Hyesoo kembali ke kediamannya, Hoseok baru saja pergi setelah ia mengantarkan Hyesoo pulang. Hyesoo dengan perlahan memasuki rumah, ia takut jika para suaminya sudah datang dan hal yang tidak diinginkan akan terjadi tanpa pandang bulu.
Hyesoo dapat melihat jam besar yang tertempel di dinding menunjukkan pukul setengah sepuluh. Ini hampir jam 11 malam, tetapi suaminya belum juga pulang, karna ia sadar mobil suaminya tidak ada sama sekali dihalaman parkir.
Ia pun berjalan lesu kearah kamarnya yang berada dilantai 2, ia pun melirik sekilas makanan yang sudah dingin masih tersaji disana. Karena, sebelum ia pergi bersama Hoseok tadi, ia memyempatkan untuk menyiapkan semuanya, takutnya suaminya akan datang. Ini sudah 1 minggu ketiga suaminya tidak pulang, mereka tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali. Ia ingin mencari ketiga suaminya, takut sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi, namun ia urungkan karna itu akan sia-sia juga. Hyesoo berpikir biarkanlah suaminya bersenang-senang dulu mungkin mereka mulai muak bersama gadis murahan sepertinya, pikir Hyesoo.
Hyesoo pun membiarakan makanan itu tetap tersaji diatas meja makan, mungkin suaminya akan pulang, atau mungkin juga tidak. Besok bisa dipastikan makanan itu akan terbuang dengan sia-sia lagi seperti beberapa hari belakangan ini.
Lebih melanjutkan perjalanannya menuju kamarnya. Ia berpikir akan berkunjung ke kantor suaminya besok siang sambil membawakan makan siang untuk mereka bertiga. Ia tersenyum miris saat mengingat selama 6 bulan belakangan ini suaminya selalu saja mengecohnya, menghinanya, dan ya itu begitu parah. Apakah ia sehina itu? Mungkin, baginya.
6 bulan belakangan ini tidak ada kata manis atau hal manis sesikitpun. Hanya tangisan dan hinaan yang selalu ia hadapi. Biarlah mungkin ini sudah takdir untuknya.
Ceklek~
Kosong. Ia dengan berani memasuki kamar Jimin. Ia hanya sekedar ingin melihat-lihat apa saja yang mendominasi kamar Jimin. Hanya warna putih yang mendominasi kamar tersebut.
Tanpa tak ia sengaja, Hyesoo melihat sebuah pengaman yang tergeletak dibawah meja. Ya, kalian tahu'kan pengaman apa yang dimaksud. Hyesoo pun tanpa sadar meneteskan air matanya dan tersenyum miris sambil melihat benda itu. Ia mengingat pasti 1 bulan yang lalu bagaimana Jimin menikmati permainannya bermain diatas ranjang bersama seorang wanita didalam kamar ini, saling mendesah hebat saat Hyesoo tak sengaja melewati kamar Jimin, dan ia dapat melihat jelas hubungan intim itu melalui celah pintu kamat tersebut, karena mungkin mereka tidak menguncinya dengan benar, dimana kejadian itu membuat ia sangat hancur dan mati rasa.
Ia pun dengan beraninya membuka lemari besar Jimin, dan dapat ia lihat banyak pakaian mahal Jimin yang tertata rapi disana, ia berinisiatif untuk mengambil salah satu kemeja kebesaran Jimin. Hyesoo pun mengambil kemeja putih Jimin, dapat ia rasakan aroma maskulin menempel dikemeja ini. Ia pun kembali menutup lemari tersebut lalu pergi dari kamar Jimin.
Ceklek~
Hyesoo pun kembali memasuki kamar milik Taehyung. Saat ia memasuki kamar tersebut, aroma maskulin dari sang empu pemilik kamar ini menyeruak memasuki relung pernafasannya. Ia dengan segera mencari apa yang ia tuju dikamar ini.
Sama halnya saat ia lakukan dikamar Jimin. Ia mengambil salah satu kemeja Taehyung berwarna silver lalu ia tak lupa untuk menutup kembali lemari besar Taehyung dan pergi darisana.
Saatnya ia pergi kekamar Jungkook. Dapat ia lihat pintu kamar Jungkook yang berada tak jauh dari kamar Taehyung berada. Ia pun berjalan pelan menuju kamar milik Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
THREE HUSBAND | ✔
Fanfic[Mature Content]. Sebuah wasiat konyol yang dibuat oleh Lee Haebin membuat Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook selaku anak kandung mereka terjebak dalam perjodohan yang dibuat oleh Ayah mereka, Lee Haebin. Takdir berkata lain, sosok gadis mu...