08. kakinya terluka?

19.3K 1.3K 85
                                    

Dari kejauhan, terlihat Meisya yang tengah berjalan dengan kaki pincang. Sepertinya luka itu cukup sakit dan untung saja Aksa kembali ke sini untuk membantu gadis itu. Dengan perlahan Aksa menjalankan motor dan sedikit memelankan lajunya ketika berada di samping Meisya.

"Naik." ujarnya tanpa ekspresi, tanpa nada bahkan tanpa menoleh ke arah Meisya.

Meisya menunjukkan raut terkejut dan bingung mendapati Aksa di dekatnya.

"Ngomong sama aku, Sa?" tanyanya.

"Sama kodok." jawab Aksa asal.

"Oh yaudah."

Aksa tak percaya. Gadis itu percaya dan malah melanjutkan jalan pincangnya, tidak meladeni dirinya lagi?

"Lo kodoknya! Gue nyuruh lo naik!" ketus Aksa kembali.

"Ih aku bukan kodok ya, nama aku Meisya Grizelle!" ujar Meisya menyebutkan nama panjangnya.

"Di mata gue lo itu cuman sebatas cewek aneh kembarannya kodok tau gak?!" Kata Aksa masih melajukan motornya seirama dengan langkah pelan Meisya. Selalu saja bertengkar seperti ini, Aksa pusing meladeni Meisya yang kelewat polos.

"Kamu tuh cowok gak jelas yang bisanya cuman marah marah. Kena darah tinggi baru tau rasa." ujar Meisya. Memelankan suaranya ketika di akhir kalimat, seperti gumaman kecil.

Aksa menghela nafas pelan. "Udah cepet naik!"

"Kenapa kamu nyuruh aku naik? Mau kemana? Kamu mau bawa aku ke mana? Kamu—"

"Bisa diem gak? Mau gue lakban mulut lo itu?" sarkas Aksa memberhentikan motornya di susul Meisya yang juga memberhentikan langkahnya, "Gue suruh lo naik. Dan gak usah banyak omong." katanya lagi.

"Emang kamu bawa lakbannya?"

Skak!

Jelas Aksa tidak membawanya, itukan hanya ucapan untuk menunjukkan kalau Aksa sudah kelewat ENEK mendengar bacot gadis itu!

"Please, jangan ngomong lagi. Gue udah gak kuat." Aksa terlihat sedang memijat pelipisnya yang pusing. "Mau naik atau gak?" tegasnya. Sial, untuk urusan ini Aksa harus membuang buang waktu berharganya hanya untuk membantu seorang Meisya? Kalau benar Aksa menyimpan lakban. Tidak perlu banyak bicara sudah pasti besok di temukan seorang gadis di pinggir jalan dengan mulut yang tertutup lakban.

Ulah siapa? Tentu saja, Aksa.

"Iya tapi mau ke mana? Aku gak mau naik ke motor kamu itu kalau tujuannya gak jelas, Aww!" Meisya kembali meringis memegangi kakinya yang perih.

Memandangi luka tersebut, Aksa semakin kasihan kalau seperti ini jadinya.

"Buat obatin luka lo."

"Obatin luka aku? Kamu mau obatin luka aku, Sa? Yang bener?"

"Iya. Karena gue kasian sama lo, udah jelek terus jalan sendirian di pingggir jalan. Mana lo jalannya pincang gitu gara gara kaki lo luka." kilah Aksa, tak terasa. Aksa banyak bicara saat bersama dengan Meisya.

"Ya ampun. Itu Body Shaming tau!"

"Udah cepat naik!" ulangnya. Akan semakin lama kalau terus mendengarkan gadis itu berbicara dan tiada henti hentinya. Lagi pula tujuannya searahkan? Aksa akan menjenguk Mpo Siti sekaligus mengantarkan Meisya ke rumah sakit agar gadis itu bisa mengobati lukanya.

"Hmmmm—" Meisya nampak berfikir, "Oke aku naik!"

******

Clek

Suara pintu menyadarkan Meisya yang tengah duduk di bangku panjang ruang tunggu rumah sakit. Sudah beberapa menit Meisya menunggu Aksa yang langsung masuk ke dalam salah satu ruang inap tanpa mengatakan sepatah katapun, berhubung kakinya sudah di obati dan di perban. Meisya mulai menghampiri Aksa dengan hati hati.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang