LIBERIOS & CANOPUS

55.2K 2.8K 490
                                        

"Kehadiranmu membuatku semakin yakin bahwa kehidupan memang benar membenciku."
-Aksara Gunadhya

******

"Jawab gue, BANGSAT!" terlihat seseorang yang tengah berdiri tegap dengan kedua tangan menarik kerah baju sang lawan hingga sobek karena cengkraman kuat miliknya.

Darah berceceran di sepanjang jalan yang nampak sepi dan jauh dari rumah penduduk dengan satu bendera yang berkibar tertiup angin malam. Di peganginya dengan bangga oleh sesosok cowok berbadan kekar yang sesekali menggoyangkan bambu tersebut ke kanan dan ke kiri membuat sang bendera semakin berkibar kuat—ingin menunjukan kekuasaan yang tengah mereka pegang sejak dulu, sekarang bahkan selamanya.

Terjadi pertempuran yang membuat beberapa pasukan tumbang di atas aspal jalanan dengan jaket kebanggaannya masing masing. Bahkan wajah tampan mereka saat ini penuh dengan lebam dan mengeluarkan banyak darah segar.

Karena sudah sangat muak dan tidak juga mendapatkan sebuah jawaban, cowok dengan wajah memerah itu kembali melayangkan sebuah bogeman mentah.

Bugh!

"Gue bilang ngomong! Gagu lo?!"

"Sa! Udah, mati entar anak orang!" teriak seseorang dari arah belakang. Memanggil dan mencoba memberhentikan cowok tampan bernama Aksara Gunadhya.

Siapa yang tidak mengenal Aksa? Sang raja tempur yang sama sekali tidak memiliki ketakutan terhadap peperangan mematikan.

"Justru gue maunya dia mati."
Berganti dari kerah baju kini Aksa mulai mencengkram leher jenjang si lawan kemudian membantingnya ke tembok hingga menimbulkan sebuah getaran yang sangat hebat.

Bahkan tembok tersebut rusak dan sedikit menimbulkan reruntuhan membuat yang lain meringis di tempat. Aksa memang tidak main main jika sedang tersulut emosi dan cowok itu juga tidak segan segan membunuh siapapun yang berani melawan perkataannya.

Urat tangannya timbul bahkan wajah Aksa saat ini sangat menyeramkan. Seperti menggambarkan sebuah api yang begitu besar hingga siap melahap siapa saja yang membuatnya semakin murka.

"Le—lepas, lepas!" wajahnya sudah memerah karena kehabisan nafas, jika telat sedetik saja Aksa mengendurkan cengkaramannya mungkin cowok di hadapannya itu sudah mati melemas.

"Diem di tempat, atau wakil dari geng sampah lo ini bakal mati di tangan gue!" suara serak datar Aksa membuat yang lain mundur beberapa langkah dari tempatnya berdiri. Aksa mengetahui pergerakan pelan dari beberapa sisa pasukan lawan yang masih sadar bahkan tanpa menoleh.

Mata Elang cowok tersebut sangat tajam dan menusuk, mau coba menatap maniknya saat ini?

"Geng sampah lo bilang?!" tanya Agam menggebu gebu.

"Iya! Geng gak guna kaya gini, gue saranin mending kalian bubarin aja!" ujar Aksa tajam.

"Bangsat! Ge—ng lo yang gak berguna!" teriak Gavin setelah menghirup udara yang sempat hilang entah kemana.

Kasian abis di cekek Aksa.

Bugh!

"Gak usah banyak bacot! Jawab di mana bos gak guna lo itu!" bentak Aksa tak mau banyak basa basi, pertempuran sudah selesai beberapa menit lalu dan seperti biasa Aksa mampu membawa pasukannya untuk menggenggam sebuah kemenangan.

"Udah kalah aja masih belagu, gak punya muka lo semua?!" ujar Samuel. Kaki tangan Aksa dalam memimpin beberapa pasukannya.

"Lo kan tau lagi berurusan sama siapa." kata Aksa menajamkan tatapan juga mengeraskan rahang kokohnya. "LIBERIOS! Gue ingetin lagi ke kalian, lo semua lagi berurusan sama Liberios!" Bentak Aksa hingga berdengung di telinga semua orang yang mendengarnya.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang