38. teror

8.5K 712 37
                                    

"Mau ke mana lo, Sa?!" tanya Kenzo saat Aksa tak menghabiskan makanannya di kantin.

"Abisin dulu makanan lo!" suruh Farzan tetapi Aksa sama sekali tidak menggubrisnya.

Aksa tiba tiba pergi setelah melihat layar ponselnya. Padahal mereka berlima sedang asik asiknya makan di kantin pada jam istirahat seperti biasa. Walau aura dan ucapan yang Aksa berikan sedikit membuat yang lain sempat bertanya tanya, terasa begitu aneh.

Terkecuali Saguna. Ia sudah paham kenapa Aksa menjadi resah, namun hanya sebatas itu. Saat Saguna tanya apa keadaan semakin membaik atau semakin runyam? Aksa malah tak menjawabnya.

******

Walau sudah mendapat teriakan dari beberapa sahabatnya. Aksa tak menghentikan langkah lebarnya hingga sampai di depan pintu rooftop sekolah. Dadanya naik turun menahan api yang sudah membakar setengah hatinya sampai habis tak tersisa.

Bruk!

Aksa membuka pintunya dengan amarah yang terpendam. Kepalan tangannya sudah siap memukul siapapun yang akhir akhir ini memberikannya sebuah tanda tanya yang besar.

"Dimana lo?! Keluar kalo berani! Lo gak lebih dari seorang pecundang, tunjukkin dimana lo sekarang. Bangsat!" teriak Aksa sudah terlewat kencang.

Flassback On
Anggota Liberios sedang memakan makanannya dengan ritme yang pelan. Karena mereka sedang asik berbincang dan mengobrol ria, walau ada yang mengganjal di hari ini sebab Aksa terlihat diam saja sedari tadi.

"Woi, kemaren gue liat Shasa lagi ganti baju!" ujar Kenzo pelan.

"Maksud lo apaan?!" kesal Farzan. Enak saja, Farzan saja belum pernah melihatnya dalam kondisi seperti itu.

"Sabar sabar, gue jelasin dulu. Jadi gue buru buru mau ke toilet dan ternyata gue salah masuk." ujar Kenzo mulai bercerita. "Gue masuk ke toilet cewek, nah ngepas banget disitu lagi ada Shasa yang mau ganti baju olahraga!" katanya lagi.

"Modus anjim!" marah Farzan.

Ting!

Semua menatap ponsel Aksa yang mengeluarkan bunyi. Tanpa banyak berfikir Aksa langsung mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja kantin. Tidak lupa juga untuk menyuruh yang lainnya agar melanjutkan obrolan tidak berguna mereka.

Aksa tak mau ada yang curiga tentang pesan dari orang asing yang masuk ke ponsel mahalnya.

+628*********
Ke rooftop sekarang. Gue bakal kasih satu petunjuk buat lo.

Flassback of

"Keluar lo! Sialan!" Aksa mengeluarkan semua umpatannya. Karena hingga detik ini, orang asing itu tidak juga menunjukkan batang hidungnya.

Sudah berkali kali Aksa menyusuri rooftop yang terdapat beberapa meja dan bangku yang sudah lapuk. Sampai Aksa menyadari tidak ada satupun orang di sini selain dirinya sendiri, apa pecundang itu tengah mempermaikan dirinya?!

"Brengsek." sekali lagi. Aksa tak kuasa menahan umpatan dari bibir tipisnya.

Ia memutuskan untuk kembali ke kantin atau lebih baik kembali ke kelasnya. Tetapi saat Aksa hendak berbalik—mata tajamnya mendapati kain putih yang lumayan panjang tengah menutupi sebagian tembok rooftop di bagian belakang sana. Bagian yang memang sangat padat oleh kayu rapuh bekas meja dan bangku yang sudah lama tak terpakai.

Dengan tak santai Aksa menghampirinya. Dan menarik kain tersebut hingga lepas dari tempelannya di permukaan tembok rooftop. Di sana, terdapat beberapa patah kata yang di coret seseorang menggunakan cat berwarna hitam.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang