Semakin lama mereka berdiam di sini. Kini waktu menunjukkan pukul jam 9 malam, dan tidak ada satupun yang memberikan tanda tanda kalau ia akan kembali pulang ke rumah.
Saat semua tengah berbicara dan bercanda, juga tak lupa memainkan gitar untuk menambah keseruan bersama. Terlihat dua gadis cantik sedang berlari dari sebrang jalan dengan tergesa gesa. Dan itu menarik seluruh perhatian semua anggota Liberios termasuk sang ketuanya, Aksara.
"Freya, Na—naila?" kata Samuel melihat dua gadis di hadapannya.
"Lo kenal sama yang di sebelah Freya?" tanya Kenzo menyenggol lengan Samuel yang berdiri di sebelahnya.
"Ng—nggak, cuman tau nama aja." jawab Samuel kepada Kenzo.
"Ada apaan, kenapa lo buru buru kaya gitu?" Aksa berjalan mendekati dua gadis tersebut sedangkan Freya dan Naila itu sendiri masih mengontrol deru nafas mereka yang tidak teratur.
"Me—meisya, dia—"
"Meisya? Kenapa, Meisya kenapa?!" raut wajah Aksa yang berubah membuat anggota Liberios yang lain ikut panik di buatnya.
"Jadi—tadi—"
"Meisya kenapa?!" tanya Aksa kembali.
"Sabar, Sa. Biarin dia ngatur nafasnya dulu." ujar Saguna melihat Freya yang seperti kehabisan udara.
"Ih, ma—makasih Bebep. Lo doang yang berperikemanusiaan!" teriak Freya yang masih terbata bata juga tak lupa dadanya masih naik turun secara bergantian.
"Oke, sekarang lo jelasin pelan pelan."
"Tadi gue sama Naila ke sekolah, niatnya mau jemput Meisya yang baru pulang dan ajak dia istirahat di rumah gue sekalian kita mau nginep bareng. Tapi pas gue udah sampe di sana, kita gak nemuin Meisya. Dan gue malah nemuin kertas—yang isi tulisannya tuh ini." ujar Freya kemudian Aksa menerima uluran tangan Freya yang memberikannya secarik kertas, bertuliskan,
CANOPUS
"Anjing! Mau ngapain lagi si mereka?!" teriak Aksa membentuk lembaran kertas tersebut menjadi bulat dengan kepalan tangannya lalu melempar kertas tersebut ke sembarang tempat. Itu membuatnya mengingat satu kejadian yang seharian ini menempel di kepalanya.
Flasback On
"Gue turut prihatin sama hidup lo." ujar Aksa kembali.
Dareen menyentak tangan Aksa dari kerah bajunya kemudian mendorong tubuh cowok itu sedikit keras.
"Santai, kalo lo emang gak mau bales kematian Danu dan bunuh anggota gue juga gak papa. Sama sekali gak masalah." ujar Dareen dengan wajah tenangnya.
Aksa membiarkan cowok gila itu berkata semaunya terlebih dahulu, karena jujur ia sangat muak dengan kelakuan Dareen kepadanya.
"Kita ganti topik aja gimana? Waktu itu gue liat lo nganterin cewek, kayanya cantik dan gue sangat sangat tertarik sama tubuhnya—"
"Apa maksud lo?!" bentak Aksa. Padahal ia sudah mencoba tenang tetapi memang mulut Dareen sangat minta di hantam kepalan tangan.
"Ko lo emosi si? Emang itu cewek lo? Paling juga cuman temen pemuas—"
Belum sempat menyelesaikan ucapannya. Aksa meninju kuat wajah Dareen tanpa aba aba bahkan itu terjadi hanya dalam hitungan detik, sungguh Aksa sangat ingin membunuh cowok ini sekarang juga. Karena Aksa tau siapa yang Dareen maksud. Yaitu Meiysa, mungkin Dareen tidak sengaja melihat dirinya mengantar Meisya pulang ke rumah pada tempo hari. Setelah ia membawa gadis itu pergi menuju ke rumahnya untuk menemui Nency.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...