Dentum jarum jam kini tak teralihkan lagi kepada langit yang sudah menampakkan warna gelapnya. Tetapi warna gelap tersebut bukan semata warna yang menakutkan untuk dilihat, hanya dihiasi berjuta bintang yang berkelap-kelip menampakkan betapa indahnya bintang itu.
Pemandangan bintang bertabur diatas langit tidak sebanding pemandang yang Jimin lihat saat ini. Menurutnya, pemandangan yang ia lihat saat ini lebih indah melebihi apapun.
Hidung, kedua mata yang terlihat sipit, bibir yang tebal namun kecil, bentuk wajahnya, terlebih lagi rambut kecil yang kian sangat hitam dan lebat sama seperti sang Ayah. Jimin tersenyum kecil melihat 2 malaikat cantik yang tengah terlelap di ranjang bayinya.
Mereka benar-benar mirip seperti Jimin, Ayahnya yang tampan dan juga kedua putrinya yang cantik. Ini menganggumkan untuk dilewatkan Jimin, bagaiman kedua malaikatnya itu sangat tenang menggapai alam mimpinya.
Jimin tak menyangka bahwa 2 sosok malaikat kecil yang ia lihat saat ini adalah anak kandungnya, benihnya sendiri hasil bercinta dengan Hyesoo.
Tak hayal bagaimana presensi Jimin kini teralihkan menatap sosok lemah yang masih terlelap enak di ranjang pasien yang berada disampingnya. Mustahil jika Jimin tidak berterima kasih kepada Hyesoo. Yang Jimin tahu, Hyesoo kini memberikannya sebuah hadiah menakjubkan baginya. Sosok Ibu yang berjuang mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk mengeluarkan 2 buntalan mini dari dalam perutnya.
Jimin mengahampiri kecil sosok rapuh yang berada tak jauh darinya. Sedikit membelai kepala sang putri tidur saat ia sudah sampai disampingnya.
" Apa...aku mulai mencintamu? " sontak itulah yang terlontar dari mulut Jimin begitu saja. " Ck, tidak mungkin! " lanjutnya sambil menyugar surai lebatnya kearah belakang.
Sedikit membasahi bibir tebal nya yang terlihat kering dengan lidahnya. Ia pun menghela nafas berat sambil terus memandangi wanita yang terbujur lemah diatas ranjang.
" Kau yang terbaik...terimakasih telah memberikanku 2 malaikat kecil yang cantik ini Hye~ " ujar Jimin sangat lembut.
Air bening itu jatuh membasahi pipi tanpa izin sang pemilik air mata. Layaknya cuaca hujan namun masih dipenuhi oleh berbagai bintang yang berkelap-kelip, itulah yang menjadi contoh perasaan Jimin saat ini, tidak bisa dipungkiri bagaimana caranya menyampaikan isi hatinya saat ini.
Entahlah, air mata itu semakin deras jatuh dari kedua manik kembar Jimin. Seorang Park Jimin menangis?
" Mm---maafkan aku--- " suara parau Jimin sangat mendominasi diruangan itu.
Jimin akui, bahwa dia sangat menyesal...
" Hye...sungguh..aku benar-benar menyesal..." ucapnya. " Aku kira kita bisa memperbaiki ini dari awal? Ck, " lanjutnya sambil menghapus air mata yang kembali jatuh tanpa aba-aba.
" Demi apapun, aku benar-benar sangat menyesal atas apa yang aku lakukan padamu terdahulu------ " jedanya seketika menangis kembali saat dirinya memeluk Hyesoo yang tak sadar kan diri diatas ranjang rumah sakit. Sangat erat dengan kepala yang ia tenggelamkan diceruk leher Hyesoo. " Hiks----kkkk--kau...arghhh aku benar-benat bodoh menyakiti wanita seperti mu! " akhirnya emosi Jimin keluar juga tercampur dengan tangisannya.
" Persetan dengan semuanya, tapi percayalah aku mulai menyayangi mu Hye..." ucapnya lirih dengan isakan kecil masih dengan memeluk Hyesoo.
Percayalah, Hyesoo mendengar itu semua, semuanya termasuk pengakuan Jimin yang mulai menyayanginya. Karena sejak 1 jam yang lalu Hyesoo sudah sadarkan diri, mungkin saat Jimin berucap akan hal itu membuatnya mengurungkan untuk membuka kedua manik kembarnya.
Tak sadar jika maniknya menjatuhkan cairan bening begitu saja, Hyesoo menangis namun dalam diam. " Kau tidak tahu bagaimana rasanya diposisiku Jim~ " akhirnya 1 kalimat lirih nan pelan terlontar dari mulut Hyesoo.
