Ciee update lagi...
Gua usahain up-nya setiap hari!******
"Kalo gue bilang, gue suka sama lo gimana. Sya?" tanya Aksa pelan.
Detakan jantung Meisya seakan berhenti. Memang terdengar sangat berlebihan, tetapi sungguh bibir Meisya menjadi keluh untuk menjawab dan lebih tepatnya ia sangat gugup sekarang!
"Diem aja. Kalo lo gak suka, gue gak bakal bilang." ujar Aksa menghela nafasnya.
Tidak jadi mengatakan apa? Dan juga meminta izin seperti apa yang tengah Aksa lakukan? Kalaupun ia tidak jadi mengatakannya tetapi Meisya kan sudah mengetahui hal tersebut.
Sebelah tangan Meisya mengepal sempurna menahan desiran aneh yang mengalir di dalam darahnya saat ini. Karena satu tangannya lagi masih berpegangan erat dengan Aksa yang masih belum mau melepas tautannya.
Ingin sekali Meisya mengatakan 'Bilang aja! Bilang sekarang!'
Ayolah Aksa Katakan! Katakan saja karena Meisya memiliki jawaban yang sama seperti perasaan cowok itu. Kenapa harus menanyakan respond dari Meisya terlebih dahulu kalau Aksa dapat melihat wajah Meisya yang sudah sangat memerah jika di goda seperti ini?
"Ng—"
Meisya merutuki dirinya sendiri yang mendadak menjadi bisu.
"Yaudah, kalo lo gak mau jawab." goda Aksa kembali dengan wajah yang menahan gelak tawanya.
"Jadi—"
"Aksa!" panggil seseorang dari belakang tubuh keduanya. "Agam! A—agam kabur!" lanjutnya yang langsung mendapati raut terkejut dari Aksa.
Cowok itu meloncat turun dari pembatas rooftop setelah membalikkan tubuhnya. Tidak lupa Aksa membantu Meisya turun dengan hati hati, Aksa mengernyitkan dahinya sebab tubuh Meisya bergetar ketakutan.
Ah, Aksa lupa Meisya kan takut ketinggian.
Tak ada basa basi lagi. Aksa segera berlari menghampiri gudang belakang tempat Agam di sekap, dan di susul oleh Meisya juga seseorang yang memberikan informasi tadi. Saat tiba di sana, pintu gudang sedikit terbuka. Aksa berjalan cepat mendorong pintu kayu tua itu dengan sangat keras hingga beberapa potongan kayunya patah dan rusak.
"Shit! Kenapa dia bisa kabur?! Lo semua tau kan kalo dia diiket dan pintu gudang juga di kunci!" bentak Aksa kepada beberapa anggota Liberios yang di tugaskan untuk menjaga Agam.
"Maaf Bang. Tapi tadi kita ke luar sebentar, dan udah bilang ke Bang Kenzo. Soalnya kan tadi cuman ada Bang Aksa sama Bang Kenzo di sini." jawab salah satu di antaranya. Yang sudah tentu ia adalah adik kelas Aksa di sekolah, terbukti cowok itu memanggil Aksa dan Kenzo dengan embel embel Bang sebelum menyebut nama keduanya.
Aksa menajamkan tatapannya. Tidak mungkin Agam bisa tiba tiba bebas dan pergi begitu saja. Dan asal kalian tau kalau gudang belakang tidak memiliki ventilasi satu pun, ruangan itu hanya memiliki lubang udara di dalamnya.
Sepertinya Agam memang keluar lewat pintu kayu tua yang sudah rusak akibat ulah Aksa tadi, karena kunci pintu tersebut masih menggantung di bawah knop pintu.
Gadis yang baru saja menghampiri Aksa dan yang lainnya hanya bisa diam. Memandangi wajah Aksa yang mengeluarkan aura kemurkaan.
"Eh, ada apaan nih?" tanya Kenzo yang baru saja keluar dari lorong, kebetulan lorong itu bersebelahan dengan gudang belakang.
"Bang, Agam kabur!" ujar cowok si adik kelas tadi.
"Hah?! Ko bisa?" tanya Kenzo nampak sangat terkejut.
"Kita juga gak tau, kita baru aja sampe ke basecamp dan liat pintu gudang udah kebuka. Dan ternyata gak ada Agam di dalam gudangnya!" kata cowok itu mewakilkan teman temannya yang lain.
"Lo abis dari mana?" tanya Aksa dengan wajah datarnya kepada Kenzo.
