Part 40

2.9K 108 4
                                    


Valen melemparkan bolpoinnya satu persatu diarah pintu masuk keruang kerjanya.

Ia terlihat tidak bersemangat seperti biasanya. Menarik nafas lalu ia keluarkan perlahan solusi utama menahan rasa gabutnya.

Ia berulangkali memijat keningnya. Ehm, mungkin dia pusing.

"Ohh Sayanggg" teriak Tamira langsung masuk kedalam ruangnya tanpa mengetuk pintu. Tidak sopan!

Valen menghela nafas sabar. Kenapa hidupnya kini tidak tenang semenjak ia bertunangan dengan Tamira. Iya, tau Valen tidak tulus untuk melamar Tamira semua atas nama terpaksa.

"Sekarang anda keluar dari ruangan saya!" lirih Valen namun tegas.

Tamira berkacang pinggang menatap Valen, bukanya mereka sudah tunangan? Kenapa begini?saya juga tidak tau:v

"He, Kamu kok formal sih, jadi aneh" koreksi Tamira lalu mengerucutkan bibirnya.

"Bukan urusan anda!" balas Valen dengan muka datar.

"Kita ini udah tunangan Valen bin Gasello. Lu ngak mau ajak gw jalan-jalan atau ngak cium gw gitu" ucap Tamira heran kenapa Valen sungguh cuek dan masa bodo. Baru sadar!?

Valen menatap Tamira tajam. Berani sekali Tamira mengajaknya ciuman, cih ngak punya harga diri.

"Gw ngak bakal cium oranya yang gw suka" balas Valen ia tidak menatap Tamira sama sekali. Terasa muag jika menatap Tamira.

"Terus, Keysa pernah lu cium sedangkan gw ngak gitu!?" ucap Tamira kesal ia menaikan nada bicaranya. Sok tau anda_-

Valen tetap tidak mengalihkan pandangnya. Ia terlihat santai, seperti tidak menganggap Tamira itu ada.

"Ngak adil! Gw bakal bikin lu luluh sama gw!" pertegas Tamira yang sudah terbakar emosinya.

Valen memejamkan matanya sejenak lalu menatap Tamira, ia berusaha sabar dengan Tamira yang membuat ribut di ruang kerjanya.

"Gw ngak pedulii" ucap Valen sangat datar tanpa ekspresi.

"Awas ya, gw bakal ngomong sama Papa" ancam Tamira beranjak pergi dari ruangan Valen.

"Gw kira lu itu bukan hanya songong tapi tukang ngadu juga ternyata" sinis Valen yang masih terpaku ditempat duduk singgah sananya.

Tamira menatap Valen penuh geram. Memencengkan senyumanya. Dia belum tau berhadapan dengan siapa, rupanya.

"Udah sok cantik, kebanyakan gaya, maunya menang sendiri, dan juga ego lu lebih besar dari pada akal nurani lu" sinis Valen dengan raut datar. Sedikit tapi langsung jleb, ya.

"Gw udah sabar ngadepin lu dan ingat gw yang nyalamatin nyawanya Keysa, tanpa darah gw Keysa ngak bakal bertahan hidup!" tegas Tamira menatap Valen tajam, ia menaik turunkan alisnya merasa berkuasa.

Valen memutar mata malanya. "Lu ngak iklas?"

"Jelas gw ngak iklas kalau sikap lu kaya gini sama gw! Yang gw mau lu itu memperlakukan gw kaya sepasang kekasih bukan kaya gini, kaya orang ngak saling kenal!" perjelas Tamira yang sudah marah ia menaikan nada bicaranya.

"Kalau lu mau dihargai harusnya lu juga bisa ngehargain orang lain! Tapi, itu sulit buat kamu" sinis Valen dengan santai tidak memikirkan perasaan Tamira sama sekali. Rasanya Tamira ingin sekali memenggal kepala Valen dan memotong bibirnya itu.

"Kalau gw ngehargain orang lain emang gw dihargain gitu!? Gw cuman pingin gw itu ngerasaain gimana sih rasanya disayang sama orang banyak dan terutama dengan pasangannya sendiri! Bukan malah dihina begini!" tuntut Tamira yang mengebu gebu, ia sudah cukup kesal dengan Valen.

Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang