09. kehidupan Aksa

16.7K 1.1K 22
                                    

Melangkah pelan, walau tidak mabuk kepala Aksa sedikit terasa berat dan sangat pusing. Keadaan rumah megah di depannya ini sangat sepi bahkan tidak terlihat tanda tanda kehidupan di dalamnya.

Kasur, itulah yang berada dan menghantui fikiran Aksa. Sudah begitu lelah untuk hari ini yang begitu menyebalkan.

"Gelap." gumam Aksa membuka pintu rumahnya. Mungkin saja Papah dan para pembantu yang bahkan tidak terhitung itu sudah tertidur lelap, tinggal Aksa saja yang masih otw mimpi.

Ketika langkah pertama yang Aksa berikan hingga sepatu mahalnya menyentuh ubin rumah bagian dalam dengan sempurna. Tiba tiba lampu menyala dengan sendirinya.

"Baru pulang kamu, anak pelacur?" sapaan yang begitu menyentil hati cowok berjaket hitam kini telah menyambutnya pelan.

Membuat Aksa terkekeh, sudah sering kali ia mendapatkan perkataan itu.

"Kemana saja kamu?" tanyanya lagi.

"Masih punya hak anda menanyakan hal itu kepada saya?" sarkas Aksa menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.

"Jam 1, kamu baru pulang. Darah kotor Mama kamu sepertinya memang mengalir di diri kamu ya, Ak-sa-ra." ujar Alison. Si sang pencabut nyawa atau lebih tepatnya pemegang nyawa cowok tampan bernama Aksa, putranya sendiri.

"Jelas, saya anaknya." Aksa menekan ucapannya.

Walau membeci sang Mama. Tidak bisa di pungkiri Aksa menyayangi wanita yang bahkan belum pernah ia temui itu. Belum pernah bertatap muka secara langsung dan belum pernah mendapat kasih sayang dari wanita malam itu.

Kenapa dirinya bisa terlahir sebagai anak yang tidak di inginkan? Kenapa Aksa tidak di lahirkan di dalam satu keluarga yang harmonis, damai tidak seperti keluarga yang bak neraka ini?

Apakah ini masih bisa di sebut sebagai sebuah keluarga? Bahkan Aksa tidak mempunyai Ibu, Bunda, Mama atau apapun sebutan untuk wanita itu. Intinya, Aksa ingin seperti kalian yang bisa merasakan kasih sayang wanita yang telah melahirkannya.

Bahkan Aksa pernah berfikir, kenapa ia harus di lahirkan? Ingin sekali Aksa hilang dari muka bumi ini jika dirinya teringat akan kehidupannya. Kelam dan gelap, hanya dua kata itu saja sudah menggambarkan keadaan hidupnya saat ini. Mungkin sampai selamanya.

"Luar biasa, kamu mengakui kalau kamu adalah Anaknya? Bahkan saya tidak pernah mengaku telah menikah dengan wanita kotor seperti Mama kamu itu Aksa."

Mengepalkan kedua tangannya geram, Aksa masih mencoba menahan amarahnya.

"Oh ya? Saat melakukannya—apa anda mempunyai fikiran seperti itu Tuan Gunadhya?" Aksa kesal. Kenapa nama belakangnya harus menggunakan nama dari sang Papah?

"Jangan ingatkan saya akan hal itu, sangat menjijikan—"

"JAGA BICARA ANDA!" Aksa tak kuasa menahan gejolak api di dadanya. Ia memberikan pukulan terbaik tepat di rahang Alison.

Aksa benci dengan kata kata yang terus di keluarkan oleh pria itu membuat hatinya teriris perih.

"Sampai kapanpun dia, adalah mama kandung saya!" tajam Aksa.

Bugh!

"Anak kurang ajar! Jika Mama kamu saja tidak saya anggap, apalagi kamu si anak haram!" bentak Alison tepat di depan wajah sang putra.

Mendengar itu membuat lutut Aksa melemas, kali ini hatinya hancur lebih parah hingga berkeping keping. Udara seakan terhempit di dadanya sampai Aksa tak dapat bernafas dengan leluasa.

"Terimakasih, anda telah memberikan saya alasan untuk pergi dari tempat ini. Dan anda juga telah memberi saya alasan kenapa saya harus membenci anda sebagai laki laki yang brengsek." tajam Aksa menunjuk Alison.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang