"I think we could do it if we tried
If only to say you're mine."
Sofia by Clairo******
Dari jauh sini, cowok berpostur tinggi dan kekar memandangi gadis cantik yang sedang mengobrol dengan teman temannya di pinggir lapangan.
Tubuh berbalut kemeja putih yang kancingnya ia biarkan terbuka dan menampilkan kaus berwarna hitam. Di senderkannya di dinding sekolah, sudah berapa kali ia katakan kalau senyum gadis itu sungguh menenangkan.
"Ayam ayam!"
Aksa menoleh dan mengernyitkan dahinya. "Ngapain lo?" tanyanya pada Samuel yang berteriak ayam di samping telinganya barusan.
"Ngagetin elo lah!" jawabnya ngegas. "Tapi ko lo gak kaget si?"
"Bego! Kalo lo niat mau ngagetin. Harusnya kata ayam itu dialog gue bukannya lo!" kata Aksa. Ah kenapa harus menjelaskannya? Buang buang waktu saja.
"Jadi gue salah ya?" tanya Samuel menunjuk dirinya sendiri menggunakan jari telunjuk cowok tersebut.
"Salah! Lo lahir aja udah salah, harusnya lo ngalah pas masih jadi sperma. Biarin calon calon orang berguna yang menang!" kejam Aksa, karena kedatangan Samuel sangat mengganggu dirinya.
"Sebegitu gak bergunanya aku di matamu Mas Aksa?" tanya Samuel najis.
"Udah sana pergi! Gue mau sendiri." usir Aksa mendorong pelan bokong Samuel beberapa kali menggunakan kakinya agar cowok itu mau menjauh dari tempat ini sekarang juga.
"Yaelah lo lagi liatin siapa si?" tanya Samuel mengikuti arah manik Aksa. "HAHAHAHA!" tawanya meledak dalam sesaat.
"Kenapa lagi lo?" tanya Aksa semakin tak bersahabat.
"Lo lagi liatin Meisya? Gue yakin banget lo udah jatuh cinta sama dia, Sa! Cara lo natap dia sama perlakuan lo beberapa hari terakhir ini udah nandain lo suka sama dia!"
"Sotoy." ketus Aksa melipat kedua tangannya di depan dada. Namun bodohnya, ia masih menatap Meisya di sana walau sedang di ledek oleh Samuel.
"Sa, bibir boleh ngeles. Tapi mata gak pernah bohong!" ujar Samuel kepada sahabatnya itu.
"Karena mata gak bisa ngomong! Kalo bisa juga dia bakal ngeles!" balas Aksa masih tak mau kalah.
"Bukan gitu konsepnya anjir! Kalo bukan ketua Liberios, udah gue cekek lo!" jawabnya mendapat tatapan memicing dari Aksa, cowok itupun membalasnya dengan cengengesan seperti biasa.
"Maksud gue itu, tatapan lo gak bisa bohong. Gue bisa baca itu." jelas Samuel memberi tau Aksa tentang apa yang selama ini ia lihat dan ia rasakan.
Apa benar? Memangnya seperti apa si tatapan mata yang ia tunjukkan ketika tengah menatap Meisya?
"Sana samperin. Dia mau berangkat ke sekolah laen buat dampingin peserta Olimpiade." suruh Samuel mendapat dencihan cukup kuat dari Aksa.
"Gue nyamperin dia? Lo gak usah ngelawak, Sam." jawab Aksa terkekeh menjengkelkan.
"Hadehhh! Jaman sekarang masih nurutin ego dan gengsi lo? Hello, sekarang udah tahun berapa sayang?!" ujar Samuel sebelum pergi meninggalkan Aksa yang diam mencerna ucapan sahabatnya barusan.
"Ayolah! Gue gak mungkin samperin dia walau cuman bilang 'Take care' aja kan?" ujarnya bermonolog.
Aksa harus mencari cara, bagaimana ia dapat menghampiri Meisya di sana. Namun dalam keadaan mempunyai alasan untuk hal itu, tidak seperti yang tiba tiba datang tidak jelas,

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...