Gadis dengan air mata yang membasahi pipi mulusnya berjalan kembali ke dalam club. Tidak perduli jika dirinya bertemu kembali dengan Om Om kegatelan di dalam sana, sebab kepala Meisya sudah penuh dengan suara suara Aksa barusan yang terdengar mengiris hatinya tanpa ampun.
Setelah mencari Dareen di setiap sudut club. Pada akhirnya Meisya menemukan cowok berhati busuk itu tengah bercumbu dengan seorang gadis, tidak bohong tetapi Meisya sangat jijik dengan kelakuan keduanya. Ia berjalan mendekat lalu menarik lengan kekar Dareen tanpa permisi.
"Da—dareen. Aku mau pulang." kata Meisya menahan sesak di dadanya.
"Cewek sialan. Lo gak liat gue lagi ngapain?!" bentak Dareen sangat kesal. Apa gadis polos dan bodoh ini buta? Bisa tidak Meisya lihat bahwa dirinya tidak dapat di ganggu saat ini.
"A—aku mau pulang! Sekarang!" teriak Meisya membantah.
Gadis malam yang berada di samping Dareen menatap keduanya, karena tidak ingin ikut campur dalam masalah antara Dareen dan Meisya. Gadis itu berjalan menjauh untuk mencari cowok tajir yang lain di dalam club tersebut. Buat apa menunggu Dareen yang sedang berdebat tentang apa yang tidak gadis itu ketahui?
"Lo liat? Dia pergi! Lo ganggu aja sih!" kata Dareen menjadi begitu emosi.
"Aku mau selesain ini semua." ucap Meisya tiba tiba menjadi pelan. Dareen yang saat itu sudah berjalan satu langkah pun memberhentikan aksinya kemudian berbalik menghadap Meisya dengan alis yang mentaut tajam.
"Apa yang lo bilang? Apa maksud lo?!" tanya Dareen.
"Aku mau sudahi balas dendam ini! Aku kesiksa. Orang terdekat bahkan orang yang aku sayang menjauh dari aku, Dareen! Aku capek!" bentak Meisya yang air matanya berlinar tak terkendali. Berucap sekaligus menahan kesedihan berhasil membuat Meisya menangis sampai sesegukan.
"Lo bodoh?! Kali ini lo bener bener udah gila! Gue gak akan biarin balas dendam ini selesai. Gue hampir bikin Aksa hancur, gue akan siksa dia pake kisah cinta sampah kalian berdua. Dan lo yang bakal bantu semua rencana gue!" tajam Dareen mencengkram lengan Meisya hingga memerah.
"Jadi bener kan?! Semua yang kita lakuin gak ada sangkut pautnya sama kematian Rey, kamu lakuin ini cuman untuk membalas masalah pribadi kamu sama Liberios. Terutama sama Aksa!" ujar Meisya menunjuk wajah Dareen bersamaan dengan tetesan air matanya yang kembali terjun bebas.
"Jawab aku! Bilang kalau itu semua benar kan?! JAWAB DAREEN!" paksa Meisya memojokkan Dareen.
"Iya! Iya! Iya! Semua yang lo bilang bener. Balas dendam ini bukan untuk kematian Rey!" tukas Dareen agar Meisya berhenti meneriakinya. "Asal lo tau, apa yang gue lakuin sama sekali bukan untuk Rey. Atau untuk kesedihan lo karena udah kehilangan Rey!" lanjut Dareen sama sekali tidak memikirkan keadaan hati Meisya yang sebelumnya sudah hancur. Kini berubah menjadi debu yang hilang tertiup angin.
"Gue gak perduli! Dan dari awal gue emang udah gak suka sama keluarga lo! Gue selalu mikir, kenapa Tante Diana mau ngerawat lo? Bokap lo yang udah mati itu, cuman beban di keluarga besar Ackerley. Jangan harap lo bakal dapet harta warisan, karena semua harta Kakek bakal jatuh ke tangan gue. Satu satunya cucu laki laki!" jelas Dareen yang kali ini bergantian. Ia menunjuk wajah Meisya agar gadis itu selalu mengingat kata katanya.
"Jadi, buat apa gue balas dendam atas kematian Rey? Baguslah dia mati, jadi harta warisan Kakek gak perlu di bagi rata sama dia—"
Sebelum Dareen menyelesaikan ucapannya. Bibir tipis cowok berwajah rupawan itu sudah di buat bungkam dengan tamparan telak yang Meisya berikan. Meisya menatap tajam Dareen dengan manik indah yang sudah basah, dadanya naik turun menahan sebuah gejolak api.
