Part 25

3.4K 147 16
                                    


Keysa dari tadi diam duduk termenung dibawah kerlap-kerlip lampu malam.

Ia menoleh kanan kiri memastikan kapan Valen akan datang. Sudah jam 9 malam, namun Valen belum kunjung tiba.

Hatinya mulai gelisah. Apa Valen lupa? Apa malah sengaja tidak datang? Atau lebih tepatnya terlambat?.

"Neng nunguin siapa?" sapa lelaki paruh baya pada Keysa.

"Nungin temen, Pak" ucap Keysa lalu tersenyum. Keysa kan orang yang ramah.

"Ngak mau naik bianglala dulu?" tawar bapak tua paruh baya tersebut pada Keysa.

Keysa menoleh kearah bianglala. Permainan yang sering ditemukan dipasar malam, mungkin permainan ini ada daya tarik tersendiri.

Keysa tersenyum lebar mendapati bianglala yang besar dan tinggi ini. Keysa terkekeh kecil teringat dulu saat kecil dia sering teriak-teriak bila naik permainan ini karna dia takut ketinggian.

"Neng, ehh si enang ditanya malah senyum senyum sendiri."

"Eh, iya boleh, Pak" Keysa menerima tawaran itu ia lalu naik kedalam keranjang besar mirip seperti kandang burung.

"Gema" Keysa terkaget melihat lelaki yang ada dipojokan, karna bianglalanya terlalu ramai jadi tidak ada yang kosong.

"Keysa ngapain disini" tanya Gema menaikan satu alisnya.

Keysa terdiam dia malas memberi tau Gema ia menanti siapa, bisa-bisa ada kejadian tidak mengenakkan lagi.

"Cuman main" dusta Keysa ia lalu duduk disamping Gema.

"Kamu sendiri kenapa disini?"

"Ehh, itu- ehh nganterin Keponakan, tapi sekarang keponakanya masih main sama Mamanya, iya iya nganterin keponakan" Gema terlihat gugup.

Keysa terkekeh kecil melihat Gema yang gugup. "Apasih Gema, aneh banget."

"Keysa liat deh bagus banget" ucap Gema menunjuk kearah lampu-lampu jalan yang terlihat indah dari atas.

"Wahh iya, ketingian tidak terlalu buruk ternyata" ucap Keysa sambil terkagum melihat ini. Gema mengeleng heran dengan Keysa yang baru tahu.

Keysa mengosokan kedua tanganya berusaha memberikan rasa hangat. Malam yang dingin.

"Sa, kamu kedinginan?" tanya Gema, ia mencobot jaket hitamnya diberikan pada Keysa.

"Ngak usah" tolak Keysa tidak enak. Salah dia sendiri tidak bawa jaket.

"Pakai aja, aku kuat dingin kok" ucap Gema tersenyum lebar.

"Makasih ya" lirih Keysa lalu membenahi jaket Gema ditubuhnya.

"Ayok turun" ajak Gema membuka pintu bianglala.

"Ayo Sa kita maian yang lain" lagi-lagi Gema terus mengajak Keysa.

"Ngak aku disini aja" tolak Keysa ia termenung kembali menungu Valen tanpa bosan.

"Nungguin apa sih?" ucap Gema malas.

"Valen" lirih Keysa ia tetap memandang keseliling melihat dimana kah Valen sekarang?.

"Valen tidak akan datang!" ucap Gema datar namun mampu membuat Keysa tercenga.

"Maksudnya?" Keysa tidak paham. Dasar peramal.

"Iya tidak akan datang" Gema meyakinkan.

"Tau darimana kamu?" Keysa tidak suka Gema berucap seperti itu.

Tentu saja Gema tau kalau Valen tidak akan datang. Isi surat kemarin itu dari Tamira, Tamira yang buat atas nama Valen dan yang akan datang itu Gema, agar Gema bisa berdua dengan Keysa.

Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang