Tiga tiket kereta api Keysa berikan pada Juan yang duduk melamun, sempat Keysa mengebrakan meja agar Juan tersadar menatapnya."Kita berangkat nanti" ucap Keysa menatap Juan seakan berkata, puas lu sekarang!
Juan menatap Keysa penuh tanda tanya, seakan dia tidak percaya Keysa mau menerima ajakanya. Ini akan membuatnya sedih, bukan?
"Aku mau beres-beres" ucap Keysa singkat, mulutnya menyudut kesal dengan Juan yang tidak menangapinya.
"Ngak usah kesana" Keysa belum sempat masuk seutuhnya ke dalam rumah, tiba-tiba kakinya melangkah mundur kembali di hadapan Juan, dengan perkatanya berhasil membuat Keysa berdecik kesal.
"Harus jadi! Kamu ngak mau liat Tamira? Kamu ngak rindu?" tanya Keysa di hadapan Juan, kini ia sedikit menyondongkan mukanya agar dekat dengan Juan yang terduduk.
"Buat apa? Dia sudah milik orang" ucap Juan langsung mendapat omelan Keysa. Kini Keysa langsung duduk disamping Juan.
Keysa menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, menarik nafas dalam, mencoba memahami apa sebenarnya yang diinginkan Juan. "Kamu? Aku merasa bersalah" lirih Keysa.
Juan memincingkan alisnya, ia menatap Keysa lekat. Kini tangan Juan sudah berani memegang pipi Keysa, agar Keysa memandangnya.
Mata Keysa langsung kearah tangan Juan yang memegani wajahnya, ia lalu menatap Juan seketika Juan merintah untuk memandang.
"Bener lu ngak kenapa-kenapa?" tanya Juan lembut. Juan dari dulu tidak berubah meskipun bar-bar terlihat bobrok, tapi ia tidak pisa jika melihat wanita menangis karna tersakiti.
Keysa mengeleng. "Kata kamu dia sudah milik orang kenapa harus difikir, bukan?" ucap Keysa ia tersenyum sembari tanganya beranjak menurunkan tangan Juan.
Tarikan senyum lebar di bibir Juan. "Sana beres-beres" pinta Juan mendorong Keysa hampir saja kepalanya terpentok tembok.
"Iya" singkat Keysa lalu beranjak pergi masuk kedalam.
Juan ikut menyusul beranjak pergi. Marco yang di buat tercenga. Matanya tajam tersorot kearah Keysa yang sudah selesai bersiap-siap.
Marco melangkah mendekati Keysa yang sedang duduk disofa. "Sa!" pangil Marco dengan tatapan tajam setajam tajamnya.
Keysa menoleh dengan kerutan didahinya. Ia sedikit memundur kan tempat duduknya membiarkan Marco sangat dekat sekali. "Lu kasih tau Juan?" tanya Marco sedikit menaikkan nada bicaranya.
Keysa menunduk sedikit mengeleng. "Jawab! Keysa!" tegas Marco penuh amarah terhadap Keysa.
"Tatap gw!" pinta Marco lalu menarik paksa wajah Keysa untuk mendongak menatapnya. Wajahnya berdekatan dengan wajah Keysa hingga sangat terasa hembusan nafas keduanya.
"Aku ngak kasih tau Juan" ucap Keysa dengan wajah pacatnya. Ia baru tau jika Marco sungguh kasar.
"Terus, tau dari mana? Gw cuman mohon sama lu biar ngak ngasih tau Juan soal ini! Susah benget sih ngomong sama lu!" tegas Marco dengan sorot matanya yang sangat tajam.
"Aku ngak tau, kalau Juan bakal ngotak-atik henpon aku. Aku juga ngak tau kalau Tamira bakal ngetag aku" perjelas Keysa, membuat Marco membuang muka kesamping menahan geram.
Marco terus berfikir sambil menatapi Juan yang sudah mandi. "Kereta jam 3 sore" ucap Juan penuh bahagia, teraut di wajahnya.
"Lu kok semangat babget sih?" tanya Marco begitu curiga dengan Juan yang kini melangkah mendekat pada Marco dan Keysa.
"Iya dong" ucapnya singkat lalu duduk disamping Keysa.
"Besok hari peenikahan Tamira? Kenapa lu bahagia?" tanya Marco begitu bingung. Otak nya mulai berfikir ada yang aneh dengan Juan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]
Подростковая литератураBaca ,jangan lupa follow ,comen dan vote..😘 Belajarlah menghargai orang lain maka, kamu akan dihargai layaknya kau menghargainya.. ☺☺...... Peringkat #5 dosen Peringkat #1 ganteng Peringkat #1 Mahasiswa Peringkat # 1 Populer Peringkat # 2 Fiksi...