Di sinilah keduanya berada, di perpustakaan sekolah yang luas dengan fasilitas yang lengkap. Jika kalian berada di dalamnya, bisa di pastikan kalian akan sangat betah walau ternyata kalian tidak terlalu suka membaca sebuah buku.
Jika kalian akan terhipnotis dengan suasana dan keadaan di dalam perpustakaan. Beda dengan Aksa yang sepertinya terhipnotis oleh kecantikan Meisya yang sedang mencoba mengerjakan beberapa soal di buku paket milik Aksa.
"Kamu dengerin gak sih aku bilang apa?" tanya Meisya merasakan kalau Aksa tidak memerhatikan buku tetapi malah menatap wajahnya. Bukannya gimana gimana, hatinya sudah mau meledak jika di tatap oleh mata tajam Aksa begitu.
"Denger ko. Dari tadi juga aku dengerin." kata Aksa tersadar.
Meisya kembali mengarahkan pandangannya ke arah buku. Dan Aksa juga kembali menikmati pemandangan indah yang tak lain adalah wajah cantik gadisnya.
"If all it is is eight letters
Why is it so hard to say?
If all it is is eight letters
Why am I in my own way?"Mendengar gumaman Aksa yang menyanyi sebuah potongan lagu namun samar samar. Meisya menoleh dengan sebelah tangan yang masih memegang pupel berwarna hijau muda.
"Kamu nyanyi?" tanya Meisya polos.
"Berdoa."
Aksa menghela nafas pelan. Apa Meisya tidak mengerti apa maksudnya? Arti dari lirik yang ia nyanyikan dengan suara pelan tadi? Delapan huruf yang di susun menjadi beberapa kata hingga menjadi satu kalimat yang begitu sulit untuk Aksa ucapan kepada gadisnya, Meisya.
Yasudahlah, Meisya memang tidak peka.
"Coba kamu kerjain yang ini. Rumusnya sama kaya yang nomer 2." kata Meisya menggeser buku paket yang cukup tebal. Sebenarnya ini bukanlah PR yang guru berikan, melainkan ini tugas di sekolah seminggu yang lalu.
Sengaja Aksa meminta Meisya mengerjakannya agar bisa berduaan dengan gadisnya. Tugas? Jika Aksa tidak mau mengerjakannya, siapa yang akan memaksanya untuk mengubah apa yang ia mau?
"Kamu ngeledek? Aku kan gak bisa." kata Aksa.
"Kan udah aku ajarin. Kan bener kalau kamu gak dengerin penjelasan aku barusan!" teriak Meisya kesal.
"Shttt! Gak boleh berisik." peringatan dari Aksa membuat Meisya terdiam dengan wajah cemingnya. Semua orang menatapnya merasa terganggu, astaga kenapa Meisya menjadi bodoh begini sih?!
"Kamu sih berisik. Jadi di liatin orang lain kan. Kalo nanti aku berantem sama cowok itu gimana?" tunjuk Aksa kepada seorang cowok yang sempat menatap Meisya dengan pandangan terganggunya—cowok itu tengah membaca sebuah buku.
"Berantem aja sana." kata Meisya pura pura tak perduli.
"Ko dibiarin aja sih. Aturan kamu tahan aku biar gak berantem, karena takut aku kenapa napa." ucap Aksa dengan melasnya.
Meisya menahan sudut bibirnya agar tidak terangkat. "Kan kamu jago berantem. Pasti kamu menang, udah sana katanya mau berantem sama dia." ujar Meisya.
"Gak jadi deh." ujar Aksa mengubah duduknya lalu menjadi diam memerhatikan buku. Itukan yang Meisya minta darinya sedari tadi? Yasudah Aksa akan menurutinya.
Tidak dapat di tahan lagi. Meisya mengembangkan senyum manisnya, tingkah Aksa akhir akhir sangat lucu menurutnya. Apalagi ketika cowok itu mengucap kata aku-kamu kepada dirinya, sungguh rasanya ribuan kupu kupu berterbangan di perut Meisya saat ini.
"Ayu belajar lagi, kan biar kamu bisa." ujar Meisya mengusap puncak kepala Aksa sekilas sama persis seperti yang sering Aksa lakukan kepadanya. Dengan tubuh yang sedikit ia angkat dan kepala yang mendongak agar sampai menyentuh rambut rambut halus milik Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romance[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...