. Taera menatapi anak kecil yang terus berlarian kesana-kesini mengejar temannya.
Namun, saat sedang asik melihat sekitarnya. Bunyi ponsel taera menganggu dan membuat taera beralih menatap ke layar ponsel tersebut, ada sebuah panggilan masuk dari mark saudaranya.
Markonah🐷🐒 calling you . . .
Taera menggeser tombol berwarna hijau lalu mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.
"Halo mark ada apa?."
"Ke rumah jisung sekarang gua tunggu."
"Tapi ngap---."
Pip.
Belum selesai taera membalas ucapan mark, tiba-tiba mark memutuskan sambungan telponnya secara sepihak. Taera mendengus kecil dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam jaket dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di parkiran taman kota tersebut.
Taera membawa mobil itu melaju menuju rumah jisung dengan kecepatan sedang, karna jarak taman kota ke rumah jisug sedikit lebih jauh.
===============
Sampai dirumah jisung, taera melihat ada banyak sekali orang yang berdatangan masuk ke dalam rumah jisung. Ada beberapa yang mengenakan pakaian serba hitam. Taera menaikan alisnya sebelah ke atas lalu perlahan maju menuju pintu depan rumah jisung.
Sebelum melangkah ke dalam, taera sempat berpapasan dengan chenle yang tengah mengelap air matanya yang berada dipipi kiri.
"Le ada apa sih?." Tanya taera kebingungan.
Chenle menatap ke arah taera sebentar lalu menggelengkan kepalanya dan kembali menangis. Taera bingung, kenapa hari ini semuanya terlihat aneh.
"Kalo lo mau tau hikss... lo langsung masuk aja hikss.." suruh chenle.
Taera menganggukkan kepalanya lalu berjalan kembali memasuki rumah jisung. Sampai didalam rumah jisung, taera melihat segerombolan orang yang tengah berdiri membelakangi dirinya. Taera masih benar-benar bingung dengan keadaan disekitarnya.
Taera kembali melanjutkan jalannya, sebelum sampai didepan gerombolan orang didepannya. Somi dengan cepat memeluk tubuh taera sembari menangis dengan kencang.
"Hikss.. ra, lo gak usah sedih. Ikhlasin aja ra hikss.." kata somi dan membuat taera semakin kebingungan.
'Apa yang diikhlasin?.' Batin taera lalu melepaskan pelukan dari somi.
"Ada apa sih som?." Tanya taera lagi.
Namun kali ini somi tidaka menjawab ucapan taera, ia lebih memilih menuntun taera mendekat ke gerombolan orang-orang dihadapannya.
Sampai berada didepan gerombolan tersebut, tubuh taera seketika melemas. Hampir saja ia terjatuh ke bawah jika tidak ada somi dan renjun yang memeganginya dari samping.
"K-kenapa? Kenapa bisa gini som?." Tanya taera dengan suara yang semakin melemah.
Somi menggelengkan kepalanya disamping taera lalu mengusap pundak taera agar taera merasa kuat untuk menerima kenyataannya bahwa yang ia lihat adalah sebuah peti berwarna coklat dan bunga disekitarnya.
Ia bukan kaget dengan petinya, namun ia sangat terkejut dengan seseorang yang tengah tertidur didalam peti tersebut. Park jisung, taera melihat jisung yang berada didalam peti coklat itu menggunakan jas hitam lengkap dengan dasinya.
Tangan jisung juga memegang beberapa bungs yang ada didepan dadanya. Air mata taera sudah tidak kuat untuk ditahan lagi, saat itu juga. Air matanya jatuh dan membasahi kedua pipi tembamnya.