42. menjadi manja

10.9K 760 24
                                    

"Hati hati." kata cowok berseragam sekolah yang langsung membantu Meisya duduk di ranjang UKS. "Kepalanya masih sakit? Atau mau ke rumah sakit aja?" tanya Aksa melihat plester kecil menempel di dahi gadisnya.

"Nggak ko. Aku nggak papa, Aksa." ujar Meisya dengan senyum manis, siapapun yang melihatnya akan terserang diabetes. Makannya kuat kuat saja.

"Nih, Sya. Gue bawain lo bubur." ujar Farzan yang tengah membawakannya semangkuk bubur ayam.

"Sini buburnya." ujar Aksa mengambil alih mangkuk yang berada di tangan Farzan.

"Buseh Bang, santai aja kali." kata Farzan melihat Aksa sangat tidak suka kala dirinya ingin berjalan mendekat ke arah Meisya.

"Lo harus makan, biar cepet sembuh." ujar Aksa kepada Meisya seraya mengaduk bagian bubur yang akan di suapinya kepada gadis itu. "Lo ngapain masih di sini?" katanya lagi kepada Farzan yang masih setia berdiri di sampingnya.

"Iya iya! Gue pergi, bukannya makasih gitu udah gue beliin bubur di kantin!" kesal Farzan. Kalau saja cowok di sampingnya ini bukan ketua Liberios, sudah ia cincang halus karena sifat menyebalkannya.

"Makasih ya, Kenzo! Eh Farzan!" kata Meisya masih tersenyum dan terkekeh kala Farzan sudah pergi dari ruang UKS.

Mentautkan kedua alisnya. Ini perasaan Aksa saja atau memang benar sih? Kedua mata Meisya nampak setengah terbuka dan gadis itu selalu tersenyum sedari tadi. Seperti seseorang yang sedang mabuk, dan juga menghabiskan beberapa minuman di club malam.

"Lo gak papa? Kayanya benturannya kuat. Lo gak gila kan, Sya?" tanya Aksa khawatir memegangi pundak mungil Meisya dan menaruh bubur ayam di atas nakas.

"Gila? Gak lah. Aku gak gila Aksa." kata Meisya terkekeh samar. Lalu menyenderkan kepalanya di dada bidang Aksa, karena kini Aksa berdiri tepat di sebelah ranjang UKS sedangkan Meisya duduk dengan lemas di atas ranjang tersebut.

"Lo kenapa? Kalo lo gak gila. Tapi lo kaya orang gak jelas gini!" ujar Aksa. Sungguh Aksa rasa ada yang tidak beres. Dokter yang sedang berjaga saat ini bilang, kepala Meisya terbentur meja sebelum gadis itu pingsan total.

"Lain kali. Selametin diri lo sendiri dulu. Baru mikirin orang lain." ujar Aksa menasehati.

Banyak yang bilang kalau Meisya tertinggal di dalam akibat menyelamatkan teman temannya. Gadis polos itu lebih memilih membawa murid yang lain pergi keluar di banding melarikan diri sendirian.

Memanyunkan bibirnya, Meisya nampak seperti orang yang mau menangis. "Aksa, kan aku sayang temen temen aku!" kata Meisya kemudian menangis sejadi jadinya.

"Ini cewek kenapa jadi gini sih?" gumam Aksa namun tetap memeluk gadis itu supaya menghentikan tangis kencangnya. Aneh sekali, baru di tinggal sebentar ke warung Mpo Siti tetapi kelakuan Meisya sudah berubah tidak jelas begini.

"Coba kalo kamu diposisi aku? Terus temen temen kamu dalam bahaya, kamu bakal selamatin mereka atau malah kabur?" kata Meisya memeluk Aksa kuat kuat dan lanjut menangis.

Benar juga si. Kalau Aksa berada di posisi Meisya, pasti ia akan menolong para sahabatnya terlebih dahulu.

"Iya gue paham. Udah gak usah nangis, lo jelek kalo lagi nangis." kata Aksa mencoba menenangkan Meisya, cowok itu mengelap air mata yang entah kapan sudah membanjiri pipi gadisnya.

Lama kelamaan Meisya pun mulai tenang. Namun masih memeluk Aksa dan tak ingin melepaskannya, tentu itu tidak menjadi masalah untuk Aksa. Selagi gadisnya dapat tenang dan tak menangis kembali. Tidak apa apa.

Aksa tau ada yang tidak beres, maka dari itu ia mengedarkan pandang mencari sesuatu yang dapat memberinya petunjuk.

"Lo beli jus?" tanya Aksa melihat gelas yang sepertinya berisi jus melon, namun sudah setengah habis.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang