35. gadisnya

11.9K 878 28
                                    

Berjalan dengan langkah kecilnya, Meisya berencana akan mengunjungi tempat sakral bagi seluruh siswa siswi SMA di Jakarta terutama untuk SMA Taruna Bangsa. Berhubung jarak di antara sekolah dan basecamp Liberios lumayan jauh. Akhirnya Meisya memutuskan untuk menggunakan taksi online yang sengaja ia pesan.

Setelah sampai di tempat tujuan, Meisya sempat bingung menatap bangunan besar yang mempunyai aura menyeramkan dan mencengkam.

Gadis itu ingin memasuki pintu utama tetapi tidak ada orang di sekitar sini. Tidak mungkin kan kalau tiba tiba Meisya masuk ke dalam?

"Ko sepi banget ya?" gumam Meisya. Merasa benar benar tidak ada orang satupun di sini. Meisya berjalan mundur kemudian berbalik hendak pergi dari tempat tersebut.

"Ngapain?" pertanyaan itu berhasil membuat jantung Meisya hampir saja copot karena terkejut.

"Ya ampun! Jangan, jangan apa apain aku! Aku cuman pengen ketemu sama Aksa. Aku bukan orang jahat!" pekik Meisya menutup wajahnya menggunakan dua telapak tangan mulusnya.

Melihat itu, cowok yang ada di hadapannya terkekeh pelan. Jika di jahili sebentar sepertinya asik juga, "Bohong!" bentak Aksa membuat Meisya semakin ketakutan.

"Beneran! Ngapain aku bohong? Please jangan deket deket! Aku takut." ujar Meisya memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Memangnya kamu mau ngapain ketemu Aksa, HAH?" pancing Aksa semakin menjadi jadi sebab Meisya sama sekali belum menunjukkan tanda tanda kecurigaan.

"Ng—aku mau ketemu aja. Teman temannya bilang Aksa ketangkep polisi tadi malem!" jawab Meisya masih menutup kedua matanya kuat kuat.

"Memang benar! Aksa tidak akan kami bebaskan HAHAHAHA!" tawa Aksa macam orang gila. Kalau memang benar Aksa tidak dapat di bebaskan, lalu siapa cowok yang berdiri di hadapan Meisya saat ini? Ada ada saja.

"Ka—kamu polisi?" tanya Meisya terbata bata.

"Benar."

Menelan savilanya kasar. "Jangan dong! Tolong lepasin Aksa, bebasin dia ya! Pak polisi kan baik, pa—pasti Pak polisinya juga ganteng!" teriak Meisya seraya mencoba meraih tangan cowok di depannya. Walau kedua matanya masih tertutup sempurna, ia masih belum sepenuhnya mempunyai keberanian untuk membuka mata.

"Memangnya Aksa siapa kamu? Kenapa kamu khawatir sekali?"

"Ng—Aksa siapa aku? Itu—Aksa—aduh gimana ya—"

Aksa tak dapat menyembunyikan suara tawa ngakaknya, sial sekali kenapa saat saat seperti ini Aksa malah tidak dapat menahan tawa.

Hingga Meisya mengernyitkan dahinya, ia sangat tau suara siapa barusan. Sangat berbeda ketika cowok itu berbicara sebagai seorang polisi. Memang sengaja. Aksa mengubah suaranya ketika berbicara sebagai Pak polisi, Aksa sangat pandai bukan?

"AKSA?!" bentak Meisya setelah membuka kedua matanya.

"Siapa Aksa? Saya Pak polisi!" ujar Aksa mendapatkan pukulan kejam dari Meisya. Namun belum sepenuhnya kena, Aksa malah berlari dan menghindar dari kejaran gadisnya.

"Sini nggak! Berhenti atau aku tambah marah? AKSA!!"

"Gue gak mau lo marah, tapi gue gak mau berhenti. Gimana dong?" jawab Aksa memutari pohon yang terletak tak jauh dari basecamp, seraya masih menghindar dari Meisya.

"Pokoknya aku minta kamu berhenti!"

"Nggak!"

"Berhenti!"

"Nggak mau!"

"Berhenti, Aksa!"

Saat mengejar Aksa mengikuti cowok itu berlari memutari pohon. Tiba tiba saja Aksa membalikkan tubuhnya berniat menyudahi acara olahraga dadakan ini, namun hal itu justru membuat tubuhnya dan tubuh mungil Meisya bertabrakan lumayan kencang.

AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang