"Ini suratnya" seorang paruh baya memberikan surat kepada Valen.
"Saya mau terima beres, semua poperti saya kirim besok" ucap Valen lalu membuka-buka surat tersebut.
"Iya, besok saya suruh orang untuk membereskan" ucap bapak paruh baya itu.
"Seharusnya" singkat Valen lalu menatap kembali rumah bernuasa biru itu.
"Kamu punya rumah sebesar itu, apa tidak malu punya rumah hanya sebesar ini" ucap Bapak paruh baya itu seakan meyakinkan Valen.
"Itu rumah orang tua saya, saya tidak malu" ucap Valen tersenyum tipis.
***
Keysa menatap langit-langit rumah sakit, hari ini kondisi Keysa semakin parah dan pucat, ia cenderung tidak seperti biasanya.
Hari demi hari Keysa terus di rawat di rumah sakit, ia sering menangis sendiri, melamun tidak banyak bicara, apa lagi ia sering menatap kosong tanpa ada jalan hidup.
"Keysa kamu udah minum obat?" tanya Gia yang memasuki ruangan bersama Gasello.
Keysa hanya diam tidak mau menjawab, ia bahkan tidak menatap Gia dan Gasello matanya masih terpaku menatap kosong.
"Suster Keysa udah minum obat?" tanya Gia kepada suster yang mengecek kondisi Keysa.
"Belum Bu, Keysa ngak mau makan sama minum obat" ucap Suster itu turut sedih melihat kondisi Keysa yang semakin pucat dan lemas.
"Kondisinya? Kapan boleh pulang?" tanya Gia lagi mengelus kepala Keysa.
"Kondisinya semaki buruk, suka memberontak dan minta anaknya kembali, sepertinya akan lama keluar dari rumah sakit, soalnya kondisi Keysa semakin sakit bukanya sembuh" ucap Suster itu sangat lesuh.
"Misi bu" ucap Suster itu berpamitan setelah menyuntikan ke dalam impusan Keysa.
Gia mengangguk, ia terus mengelusi kepala Keysa , air matanya turut jatuh bercucuran.
"Sa, kamu minum obat ya? Ayo makan" ucap Gia lalu mencoba menyuapi Keysa.
Keysa menggeleng. "Kamu kalau ngak makan terus kapan sembuhnya" ucap Gia prihatin melihat Keysa.
"Ayo Keysa ini pasti cuman sementara" ucap Gasello memberi semangat pada Keysa.
Gasello ikut bersedih melihat Keysa yang dulu sangat ceria padanya dan suka bercanda kini hanya terdiam tidak banyak bicara.
"Anak aku, Ayah" ucap Keysa menatap Gasello.
"Anak aku, Bunda" ucap Keysa hampir menangis.
"Sabar ya, Sa. Ini masih awal" ucap Gia menenangkan.
Keysa mulai menangis sembari meremas perutnya, "ngak! Anak aku belum mati! Kalau saja hari itu..." ucap Keysa tanpa meneruskan, air matanya terus keluar menangisi nasibnya yang malang.
"Udah Sa jangan di inget-inget terus Sa" ucap Gia mengelus kepala Keysa.
"Semua salah dia! Dia egois Bunda" teriak Keysa sembari mengelus perutnya, seakan dia ingin marah semarah marahnya dan mengadu ke banyak orang untuk mendapat pertolongan agar bayinya kembali.
"Tenang Keysa, Ayah minta maaf atas anak Ayah yang kurang ajar, jangan tinggalin Valen ya?" ucap Gasello memegang tangan Keysa memohon.
Keysa hanya bisa diam, ia malas memikirkan itu, hanya bisa menangis dan menangis. "Bagaimana ini?" tanya Gia mengoyakkan lengan Gasello.
"Anak itu memang harus di kasih pelajaran!" tegas Gasello menatap kosong dengan muka amarah.
Gasello langsung meninggalkan ruangan rawat Keysa dengan amarahnya, ia tidak tega melihat menantunya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]
Ficção AdolescenteBaca ,jangan lupa follow ,comen dan vote..😘 Belajarlah menghargai orang lain maka, kamu akan dihargai layaknya kau menghargainya.. ☺☺...... Peringkat #5 dosen Peringkat #1 ganteng Peringkat #1 Mahasiswa Peringkat # 1 Populer Peringkat # 2 Fiksi...