17. senyuman hangat

13.8K 1K 45
                                        

"Entah mengapa, senyumanmu bagaikan sebuah penawar untukku."
-Aksara Gunadhya

******

Suasana di kantin, lebih tepatnya di meja tempat biasa anggota Liberios berkumpul sangat terasa sepi dan sunyi. Tidak seperti biasanya, bersenang senang dan sangat tidak kondusif layaknya pasar malam.

Terdengar suara dentingan sendok yang beradu dengan piring karena mereka hanya mengaduk aduk makanannya saja. Tak lupa suara dari murid yang lain, sedikit mengisi kekosongan yang sedang berlangsung.

"Ada apa?" tanya Aksa yang baru tiba. "Kenapa lo semua diem aja?" tanyanya lagi.

Masih tidak ada suara, begitupun anggota inti Liberios. Tidak ada yang membuka mulutnya dan berbicara sesuatu, hanya menatap Aksa kemudian diam.

"Lo semua budek?!" kata Aksa menjadi emosi.

"Lo, duduk dulu." jawab Samuel menyuruh Aksa agar tenang dan duduk di bangku meja kantin.

"Nyokap Danu." ujar Farzan setelah Aksa menuruti ucapan Samuel barusan.

Sebenarnya kantin bukan tempat yang pas untuk mengatakan ini semua, tetapi bisa di pastikan tidak ada siswa maupun siswi selain anggota Liberios yang mendengarnya.

Mereka duduk di pojok kantin kan?

"Kenapa sama nyokap Danu?"

"Dia ngambil uang kompensasi dari bokap lo. Dan kabarnya nyokap Danu pindah ke luar kota setelah nerima uang itu tadi pagi."

"Tadi pagi?" ulang Aksa.

"Iya, tapi gue yakin. Dia ngambil itu bukan karena gak sayang sama Danu,  setau gue adik Danu yang sekarang baru berumur 7 tahun mengidap penyakit serius, gue rasa uang Kompensasi-nya buat hal itu." jawab Samuel melontarkan pendapatnya.

"Tapi kenapa harus pindah ke luar kota?" tanya Aksa mendapat tanda tanya besar.

"Kita juga gak tau." kata Kenzo menghela nafasnya.

"Jadi, lo mau kita kaya gimana sekarang?"

"Hal itu sama sekali gak merubah keputusan gue. Kita bakal tetap serang Canopus." ujar Aksa mantap.

"Kita gak bisa." suara dari Saguna mengundang semua pasang mata yang mendengarnya, menatap dengan tatapan terkejut.

"Apa maksud lo?!"

"Bokap lo, membuat surat perjanjian. Kalau kita dan semua yang bersangkutan sama kasus Danu, gak boleh melakukan pembalasan. Dan nyokap Danu, udah menanda tangani itu di atas materai." kata Saguna membuat Aksa mengepalkan tangannya menahan gejolak api yang membakar hatinya.

"Di lorong sekolah. Kita ketemu sama nyokapnya Danu, dia minta buat kita gak melakukan pembelaan sama sekali. Secara gak langsung, dia udah setuju kalo kasus ini di tutup." tambah Samuel dengan nada sedihnya.

Sialnya. Alison sangat sangat licik, Aksa benci pria brengsek itu.

Ini benar benar membuat emosi Aksa terkuras habis. "Masalah sekarang, bukan cuman tentang Danu. Tapi ini masalah Liberios sama Canopus!" ujar Aksa.

"Gue tau. Dan gue juga gak mau. Yang gue pengen, mereka dapet hukuman yang setimpal. Tapi kita bisa apa? Kita bisa apa kalo nyokapnya Danu sendiri yang minta ini semua?" kata Farzan meminta Aksa untuk berfikir logis.

"Brengsek!"

******

Mencoba fokus, Meisya kembali mengerjakan tugas yang Aksa minta. Sebenarnya ia sudah selesai dengan beberapa soal di sini, namun Aksa membawa kira kira sepuluh buku.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang