"Gue mirip monyet!"
"Gue mirip monyet!"
"Gue mirip monyet!"
Tidak dapat di tahan semua murid tertawa tanpa henti. Tak jarang banyak yang sampai bengek karena tertawa berlebihan. Bagaimana tidak? Kini Sena, Jihan dan juga Angel tengah berjalan dan sesekali juga berlari mengelilingi lapangan menggunakan kostum binatang yaitu. Seekor Monyet.
Baca monyetnya jangan ngegas.
Parahnya lagi. Wajah ketiganya sempat di dandani menggunakan alat make up milik Freya yang selalu gadis itu bawa kemanapun dan juga kapanpun. Bukannya bertambah cantik, wajahnya malah semakin mirip dengan hewan yang menjadi konsep kostumnya.
"Lari lagi dong! Jangan jalan pelan gitu, teriak yang kenceng!" bentak Freya memantau dari pinggir lapangan yang sejuk bersama yang lainnya.
"Berasa nonton topeng monyet anjir!" kata Kenzo yang dengan pandainya, mengabadikan moment indah ini menggunakan ponsel mahalnya.
"Lari lari doang gak seru, salto dong! Atau gak, kayang aja sekalian!" tambah Farzan yang di setujui semua murid.
Bukan hanya Kenzo yang merekam kejadian sekarang ini. Hampir seluruh murid di sekolah SMA Taruna Bangsa mengeluarkan ponsel mereka masing masing dari sakunya. Dan ternyata, penontonnya bukan hanya dari kalangan murid. Guru guru pun ikut melongo mendapati tiga siswinya yang melakukan hal tersebut.
Tetapi mau bagaimana lagi jika terdapat Aksa di pinggir lapangan, mereka belum cukup berani untuk mengganggu tawa keras cowok dengan kemeja yang di keluarkan itu.
"Kalo lagi cosplay tuh yang bener dong! Keluarin semua bakat lo, ayu peragain gimana jadi monyet yang bisa banggain nama sekolah kita!" teriak Kenzo mengangkat satu kepalan tangannya tinggi tinggi.
"Yang semangat Sen! Gue yakin Aksa bangga sama lo!"
Mendengar itu Meisya menoleh ke arah Aksa. Di lihatnya cowok itu tertawa puas menonton Sena dan dua temannya di sana, biasanya ketika Meisya menatap wajah Aksa maka cowok bermanik menawan itu akan langsung menoleh.
Mungkin saking asik sekali Aksa sampai tidak menyadarinya.
"Bener, gue bangga sama lo!" balas Aksa dengan oktaf yang tinggi.
"Peragain gaya monyet yang bener dong! Cepet," perintah Freya semakin kejam.
"A—apa maksud lo sih?! Enak aja. Gue gak mau!" bantah Sena. Sial sekali, malunya sudah tidak dapat di bendung lagi ketika ia menatap sekelilingnya yang ramai dan padat.
"Lo tuh kejam banget! Punya hati dikit dong!" ujar Jihan terbawa emosi.
"Bener tuh!"
"Emang gue kejam. Kenapa gak suka lo? Lagian gue punya hati ko, tapi seutuhnya cuman buat Bebep Saguna!" jawab Freya mematahkan beberapa hati para siswa yang mendengarnya.
Jika ia selalu saja mendapat ledekan atau godaan dari cowok teman sekelasnya. Itu semua karena mereka senang melihat Freya bisa mengobrol bersama walau bertengkar atau semacamnya, mungkin bisa di sebut itu hanya untuk menarik perhatian Freya yang hatinya sudah stak di Saguna terus.
"Buruan peragain gaya monyet. Gue mau liat!" paksa Freya berkacak pinggang.
Sena menghela nafas berat dan berdencih keras mendengar perkataan gadis itu. Mereka semua enak berdiri dan bahkan ada yang duduk di tempat sejuk, sedangkan ia dan dua temannya yang lain? Panas panasan berlari dan berteriak hal yang sangat memalukan!
"Denger gak si lo berdua!"
"Ayu Adek Sena lakuin perintah majikan. Nanti Papah gak beliin boneka santetnya nih, mau?!" kata Kenzo memecahkan semua tawa murid di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...