Valen setiap hari pergi kerumah sakit meski kedatanganya terkadang membuat Keysa marah dan sering kena pukul Keysa tapi ia terima mungkin dengan seperti itu Keysa bisa melampiaskan amarahnya."Keysa" ucap Valen memasuki ruang Keysa, Keysa yang masih sibuk dengan jarinya entah apa yang dia lakukan dia merasa gabut, keadaanya juga semakin membaik setelah Keysa bisa menerima semuanya dan sering memukul Valen, itu membuatnya lebih baik.
Keysa seperti biasanya menatap tidak suka pada Valen, setiap melihat Valen ia merasakan anaknya yang hilang dalam sekejap. Dengan cepat Keysa membalikan tubuhnya malas menatap Valen.
"Ngapain kamu kesini terus" ucap Keysa judes ia malas sekali menatap Valen.
"Nganterin makanan, kamu ma--"
"Aku bisa makan sendiri!" tegas Keysa memotong ucapan Valen.
"Sana pergi! Aku bilang pergi ya pergi!" ucap Keysa berteriak.
Valen enggan pergi ia tetap ada di sebelah Keysa menatap punggung Keysa.
Valen menarik nafas sabar. "Aku pergi setelah liat kamu makan" ucap Valen lalu duduk di sofa tidak kalah songongnya.
Keysa berdecak kesal. Valen beranjak berdiri lagi dan membuka makanan Keysa. "Aku mau pergi" ucap Keysa beranjak berdiri tanpa memandang Valen. Ia turun dari kasurnya sembari membawa impusnya.
"Mau kemana?" teriak Valen melihat Keysa mulai keluar dari kamarnya.
Keysa tidak mebalas ia tetap berjalan, Valen masih di sibukan membuka makanan Keysa. Tak lama Valen menyusul, namun istrinya ini berjalan secepat kilat. Hilang jejak.
"Sa? Keysa?" teriak Valen memangil istrinya.
"Liat istri saya?" tanya Valen pada setiap orang yang berjalan dirumah sakit.
Ia sudah di kamar mandi tapi tidak ada, langkahnya berhenti di lorong ruang rawat bayi, ada Keysa disana. Terlihat Keysa terpaku pada kaca besar melihat banyak sekali bayi.
"Sa, ayo balik" ucap Valen memegang tangan Keysa.
"Lepasin!" tepis Keysa, ia masih menatap bayi-bayi itu.
Valen ikut menatap ia tau bagaimana perasan Keysa yang hancur seketika. Air mata Keysa turun, ia ingin sekali mengendong salah satu dari mereka.
"Sa, pasti kita punya bayi, ayo balik kekamar" ucap Valen memegang pundak Keysa untuk berbalik arah.
"Lepasin! Valen! Aku mau liat meraka, aku pingin denger mereka nangis memangil ibunya" ucap Keysa tersenyum pada bayi-bayi itu.
"Terus mau kamu apa?" ucap Valen sudah frustasi, semua sudah terjadi tidak bisa di putar kembali.
"Mau aku apa? Mau aku! Mana anak aku? Nyatanya anak aku udah mati! Perut aku udah ngak ada bayi lagi" ucap Keysa marah, ia memukuli Valen dengan kuat.
"Dengerin, Sa! Aku tau aku salah! Tapi, semua udah terjadi, Sa! Memang belum waktunya kita belum di kasih anak" ucap Valen lalu memeluk Keysa erat, ia mengelusi kepala Keysa. Keysa terus terisak tangis.
Keysa berhenti menangis saat mendengar salah satu dari bayi itu menangis, Keysa mendekatkan tubuhnya ke cermin. Ia tersenyum, "Aku juga mau di panggil Mama" ucap Keysa hanya bisa mengelusi kaca.
"Aku janji, bakal kasih kamu bayi lagi" ucap Valen memeluk Keysa dari belakang, namun tidak di gubris Keysa, Keysa tetap menatapi Bayi yang menangis itu dengan penuh senyum.
"Aku mau hamil" ucap Keysa menatap Valen.
Valen tersenyum lalu mencium kening Keysa. "Cepat sembuh" balas Valen lalu memeluk lagi Keysa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]
Teen FictionBaca ,jangan lupa follow ,comen dan vote..😘 Belajarlah menghargai orang lain maka, kamu akan dihargai layaknya kau menghargainya.. ☺☺...... Peringkat #5 dosen Peringkat #1 ganteng Peringkat #1 Mahasiswa Peringkat # 1 Populer Peringkat # 2 Fiksi...