Part 71

2.6K 128 11
                                    


"Keysaaa!" teriak Valen frustasi dia melihat dokter mengeleng dan memegang denyut nadi Keysa yang sudah berhenti dan melipatkan tangan wanita itu.

Dia yang melihat dari balik kaca satu bulir air mata Keysa keluar dan menetes kebawah. Wanita itu terlihat sangat pucat saat itu juga. Matanya yang sembab penuh air mata dan pipi yang masih membekas deras tangisan.

Suasana sangat kacau. Tangisan-tangisan yang terdengar di ruangan itu, melihat wanita yang begitu kuat telah tertidur.

"Sayang! Jangan tinggalin Mama" teriak Lina di balik kaca. Dia merengek memeluk Gia seakan ingin anaknya kembali.

"Saya tidak tau akan seperti ini" ucap Gia sembari mengepuk-epuk punggung Lina agar lekas tenang.

Rara yang memegangi kaki Gia, mendongak. "Kak Isa kenapa bunda? Kok semua nangis?" tanya Rara dengan polosnya bingung. Dia tidak tau harus bersikap apa?

"Kak Isa udah pergi" ucap Gia memberi pengertian pada Rara yang masih kecil.

"Pergi kemana, Bunda?" tanya Rara yang bingung dengan suasana ini.

Valen tidak tahan lagi dia mendobrak ruangan dan menemui istrinya yang terbaring lemas, dingin dan tidak ada hembusan nafas. Dia menarik nafas kasar menatap bayi yang sudah di bersihkan di dalam box kaca bayi.

Matanya seakan sangat sendu melihat Istrinya jadi seperti ini. Dia memeluk perlahan Istrinya merasakan ke sayupan dalam tubuh Keysa. Hanya diam tanpa respon.

"Sa! Bangun! Kamu ngak boleh pergi!" teriak Valen mengguncangkan tubuh Istrinya. "Kamu wanita kuat."

Berulang kali Valen memeluk tubuh istrinya. Dia mencium keningnya dan juga pipinya. Sesal seribu sesal yang Valen dapatkan seakan-akan dia di tusuk seribu duri.

"Sa! Bangunn, katanya kamu pingin punya dede bayi! Pingin ngurus bayi!" ucap Valen lalu menggendong anaknya itu. Dia mencium kening anaknya.

Valen menghapus air matanya yang jatuh. Bayi itu terus menangis menatap Valen. "Biar aku Adzanin dulu, ya" ucap Valen lalu mendekat pada kuping anaknya.

"Allahu Akbar Allahu Akbar..." lirih Valen tepat dikuping anaknya. Hatinya terasa sakit sekali dimana dia pernah merasakan saat Bulan juga meninggalkannya.

Hal yang begini menyakitkan. Semua menyaksikan saat Valen mengadzani anaknya. Tangis semua orang semakin menjadi-jadi. Lina yang terus merengek meminta anaknya jangan pergi, Gia yang berulang kali dadanya sesak seperti terhantam, Gasello yang terus memukul tembok melampiaskan amarahnya.

Langit dan teman-temannya menunduk menahan begitu sesaknya hingga mereka menangis tanpa suara, tidak sanggup melihat kejadian ini. Semua mendengarkan Adzan lelaki itu yang dibarengi tangisnya.

"Allahu Akbar Allahu Akbar... Laillahailla Allah" Adzan Valen selesai dia mengusap air matanya. meletakkan bayinya yang begitu tenang di samping Keysa.

"Sa, coba liat anak kita lucu, ganteng, dia nangis terus, Sa minta susu" ucap Valen menahan isak tangis nya.

"Hay, ganteng, nanti ya Mama masih tidur" ucap Valen kepada anaknya yang terus menangis.

"Sa, bangun dong anak kita nangis, tidurnya jangan lama-lama, kasian anak kita haus" ucap Valen seakan-akan dia linglung jika istrinya sudah tiada.

Orang lain yang melihat dibalik kaca ikut menangis merasakan betapa sakitnya Valen. Jangan katakan lagi dia akan tersenyum dan terlihat seperti orang gila.

"Hay, Ayah, Mama, Tante. Keysa udah melahirkan anaknya sehat, iya kan, Sa?" ucap Valen melambaykan tanganya kekaca dengan tersenyum lebar. Dia juga bingung harus bersedih atau bahagia atas kelahiran anaknya dan kepergian istrinya.

Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang