"Tidak ada kecurigaan di antara kami. Karena kami tau, terkadang kecurigaan itu sendiri yang dapat menghancurkan segalanya."
- LIBERIOS******
Sebuah motor sport ninja baru saja berhenti tepat di parkiran cafe ternama se-Jakarta. Semua orang menoleh dan tersenyum merekah, bukan karena melihat motor mahalnya tetapi karena melihat siapa yang mengendarai kendaraan beroda dua tersebut.
Apalagi saat cowok itu membuka helm full face miliknya, kemudian dengan sebelah tangan menyisir rambutnya yang berantakan dengan asal. Namun anehnya rambut cowok itu malah semakin tak beraturan, tidak buruk justru hal itu menambah kesan tampannya.
Aksa mengernyitkan dahinya. Kenapa semua gadis sampai wanita berumur di sekitar sini menatap dirinya? Merasa sedikit takut Aksa segera memasuki cafe yang di dalamnya sudah ada seseorang tengah menunggu dirinya sedari tadi.
"Lama." kata cowok berjaket hitam senada dengan Aksa. Bedanya Aksa sudah melepas jaketnya barusan karena alasan gerah dan panas.
"Macet, lo lupa kalo kita tinggal di Jakarta?" sarkas Aksa.
"Waktu gue terlalu berharga buat nunggu lo di sini." jawab Saguna kembali.
"Alah, kerjaan lo emang ngapain? Paling cuman kacangin spam chat dari Freya tapi tetap aja di baca terus. Oh iya, sama reject telepon dari tuh cewek kan?" kejam Aksa membuka kartu.
Saguna menimpalinya hanya dengan dencihan dan juga kekehan meledek.
"Lo emang beneran nggak mau sama Freya? Cakep, body-nya juga bagus." kata Aksa sebelum meminum jus yang sudah Saguna pesan beberapa saat lalu.
"Nggak, makasih."
"Terserah lo aja. Tapi kalo tiba tiba Freya oleng, dan udah gak suka sama lo lagi. Gue yakin lo bakalan nyesel." ujar Aksa membuat Saguna diam selama beberapa saat.
Ternyata bukan diam untuk berfikir. Jangan lupakan kalau hobi Saguna memang diam dengan tatapan datar, Aksa berdencak karena ucapannya tidak di respond oleh sang sahabat.
"Diem aja lo kaya patung, mending bantuin Abang lo sana." unjuk Aksa. Lupa menjelaskan kalau cafe yang sangat terkenal ini adalah milik Kaka laki laki dari Saguna. Hari ini cafe lumayan ramai pengunjung dan saat Aksa menyuruh Saguna untuk membantu Kakanya tadi, bermaksud untuk membantu menghitung uang pemasukan. Hehe
"Males." kata Saguna terlihat masa bodo.
"Lo udah tau. Kalau Agam kabur?" tanya Aksa memulai topik yang lain. Topik yang lebih sensitif dan sebenarnya Aksa malas untuk membicarakan hal ini.
Kabarnya Dareen sudah sadar. Namun masih memerlukan perawatan yang sangat ketat akibat ulah Aksa, jadi cowok itu tidak akan macam macam untuk saat ini. Dasar lemah!
"Udah. Biarin aja, buat apa juga kita sekap dia. Cuman nyusahin." kata Saguna. Memang seperti itulah Saguna, ucapannya akan susah di lupakan baik itu pujian ataupun makian.
Namun lebih sering cacian sih.
"Ck! Na, kita bisa gunain dia kalo Dareen berulah lagi." ujar Aksa. "Lagian gue masih bingung, siapa yang udah bebasin Agam dari gudang belakang?" hanya kepada Saguna, Aksa lumayan terbuka. Anggap saja keduanya mempunya ikatan persahabatan yang lebih erat di banding yang lainnya.
"Kalo lo mau. Kita bisa cari mereka lagi, sekap di gudang yang sama. Gampang kan?" balas Saguna.
"Lo gak paham." celetuk Aksa karena sangat kesal.
"Gue udah denger dari yang lain. Saat itu di basecamp cuman ada Kenzo sama lo,"
Sekali lagi terdengar helaan nafas dari Aksa. Ia sangat bingung dan seperti tengah di landa beribu ribu tanda tanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...