"Kamu orang terjahat yang pernah aku temuin! Kamu bilang sama aku, kalau semua ini untuk balas perbuatan Liberios yang udah bunuh Ka Rey! Kamu minta sama aku untuk ikutin cara main kamu yang licik ini!" teriak Meisya sangat keras. Namun percuma karena musik DJ yang terlalu besar sedikit meredam suaranya. Orang orang di sekitarnya hanya menatap Dareen dan Meisya sekilas lalu membiarkan keduanya berselisih lagi.
"Bahkan aku sama sekali gak tau saat kamu suruh aku buat cari tau di mana jalan rahasia Danu. Kalau sebenarnya kamu mau habisin nyawa dia! KAMU SEPERTI MENGUBAH AKU MENJADI SEORANG PEMBUNUH!"
"Gue gak perduli! Lo denger? GUE GAK PERDULI! Yang pasti. Gue gak bakal biarin lo buat nyudahin balas dendam ini! Karena gue bakal hancurin hidup Aksa. Sampe dia gak bakal bisa tersenyum lagi!" peringatan dari Dareen bak angin berlalu bagi Meisya.
Kekecewaan yang Meisya dapatkan tidak kalah kejam dari pada yang Aksa terima. Tidak menyangka kalau Dareen melakukan hal ini kepadanya, Meisya menyesal sudah mengikuti apapun yang Dareen minta. Dan sekarang hukuman yang harus Meisya terima begitu berat, tetapi ternyata ini bukan tentang pembalasan atas kematian Rey!
"Aku nyesel udah lakuin ini! Harusnya dari awal aku udah ikhlasin kepergian Ka Rey. Dan aku gak bakal kehilangan orang orang yang aku sayang! Mulai sekarang aku gak akan turuti apa mau kamu lagi!" ujar Meisya membuat keputusan paling benar dalam seumur hidupnya.
"Dan satu lagi. Aku gak pernah mengharapkan harta warisan Kakek! Karena aku bukan type manusia yang akan di butakan penglihatannya bahkan mata hatinya hanya karena sebuah harta warisan!" celetuk Meisya berlalu meninggalkan Dareen di tengah tengah kerumunan manusia berdosa. Setelah menepis lengan Dareen yang mencekalnya, kemudian mengelap pipi tembamnya yang basah.
"MEISYA!"
"SIALAN!"
******
Sejak kejadian semalam. Jujur, Meisya tidak bisa tidur sampai pagi datang. Pikirannya bercabang kemana mana, sekaligus memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Tidak mungkin Aksa dan sahabatnya yang lain akan langsung memaafkan Meisya yang sudah berbuat kesalahan besar.
Saat di rumah bahkan sampai Meisya telah tiba di sekolah. Gadis itu hanya diam dengan mata yang sembab juga wajah yang terlihat pucat. Banyak pasang mata yang memerhatikan Meisya, biasanya Meisya adalah gadis yang ceria dan akan selalu bersama Freya kemanapun itu.
Tetapi sekarang berbeda, mereka jarang melihat kedekatan antara Meisya dan dua sahabatnya. Apalagi dengan Aksara.
Andai saja mereka tau masalah apa yang tengah Meisya hadapi. Entah mereka akan menghibur Meisya atau ternyata menghakimi gadis itu yang telah mengkhianati Liberios.
"Naila!" panggil Meisya memberanikan diri saat melihat Naila di ujung koridor.
"Meisya?" Naila pun hendak berjalan mendekat. Namun baru beberapa langkah lengannya sudah di cekal oleh Samuel yang tiba tiba saja datang dan membawanya pergi menjauh.
Ada rasa tidak tega kala melihat wajah sedih Meisya. Naila juga tidak bisa memaksa Samuel untuk langsung memaafkan Meisya, Naila tau bagaimana kejadiannya. Jadi Naila tau apa yang saat ini Samuel rasakan.
"Gak usah sedih. Itu baru tantangan pertama, Sya. Masih banyak yang harus lo lakuin." ujar seorang gadis menepuk bahu Meisya lalu tersenyum menenangkan.
Meisya menoleh lalu tanpa berfikir gadis itu memeluk sahabatnya. Dan Freya juga tak munafik, ia merindukan Meisya terutama kepolosan gadis itu yang membuat dirinya selalu naik darah.
"Semuanya menjauh, Frey." kata Meisya mengadu. Tidak perduli kalau kemarinpun Freya melakukan hal yang sama.
"Tapi sekarang gue di sini, Sya." ujar Freya tersenyum, Freya sadar. Meisya dalam keadaan terpuruk, dan untuk menjadi seorang sahabat yang baik harusnya Freya selalu menemani Meisya dan membantunya keluar dari jurang masalah.
Bukannya menjauh.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romansa[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...