Part 38

2.4K 112 8
                                    


Tin tong tek dung, sekiranya seperti itu bunyi alarem setiap jam kerata yang sampai ataupun berangkat yang sangat ramai.

Keysa sudah sampai di stasiun Jogja. Ia menurunkan semua barangnya dengan perlahan. Matanya menghela nafas saat melihat di sekeliling stasiun yang masih lumayan sepi.

Kini dia berada di Jogja dan selamat tinggal Jakarta. Ia mengeret koper besarnya yang diatasnya ia taruh kardus buku yang banyak.

Tak lama Keysa menungu di stasiun Pakdhe Selamet dan Budhe Eka sudah sampai menjemputnya.

"Nduk wes gehde sak iki, yo" ( Nak sudah besar sekarang, ya) sapa Pakdhe Selamet lalu meneluk Keysa erat.

Dan di ikuti Budhe Eka. Mereka sangat senang menyembut Keysa. "Pakdhe sama Budhe sehat, kan?" tanya Keysa lalu bersaliman.

"Iyo, alhamdulilah waras, piye Mama mu nang kono yo waras to?" ( iya, alhamdulilah sehat, gimana Mama mu disana sehat juga kan?) Ucap Pakdhe Selamet begitu senang dengan kehadiran Keysa, kini rumahnya tidak akan sepi.

"Yowes ayo bali" ( ya sudah ayo pulang) ucap Budhe Eka yang terlihat tidak sabar sampai rumah dan bercengkram dengan Keysa.

"Iya Budhe" ucap Keysa lalu melangkah bersamaan sambil dirangkul Budhenya.

"Valen" lirih Keysa seakan sekilas melihat sosok yang mirip Valen. Ohh, tidak bayangan Valen selalu hadir.

"Valen sapa Nduk" ( Valen siapa, nak?) tanya Budhe Eka yang melihat Keysa terdiam melihati disebrang rel sana.

"Ehh, Budhe sama Pakdhe duluan Keysa kebelet pipis, nanti Keysa nyusul ke mobil" ucap Keysa lalu bersaliman dan berlari berlainan arah.

"Pakdhe tunggu nang mobil, aja suwi-suwi" ( pakdhe tunggu di mobil, jangan lama-lama) pinta Pakdhe Selamet lalu mengeret koper Keysa kedalam mobil.

"Valen" lirih Keysa ia menuju dimana ia melihat sosok yang mirip dengan Valen.

"Valen kamu dimana?" teriak Keysa yang mengema didalam stasiun.

Ia merosot dan terjongko dibawah bangku tunggu. Matanya mulai menangis, pekikan tangisnya mulai terdengar.

"Valen kamu jahat" teriak Keysa ia mengambil gantelan macan putih lalu ia lemparkan ke arah rel.

"Ntunnnn...." bel kereta api yang melintas. Gentelan tersebut tidak pecah tertelindas melainkan hanya ada dikolong rel.

Keysa menatap dengan mata sembabnya. Keysa merintih tangisnya semakin menjadi jadi. Ia meremas ujung lenganya menguatkan diri.

"Aku sayang sama kamu Valen!" teriakan  Keysa begitu mengema di stasiun siapapun bisa mendengarnya. Namun, keadaan stasiun masih agak sepi karna masih jam 3 hampir subuh.

"Jangan nangis" suara berat lelaki itu membuat Keysa mendongak. Ia memberikan sapu tanganya untuk mengusap air matanya.

Keysa mengerutkan keningnya, secepat mungkin dia mengusap air matanya dan beranjak berdiri.

"Ini ambil, ngak usah nangis di pinggir rel juga kalik" ucap cowok itu terus memberikan sapu tanganya.

"Ngak makasih" ucap Keysa lalu pergi dan mengambil gantelan macan putihnya.

"Habis nangis langsung pergi lari, aneh tuh cewek" ucap Cowok itu sambil tertawa renyah melihat sikap Keysa yang lucu.

"Woy, Juan, bangkek lu. Ini koper lu, malah ditinggal" ucap Cowok dengan kalung camera dilehernya.

"Gw nemu cewek aneh" ucap Cowok yang bernama Juan itu sambil tertawa.

"Au ah, lu mah cewek muluk. Nih bawa" ucap lelaki itu terlihat sangat kesal dengan Juan, ia menjatuhkan koper warna merah.

Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang