51. ternyata

8.6K 669 22
                                    

"Sekalipun tidak pernah terlintas di pikiranku. Bahwa kamu, adalah sebab atas semua masalah yang datang."
-Aksara Gunadhya

******

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tetapi batang hidung Kenzo saja belum terlihat oleh mereka. Aksa memilih mengunjungi rumahnya karena Nency menelponnya kalau saat ini rumah sedang kosong, tidak mungkin Aksa menolak permintaan adik kecilnya—jadi di sini lah Aksa berada. Di kediaman keluarga Gunadhya.

"Papah ke mana?" tanya Aksa mengambil keripik kentang di dalam toples.

"Biasa, sibuk sama urusan kantor." jawab Nency yang juga sibuk memandangi layar televisi.

"Gue gak bisa sampe malem di sini, dan—"

"Iya gue ngerti. Lo gak tidur di sini kan? Seenggaknya temenin gue sampe Papah pulang, gue takut tau kalo sendirian." ujar Nency mengetahui apa yang Aksa maksud bahkan sebelum Abangnya itu menyelesaikan ucapannya.

"Oke! Gue tememin. Tapi jangan tidur kemaleman, istirahat yang cukup." ucap Aksa perhatian.

Tidak ada suara lagi dari Nency. Gadis itu hanya mengangkat jempol tangannya menandakan kalau ia akan melakukan apa yang Aksa perintahkan, tetapi nanti jika film layar lebar di televisi tersebut sudah tamat. Kan tidak enak jika di gantung sebelum mengetahui akhir ceritanya.

Terlihat cowok itu membuka ponselnya. Film yang Nency tonton di televisi, Aksa sangat tidak tertarik. Jadi ia memilih membalas chat chat yang masuk ke dalam WhatsApp, hingga notif pesan terdengar menyusuri indra pendengarannya.

Ting!

Aksa mengernyitkan dahinya, karena yang masuk adalah nomer tidak di kenal.

08*********
Aksa, kamu bisa ke rumah aku nggak? Sebentar doang ko, ini aku Meisya. Aku pakai nomer Tante Diana, maaf kalo aku bikin repot kamu

Ternyata ini adalah Meisya. Kenapa gadis itu memakai nomer Diana? Memangnya ada apa dengan ponsel gadisnya itu?

"Hmm—gue mau keluar nih sebentar. Lo mau nitip apaan?" tanya Aksa kepada Nency seraya memakai jaket tebalnya.

"Mau ke mana lo?" tanya Nency menoleh.

"Gue ada urusan. Gak lama ko."

Nency menghela nafas pelannya. "Jangan lama lama," rengek Nency tidak mau di tinggal sendirian oleh Aksa.

"Sebentar doang. Gue janji. Lo mau nitip makanan apa? Nanti gue beliin pas jalan pulang ke sini." ujar Aksa mengusap puncak kepala Nency sangat lembut. Akibat perlakuan manis Aksa, Nency jadi tidak bisa melarang dan ia akan membiarkan Abangnya pergi sebentar. Hitung hitung agar dirinya juga bisa dapat makanan gratis.

"Gue mau burger satu, kebabnya satu. Sama baso yang di samping tukang nasi padang itu loh, kalo bisa sih sama nasi padangnya juga boleh. Minumnya gue mau yang seger seger dan gak pake lama! Awas ya sampe lo lama gue bakal ngambek tujuh hari tujuh malem." cerocos Nency bagai kereta api yang sangat panjang.

"Lo gak jadi diet?" sarkas Aksa. Biasanya Nency tidak akan mau makan banyak, apalagi pada malam hari. Katanya sih takut gendut.

"Besok aja. Udah sana, buruan beliin gue makanan yang banyak!" usir Nency.

"Mencari kesempitan dalam kesempatan lo!" cerca Aksa sebelum pergi keluar rumah.

"Kebalik anjrot!"

******

Saat di jalan. Kebetulan keadaannya sedang tidak ramai pengendara, hingga Aksa bisa leluasa mengendarai motor sport ninjanya yang bertabrakan dengan dinginnya angin malam.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang