29. tanda tanya

10.9K 918 27
                                    

Hari yang di tunggu tunggu semua murid kelas XII pun tiba. Bis sudah terparkir sempurna di lapangan sekolah yang luas, seperti yang sudah kalian ketahui kalau siswa siswi bebas memilih bis mana yang mereka mau.

Karena tujuan kemping kali murni untuk bersenang senang dan bergembira bersama. Kalau bis dan teman tenda saja di tentukan, mungkin hal itu dapat membuat beberapa murid kecewa bukan?

"Aduh, ko belum datang juga si?" resah Meisya. Ia sudah duluan masuk ke dalam bis yang sudah di tentukan oleh partner duduknya.

Tetapi karena sebelum itu Meisya tak berbaris bersama yang lain di lapangan sebab ia di panggil untuk info singkat Olimpiade berikutnya. Kini ia berpisah dengan Freya, Naila dan anggota inti Liberios lainnya.

"Ya ampun. Kalau bangku bisnya udah ke isi semua gimana?" ujar Meisya menatap teman teman sekolahnya yang lain sibuk memilih bangku. Sedangkan ia sudah duduk manis di bangku berderet dua tersebut sendirian.

"Hai, Meisya kan?" tanya seseorang yang tiba tiba saja datang menghampiri Meisya.

"Iya, ada apa ya?" jawab Meisya seramah mungkin.

"Hmm-gue liat dari sana lo belum dapet teman. Dan bangku di sebelah lo juga masih kosong, boleh gak kalo gue aja yang duduk di sana?" ujar cowok dengan lesung pipi samarnya. Berdiri dengan sebelah tangan yang menggaruk belakang leher jenjangnya yang tak gatal.

"Hah? Ng-gimana ya-"

Bukannya tak mau. Tetapi Meisya sudah memiliki janji sebelumnya. Bangku ini bukannya tak memiliki pemilik, namun sayangnya orang itu belum sampai saja di bis ini.

"Gimana, boleh gak?" ulang cowok tersebut. "Yaudah gue langsung duduk aja ya-"

"Jelas gak boleh." potong cowok berjaket hitam bertuliskan Liberios. "Karena ini bangku gue, paham?" katanya lagi dengan tatapan sangat tak bersahabat. Kalau ia telat barang sedetik saja sudah bisa di pastikan cowok reseh ini akan menduduki bangkunya.

Tanpa di jelaskan, Aksa sangat tau kalau Meisya tak enak jika menolak permintaan manusia pengganggu itu.

"O-oh, jadi ini bangku lo, gue gak tau-"

"Sekarang lo udah tau kan? Terus mau ngapain lagi masih di sini?" sekali lagi Aksa menyela ucapan cowok yang wajahnya sudah memerah ketakutan.

"I-iya, gue pergi."

Meisya menahan tawa dengan cara hanya menunjukkan senyum manisnya. Melihat Aksa yang sepertinya sangat tidak suka dengan cowok tadi, dan mengusirnya bahkan tak membiarkan cowok itu menyelesiakan ucapannya terlebih dahulu. Sangat menggelitik hatinya.

"Kalo bisa ilangin tuh, rasa gak enakan lo. Karena nanti malah orang orang yang pada seenaknya sama lo." kata Aksa duduk di bangku sebelah Meisya. Membiarkan gadis itu duduk di bangku dekat jendela.

"Kamu si, lama banget datengnya. Tadinya aku mau biarin aja dia duduk di sini." jawab Meisya hanya ingin menggoda Aksa.

Menengok perlahan. Cowok itu menatap Meisya tak percaya. "Beneran?"

"Iya." jawab Meisya nampak tak ada keraguan.

Setelah mendengar jawaban dari Meisya. Tiba tiba saja Aksa bangun dari duduknya, dan itu sukses membuat Meisya terkejut mendapati gerak cepat dari cowok tersebut.

"Yaudah sana. Panggil aja lagi orangnya." ujar Aksa hendak berlalu. Namun pergelangan tangannya langsung di cekal oleh Meisya yang kemudian menarik Aksa hingga membuat cowok itu duduk kembali di tempatnya semula.

Bedanya, kali ini jarak di antara mereka tidak terdeteksi yang menandakan bahwa keduanya sangat berdekatan akibat tarikan kuat dari Meisya.

"Nggak! Aku bercanda doang tadi, apaan si ko kamu jadi baperan gini?!" kata Meisya yang tangannya masih memegangi lengan Aksa.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang