PART 16

16K 1.2K 211
                                    

Hyesoo POV'

1 bulan telah berlalu, dan 1 bulan sudah aku membina rumah tangga dengan ketiga suamiku. Saat ini mereka bertiga sudah menjabat sebagai seorang CEO di kantor Ayahnya dan menggantikan posisi Kakek Lee disana.

Tepat 1 bulan yang lalu, dimana aku pingsan dan hampir membuat semuanya terbongkar tentang aib suamiku tetapi, untung saja ada Yoongi Oppa membantuku, aku sangat berterima kasih padanya. Dan, saat itu pula Jimin, Taehyung, dan Jungkook semakin berperilaku kasara padaku karena, aku hampir saja mempermalukannya.

Bahkan mereka tidak segan-segan memukul, menginjak, menendang, menghantamku, dan menghinaku secara terang-terangan. Tidak ada yang mengetahuinya terkecuali aku dan mereka bertiga.

Mereka bertiga menganggapku seekor binatang dirumah ini. Rumah ini penuh dengan hawa panas tiap harinya. Keseharian rumah ini selalu saja mendominasi dengan teriakan, hinaan, kekerasan, bentakan tiap detiknya. Dan,aku hanya diam saat mereka berperilaku buruk seperti itu padaku. Aku tak berhak melawan para suamiku sendiri. Aku tidak sekejam itu.

Bahkan mereka menyayat kulit tanganku hingga darah segar mengalir darisana, berujung aku disiram air panas dan mengunciku didalam kamar mandi berhari-hari tanpa makan dan minum. Aku hanya diam dan, diam tanpa melakukan perlawan sedikit pun.

Aku hanya bisa menahan sakit di lubuk hatiku saat mereka menghinaku, dan akupun menahan sakit dan perih disekujur tubuhku saat mereka melakukan kekerasan fisik pada tubuhku. Menangis, menangis, dan menangis dalam diam.

Aku tidak bisa melawan mereka sedikitpun, biarkanlah mereka bersenang-senang jika hal itu yang membuat mereka bahagia, aku tidak mungkin menghilangkan kebahagian seseorang. Itu adalah prinsipku. Jikapun aku melawan mereka berujunglah aku semakin tersakiti semakin dalam, bukan begitu? Bahkan, lebih parah. Ya, percuma saja.

Aku sudah tidak berkerja lagi di kafe dan itu atas kemauan Kakek Lee menyuruhku agar tidak bekerja lagi dengan alasan aku harus menjalani kewajiban sebagai seorang istri, dan harus siap siaga jika suamiku membutuhkanku. Membutuhkanku? Membutuhkanku untuk menyiksaku lebih dalam lagi begitu? Apalah dayaku, aku tidak bisa menolak kemauan Kakek Lee, dia terlalu baik padaku.

Kakek selalu mengirimiku uang di rekeningku.
Aku sempat menolaknya tetapi, Kakek selalu memaksaku dengan alasan bahwa ini adalah sebagian warisan peninggalan Ayah mertuaku untukku, akupun menolaknya secara sopan, jujur aku tidak pernah menuntut warisan itu. Tetapi, Kakek tetap pada pendiriannya, maka dari itu mau tidak mau aku harus menerimanya. Akan kusimpan untuk kebutuhan sehari-sehari. Lagipula suami ku tidak pernah memberi'kanku uang tetapi, tidak apa, aku tidak menuntut mereka, aku tahu batasannya. Aku bahagia jika mereka bahagia karena itulah kebahagiaanku yang sesungguhnya.

Kalau boleh jujur, aku mulai menyayangi ketiga suamiku lebih tepatnya aku mulai mencintai mereka. Aku memang bodoh terlalu berharap banyak pada mereka. Namun, apa boleh buat, biarkanlah cintaku ini bertepuk sebelah tangan.
Semakin mereka berperilaku buruk padaku semakin aku mencintai mereka, entah apa yang merasukiku sehingga aku seperti orang bodoh dengan cinta yang tak terbalaskan.

Saat ini aku tengah menyiapkan sarapan untuk mereka bertiga. Aku masih memegang teguh dan tanggung jawabku sebagai seorang istri dirumah ini. Aku hanya menyiapkan beberapa potong sandwhich untuk mereka dan segelas susu pisang untuk Jungkook, coffe hitam dengan sedikit gula untuk Taehyung, dan untuk Jimin aku menyiapkan mocca latte untuknya. Sebelumnya aku dapat bertanya kepada mereka apa makanan dan minuman favorite mereka tetapi, mereka menghadiahiku dengan sebuah hinaan yang begitu pedas. Maka dari itu aku pun menanyakan hal inisemua kepada Kakek Lee saja. Dan, akhirnya terbayar, aku mengetahui semuanya.