"Gue? Hm—gue abis dari toilet belakang." jawab Kenzo sedikit terbata bata.
"Kenapa ke toilet belakang? Di sini juga ada toilet, Bang."
"A—airnya mati. Coba aja lo idupin, makannya gue ke toilet belakang." kata Kenzo kembali.
Aksa menghela nafas panjangnya. Masih menjadi tanda tanya besar kenapa Agam dapat tiba tiba kabur dari gudang. Kalau memang anggota Liberios kurang ketat melakukan penjagaan. Tetapi apa ikatan kuat di tangan dan kaki, juga pintu yang di kunci dapat di buka oleh Agam yang bahkan tidak memiliki tenaga saat itu?
Mereka sudah memberikan Agam makanan dan minuman, mereka tidak sekejam Dareen. Tetapi Agam selalu menolak kemudian malah mengeluarkan umpatan dan makian untuk Aksa, tentu karena emosi Aksa sangat susah di tahan jadilah cowok malang itu mendapat pukulan maut dari ketua Liberios.
"Lo semua terus berjaga jaga. Canopus bisa nyerang kita kapan aja." ujar Aksa mendapat anggukan paham dari semua orang.
Segera Aksa menarik Meisya untuk keluar dari basecamp sampai ke halaman luar. Cowok itu mengelurkan motornya dari barisan kendaraan milik teman temannya di dalam, kemudian menyuruh Meisya untuk naik dan melajukan motornya entah menuju ke mana.
"Aksa." panggil Meisya hati hati namun tak ada balasan dari cowok itu.
"Mungkin Aksa gak denger." batin Meisya memilih diam.
Sedangkan Aksa sibuk dengan fikirannya, matanya memang tertuju lurus menatap jalanan. Tetapi otaknya sedang mencerna apa yang telah terjadi, si adik kelas salah satu anggota Liberios tadi bilang kalau di basecamp hanya ada Aksa dan Kenzo.
Dan Aksa benar benar yakin bahwa Agam bisa kabur karena bantuan seseorang, jangan jangan—Tidak! Fikiran busuk apa yang tengah merasuki Aksa saat ini.
Mana mungkin Kenzo yang telah melakukannya. Walau dari semua anggota inti Liberios, hanya Kenzo yang terkadang mengatakan kepada Aksa bahwa mereka harus menghentikan permusuhan antara Liberios dan Canopus.
Bukan berarti Kenzo dapat menusuknya dari belakang!
"Sya." panggil Aksa menyadarkan Meisya. Ternyata Aksa mengantar gadis itu pulang. Dan saat Aksa lihat dari kaca spion Meisya tengah diam dengan pandangan kosong.
Apa yang gadis itu fikirkan juga?
"Oh, kamu anterin aku pulang? Aturan gak usah, kenapa kamu gak bilang dulu sama aku?" kata Meisya turun dari motor besar milik Aksa.
"Lo baru nyadar? Kalo gue mau antar lo pulang?" tanya Aksa. Harusnya Meisya kenal jalanan untuk menuju perumahan yang terdapat rumah milik Diana juga Meisya saat ini.
Berarti Meisya sudah lama bengong sampai tak menyadarinya kah?
"I—iya aku baru nyadar nih." ujar Meisya cengengesan.
"Yaudah masuk sana, kalau ada seseorang yang mantau rumah lo atau seseorang yang mencurigakan. Lo langsung hubungin gue atau anggota Liberios lainnya, siapapun. Oke?!" tegas Aksa kepada Meisya.
"Iya." jawab Meisya menunduk.
"Gue gak mau kejadian tempo hari terulang. Paham kan maksud gue?" kata Aksa. Tak lain dan tak bukan adalah ketika Meisya di sekap oleh Dareen, dan anggota Canopus yang lain.
"Paham. Aksa, kamu juga hati hati. Aku mohon selagi kamu bisa tahan emosi lebih baik di tahan aja berantem berantemnya. Luka kamu aja masih belum sembuh." kata Meisya menyentuh sudut bibir Aksa yang sedikit lebam itu.
Melihat raut sedih Meisya yang sedang menyentuh sudut bibirnya samar. Membuat Aksa tersenyum hangat, desirah itu selalu ia rasakan ketika menatap wajah dan terutama ketika menatap manik indah milik gadisnya.
"Kenapa senyum?!" tanya Meisya menyadarinya.
"Senyum kan ibadah." jawab Aksa masih tersenyum.
******
Heyy heyyy


KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...