"Meisya?!"
Ketiganya berlari memasuki ruangan kumuh yang pintunya sudah terbuka dengan Aksa di urutan paling depan. Nampaklah sesosok gadis yang terduduk di bangku kayu dengan tangan dan kaki yang di ikat kuat, rambutnya sudah sangat berantakan dan wajahnya terlihat ketakutan juga lelah.
"Sya!" Aksa berlari menghampiri Meisya yang sudah dalam keadaan kacau, di bukanya kain yang menyumpal mulut gadis cantik tersebut.
"A—aksa." ujar Meisya pelan dengan air mata yang berderai.
"Iya, gue di sini. Jangan takut, gue bakal buka ikatannya." ujar Aksa.
Setelah membuka ikatan pada bagian tangan dan juga kaki dengan gerakan yang sangat cepat. Tubuh Meisya ambruk memeluk Aksa, tanpa banyak berfikir cowok dengan ikatan kepala yang beberapa saat lalu ia lepas itu—langsung mendekap tubuh mungil Meisya yang bergemetar hebat.
"Gak usah takut Sya. Gue di sini, gue udah sama lo." kata Aksa. Tangannya terulur mengelus belakang pundak dan rambut Meisya secara bergantian.
"A—aksa. Aku takut—"
"Shtt. Gue paham. Lo boleh nangis, luapin semuanya tapi gue cuman minta satu sama lo. Jangan takut karena gue ada di sini." kata Aksa semakin mengeratkan pelukannya.
Bahkan Aksa sampai melupakan pelipis dan kakinya yang masih terasa nyeri. Tidak ada waktu untuk memikirkan luka bagian luar, jika luka yang Meisya dapatkan nantinya akan lebih parah. Aksa tidak mau mental gadis itu melemah karena kejadian malam ini.
Dan sepertinya Meisya tidak ada niatan untuk membalasnya lagi. Gadis itu fokus menangis dan menenggelamkam wajahnya yang sudah memerah di ceruk leher Aksa. Baik Meisya ataupun Aksa, keduanya sama sama erat memeluk tubuh mereka satu sama lain.
Melupakan kenyataan, bahwa di ruangan ini terdapat dua manusia selain mereka berdua. Yaitu Saguna dan Farzan, hanya bisa menyaksikan adegan romantis keduanya dari jarak yang begitu dekat.
"Salah apa gue di dunia ini, sampe nyaksiin film romantis secara langsung." gumam Farzan meratapi nasib.
******
"Kamu masuk dulu. Aku bakal obatin luka kamu. Ini gak boleh di diemin aja, Sa." ujar Meisya untuk yang ke dua kalinya.
Setelah kembali dari gedung sialan itu. Mereka berdiam sebentar di warung Mpo Siti untuk membersihkan luka serta beristirahat. Wanita parubaya itu terkejut melihat Liberios datang kembali dengan luka di beberapa bagian wajah serta tubuh mereka.
Apalagi Aksa, yang kakinya terluka lumayan parah. Saguna sudah memaksa Aksa untuk memeriksa lukanya di rumah sakit dan Meisya pun tak tinggal diam, gadis itu menuntut Aksa untuk menuruti apa kata Saguna barusan.
Tetapi memang Aksa si cowok so kuat itu, selalu menolak dan mengatakan bahwa ia tidak kenapa napa.
"Gak usah deh. Gue langsung pulang aja." jawab Aksa hendak melajukan motornya.
"Jangan! Sebentar aja, aku cuman mau obatin pelipis kamu. Tadi kan pas di warung Mpo Siti cuman obatin luka yang ada di kaki kamu doang." jelas Meisya memaksanya.
"Nggak papa. Cuman luka kaya gini doang aja ko gak usah berlebihan."
"Please. Bukan masalah berlebihan atau enggak. Lagian gak usah so kuat gitu deh, ayu masuk sebentar di dalem ada Tante aku ko, kita gak berdua doang Aksa." kata Meisya masih memaksa Aksa juga.
Melihat Meisya yang masih berusaha membujuknya. Pertahanan Aksa menjadi sedikit runtuh, akhirnya ia memilih mengikuti kemauan gadis si pemerintah!
Maksudnya, Aksa mendapat perintah dari Meisya agar tidak berbicara apapun tentang kejadian ini kepada Tantenya. Dan mau tak mau, Aksa hanya bisa mengangguk setuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA
Romantizm[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Aksara Gunadhya, manusia berparas malaikat. Rupa wajahnya tak seindah perjalanan hidup cowok tersebut. Terlahir untuk bertanya, apa tujuan hidupnya? Kenapa Aksa harus terus bertahan? Untuk apa Tuhan menciptakannya? Di...