Jimin tertegun saat mendengar suara itu, itu artinya..apa yang ia ucapkan barusan didengar langsung oleh Hyesoo? Semoga saja tidak, itulah yang Jimin pikirkan saat ini.
" Kau tidak tahu rasanya dicampakan langsung oleh seorang suami...layaknya seekor binatang dengan majikannya...itulah posisiku saat ini. Binatang yang tidak diberi kasih sayang secara langsung oleh majikannya hiks--- " tangis Hyesoo semakin pecah, namun ia mencoba menahannya.
Bukannya Jimin beranjak dari tubuh Hyesoo, namun Jimin semakin memeluk erat Hyesoo bahkan ia sudah naik ke brankar pasien yang ditempati oleh Hyesoo. Memeluknya erat seperti guling bantal, tidak memberi jarak sedikit pun diantara mereka, itulah yang Jimin lakukan.
Dengan posisi Jimin yang tidur disebelah Hyesoo, posisi menyamping dengan memeluk erat Hyesoo yang terlentang diatas ranjang.
Pandangan kosong Hyesoo kini menoleh kearah sosok Jimin yang terisak sambil memeluk tubuhnya. Wajahnya yang tak mengartikan apa-apa kini semakin terbawa suasana, bahkan bentuk mulutnya kini sudah memanyun kebawah. Dan pecah, Hyesoo menangis sejadi-jadinya.
" Hiks----kau tidak tahu , aku begitu tersiksa dengan kehidupan ini---aku hancur Jim! Hancur! Hiks--hiks " ujar Hyesoo terisak sambil memukul dadanya dengan tangan kirinya.
Jimin tak tinggal diam, kini tangannya berusaha memegang pergerakan tangan Hyesoo yang memukul dadanya. Jimin pun menangis, tangisan mereka saling bersahut-sahutan, kendati Jimin semakin meringsek memeluk tubuh ringkih Hyesoo.
Untuk pertama kalinya, Hyesoo mengungkapkan isi hati nya yang ia pendam selama bertahun-tahun lamanya.
Jimin menempelkan dahinya tepat dipelipis Hyesoo, " Mm--maaf! " hanya itu yang bisa Jimin ucapkan ditengah rendamnya tangisannya. " Maafkan aku Hye--- " lanjutnya.
Hyesoo menghapus air matanya sembari membalikkan posisi tidurnya menghadap sosok Jimin. Hyesoo meringis saat mendapati keadaan kacau Jimin. Kemeja putih yang berantakan, mata nya yang sebab, memerah, dan masih mengeluarkan cairan bening, wajah nya yang lemah dan merah. Seolah wajahnya itu tengah mengisyaratkan bahwa Jimin benar-benar menyesal.
" Kau tidak salah, aku yang salah disini karena masuk ke dalam kehidupan kalian~ " ucap Hyesoo sambil memberanikan dirinya membelai pipi Jimin.
Usapan lembut di pipinya membuat Jimin tak henti-hentinya menangis " Maaf~ " kata Jimin.
Hyesoo tidak tahan melihat Jimin yang menangis seperti itu. Segeralah Hyesoo memeluk Jimin sangat erat seolah tak akan membiarkan Jimin lepas begitu saja dari dekapannya.
Mereka kembali menangis dengan perasaan campur aduk, dan saling berpelukan penuh kesedihan.
Tak kunjung begitu lama, pelukan mereka terlepas karena sebuah suara tangisan yang begitu nyaring merusak acara berpelukan mereka. Ah, mungkin kedua Baby Park cemburu melihat Ibunya dipelukan Daddy tampannyaini ck.
" Ahh mereka menangis. " ucap Jimin sambil menghapus air matanya dan beranjak bangun, menginjakkan tungkainya ke arah ranjang bayi yang berada tak jauh darinya.
Hyesoo tersenyum tipis saat melihat Jimin dengan begitu lihainya membawa Jisoo kedalam gendongannya. Sudah diduga pasti Sooji menangis keras jika Jimin menggendong kakaknya terlebih dahulu. Dan benar saja Sooji menangis kencang, dan hanya membuat Jimin dan Hyesoo geleng-geleng kepala.
" Ah anak bungsu kita benar-benar pencemburu akut " kekeh Jimin saat meletakkan tubuh mungil Jisoo di samping Hyesoo.
" Darahmu mengalir ditubuhnya Jim... "
" Dia anakku! "
" Aku tahu~ "
Tbc,
CerhliKristianti.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREE HUSBAND | ✔
Fanfiction[Mature Content]. Sebuah wasiat konyol yang dibuat oleh Lee Haebin membuat Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook selaku anak kandung mereka terjebak dalam perjodohan yang dibuat oleh Ayah mereka, Lee Haebin. Takdir berkata lain, sosok gadis mu...