18. seorang teman

13.7K 1K 32
                                    


Up lagi nih...
Gue emang suka up-nya malem malem yee,,,
Soalnya kalo nulisnya siang siang, ponakan gue gak ada yang jagain nih monmaap :)

******

Dengan kecepatan di atas rata rata, malam ini Aksa mengendarai motornya menuju rumah mewah kediaman Alison Gunadhya.

Sesampainya di sana. Cowok berjaket hitam itupun melangkahkan kakinya tak santai, nampaknya Aksa benar benar dalam keadaan marah. Apa yang Alison perbuat sangat membakar hati serta fikirannya, pria brengsek tak punya hati memang cocok untuk sebutan Sang Papah.

Aksa mencari Alison ke setiap sudut rumah. Dan menemukannya, tengah duduk seraya membuka majalah di ruang utama.

"Selamat datang kembali, Aksa." tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah tersebut, Alison menyapa Aksa yang baru tiba.

"Tidak usah banyak basa basi. Saya yakin, anda sudah tau kenapa saya ke sini bukan?" sarkas Aksa.

Terdengar helaan nafas pelan dari Alison. "Tentang kasus Danu? Atau tentang Ibunda Danu yang pindah ke luar kota?" tanyanya. Aksa hanya diam menatap tajam ke arah Alison menandakan benar, ia ingin menanyakan hal itu.

"Itu murni keputusan dari Ibunda Danu, saya sama sekali tidak melakukan apapun." jawabnya santai.

"Benarkah? Seorang Alison yang licik, pasti bisa melakukan apapun bukan? Termasuk mengatur siapa saja untuk menjalankan apa yang dia mau, menggunakan Uang." jelas Aksa menekan kata uang membuat rahang Alison mengeras.

Rahang keduanya sangat mirip, tentu wajahpun tidak jauh berbeda. Atau dapat di sebut, Aksa adalah rupa Alison saat muda dulu dan begitupun sebaliknya.

"Kamu benar, dan apa yang bisa di lakukan anak muda yang masih meminta uang kepada Papahnya?" balas Alison tajam.

"Tidak ada kan?" katanya lagi seperti tau bahwa Aksa tak dapat menjawabnya.

"Jadi untuk apa anda menyuruh Ibu Danu pindah ke luar kota?" tanya Aksa kembali.

"Bukankah kamu sudah besar? Seharusnya kamu bisa berfikir kenapa saya melakukan hal itu." kata Alison menutup lembar terakhir pada majalahnya kemudian berdiri menghadap ke arah Aksa di sana.

"Ini yang terbaik, Aksa. Kami saling menguntungkan, Ibunda Danu yang membutuhkan uang dan saya yang masih memerlukan nama baik sekolah." jelas Alison seperti tak melakukan kesalahan.

Sepertinya, Alison meminta kepada Ibunda Danu untuk pindah ke luar kota. Agar masalah dan kasus ini cepat selesai kemudian hilang di makan waktu. Lagipula ini bukanlah kejadian yang harus di perpanjang menurut pria berahang keras yang sedikit di tumbuhi rambut halus tersebut.


"Ini tidak adil, Tuan Alison! Apa anda tidak pernah berfikir bagaimana bisa kita membiarkan pembunuh Danu berkeliaran di luar sana?!" tanya Aksa yang kembali berapi api.

Pria itu kembali menghela nafasnya. "Aksa, yang harus kamu lakukan adalah memperbaiki perkumpulan yang kamu pimpin. Masalah Danu biarlah menjadi pelajaran, kamu hanya perlu merubah kejadian yang akan datang. Seperti jangan sampai ada korban lagi." kata Alison yang entah megapa, beberapa kalimat itu diterima di telinga Aksa.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang