"Masuk, ibu" ucap Keysa sopan, mempersilahkan Gia mesuk dalam rumah Keysa.Mata Gia melihat disekeliling rumah Keysa. Ya, tergolong biasa-biasa saja, tidak semewah rumahnya.
"Ada apa, ibu?" ucap Keysa agak kaguk sekali.
"Katanya kamu sakit?" ucap Gia sambil membalikan dagunya. Ia melihat belilitan perban ditangan Keysa.
"Ehh, itu kenapa?" ucap Gia sambil menunjuk tangan Keysa. Dengan cepet Keysa menyembunyikan tangannya dan mengelek kuat.
"Ngak papa" ucap Keysa sambil tertawa lirih.
"Coba liat" ucap Gia langsung menarik tangan Keysa. Matanya terpanah dan sedikit berkaca melihat tangan manis Keysa terpeban seperti ini.
"Kok bisa sampai seperti ini. Dipikul sama Valen, ya. Atau--"
"Ngak-ngak, bu. Ini bukan salah Valen"
Gia menghela nafas dalam."dasar anak itu. Awas saja nanti" geram Gia berdecik kesal.
"Ngak, bu. Ini--"
"Ustt, jangan pangil, bu tante aja". tangan Gia sigap menutup mulut mungil Keysa.
" iya, tante. Ini bukan salah Valen, tapi--"
"Udah-udah ngak usah ditutup-tutupi, semua salah Valen. Dia ngak becus jagain kamu" dengus Gia kesal sembari mengelus kepala Keysa.
"Siapa dia?" tanya Lina yang sehabis pulang dari pasar. Ia menunujuk Gia yang terduduk manis.
"Mama, kenalin ini Tante Gia, Mamanya Rara" ucap Keysa memperjelas.
"Ohh, iya. Kok masih muda, ya?" tanya Lina bermaksud bercanda. Mungkin heran anaknya sudah besar kenapa ini masih muda sekali seperti sepantara.
"Iya, bu. Saya Mama tiri Valen" ucap Gia memperjelas sambil berdiri dan bersalaman.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Lina.
"Saya mau pinjam Keysa sebentar boleh"
"Keysa?" tanya Lina tidak yakin. Ia sedikit trauma dengan orang kaya takut Keysa diapa-apain.
"Tenang aja, tante. Kan sebagai calon menantu harus lebih akrap" ceplos Gia sambil tersenyum lebar. Kebiasan yang telah terpendam lama sifat Gia yang asal ceplos mulai keluar.
"Hah?. Calon menantu?" tanya Lina semakin bingung.
Gia langsung menganguk semangat. Tampa dosanya Gia langsung menarik tangan Keysa agar mendekat. "Sebentar aja" ucap Gia memohon.
Lina hanya menganguk dan tersenyum lebar menatap Keysa. Dan mengeleng melihat sifat Gia sungguh seperti teman sebayanya.
Namun, dihati Lina masih menganjal. Ia sedikit khawatir dengan hal ini. Ketraumaan dengan orang kaya yang suka semena-mena membuatnya tidak suka. Semoga Gia beda dengan yang lain.
***
"Bang.. Naik montorr. Aku udah janjian sama Cery. Nanti marah" rengek Arga dari tadi memohon untuk meminta kuncinya kembali kepada Valen yang masih terduduk santai didepan tivi.
"Bang!". Arga mulai kesal dengan abanya yang tidak mengubrisnya sama sekali.
" suruh siapa bendel" ucap Valen malas. Ia tidak sedikitpun menoleh kearah Arga yang sedang bertekuk lutut.
"Bang Alga nangis?" ucap Rara yang ada disebelah Valen.
Valen langsung menoleh cepat. Ia tertawa kecil melihat adeknya yang paling bontot berkaca-kaca.
"Mau nagis sampai bunuh diri kagak bakal gw kasih" ucap Valen lalu mengunyal unyal pipi Rara yang gembul kaya bantal.
"Bundaaa..." teriak Arga sambil mengelensor dilantai menirukan gaya Rara bila menangis kejer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]
Ficção AdolescenteBaca ,jangan lupa follow ,comen dan vote..😘 Belajarlah menghargai orang lain maka, kamu akan dihargai layaknya kau menghargainya.. ☺☺...... Peringkat #5 dosen Peringkat #1 ganteng Peringkat #1 Mahasiswa Peringkat # 1 Populer Peringkat # 2 Fiksi...