Saat aku sudah menyiapkan semuanya aku dapat melihat mereka bertiga menuruni anak tangga dengan setelan jas yang berbeda-beda. Aku akui mereka sangatlah tampan melebihi malaikat, tetapi ketampanan hati mereka menampik itu semua.

"Selamat pagi," ucapku namun mereka tidak menghiraukannya sama sekali.

Lagi dan, lagi mereka pergi begitu saja tanpa menoleh sedikit pun bahkan menyentuh makananku. Lalu, dengan berlari kecil aku menghampiri mereka didepan pintu keluar rumah ini.

"Aku sudah membuatkan kalian sarapan, ka--kalian bisa sarapan terebih dahulu sebelum berangkat kekantor." ujarku, bukannya direspon mereka menatapku dengan tatapan horor yang begitu menusuk.

"Pergi dari hadapanku!" perintah Jimin begitu dingin.

"Tap--"

Ucapan ku terpotong tatkala Taehyung menarik lenganku sangat kasar, dan dihepaskanlah aku tebat dibawah samping meja makan. Dan, saat itu juga--

Byurrrr

"Akhhh! Ini panas!" rintihku saat Taehyung menyiramku dengan segelas susu pisang panas yang aku buat tadi untuk Jungkook.

"Ini hukuman untukmu karena, kau selalu saja merusak moodku setiap pagi, aku muak sialan!" umpat Taehyung didepan wajahku.

Pyanggg

Taehyung menumpahkan semua sarapan kebawah lantai sehingga, membuat diriku mengehembuskan nafas kasar lagi lalu, membangunkan diriku untuk beridiri tegap

"Tap--"

Plakkkk

Terjadi lagi, Jungkook menamparku sangat kasar. Tetapi, ini sudah terbiasa bagiku. Aku pun membalasnya dengan sebuah senyuman tipis.

"Jika tidak karena wasiat sialan itu, sudah kemungkinan aku akan menceraikanmu bahkan membunuhmu secara membabi buta." gertak Jimin sambil mengepalkan kedua tanganya begitu kuat.

"Tidak apa, aku akan bertahan, jika kalian ingin membunuhku, bunuh saja aku, jika itu membuat kalian senang sekaligus bahagia." ucapku begitu lembut dan tersenyum sendu kearah mereka.

"Kau yakin?" tanya Jimin meremehkanku, terdengar nada kekehan dari mulutnya.

"Keyakinanku tidak akan pernah salah," jawabku.

"Jangan berharap kau akan mendapatkan cinta dari kami!" ujar Taehyung sarkatis dan membuatku menolehkan kepalaku ke arahnya.

"Tapi, aku yakin, bahwa aku akan mendapatkannya walaupun dengan penderitaan sebagai lawan mainku," ucapku penuh percaya diri.

"Kau akan menyesal!" ucap Jungkook nan dingin dan menatapku begitu tajam.

"Tidak akan pernah," jawabku terdengar lirih tetapi, tetap percaya diri.

"Menyerahlah," ujar mereka bertiga secara bersamaan.

"Haruskah?" tanyaku terdengar lirih.

"Hei, jalang! Posisimu disini layaknya seekor binatang yang terbuang. Kau sama sekali tidak mendapat posisi apa-apa dihati kami!" tegas Jungkook dan berlalu dengan wajah dingin. Jimin dan Taehyung pun mengikuti Jungkook dari arah belakang. Jungkook pun berhenti sejenak.

"Aku tidak sudi dicintai oleh wanita murahan seperti mu!" geram Jungkook lalu pergi darisana.

Akupun tidak kuasamenahan beban tubuhku yang mulai melemah, aku menjatuhkan tubuhku kebawah dan menangis lagi menumpahkan semua perasaanku yang tercampur aduk.

Aku hanya gadis biasa yang tidak layak mendapatkan cinta maupun kasih sayang dari siapapun itu. Tetapi, aku tidak mungkin menyerah begitu saja, aku akan berjuang semampuku untuk mendapatkan hati mereka walaupun bukan cinta dari mereka.

Aku hanya ingin dihargai sebagai seorang istri, ingin rasanya aku mengatakan semuanya di depan mereka dan menumpahkan semua keluh kesahku.

Tetapi, bibir ini sangat kelu hanya untuk berbicara. Iya, aku akui, aku memang gadis murahan. Yang dengan beraninya mencintai seseorang tanpa dicintai. Apakah aku terlalu rakus? Aku tidak sebejat itu.

"Akankah ini akan berakhir dengan bahagia atau tidak ya Tuhan..."

Hyesoo POV' end.

Tbc,

CerhliKristianti

THREE HUSBAND | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang