Tubuh kurus kecil itu langsung terjatuh di atas kursi. Ia mengusap wajahnya yang sangat lesuh, entah apa yang membuat dirinya tidak bergairah. Sedikit membuka mata melihat jam di tangannya.
"Ehh. Pengantin baru kok pulang kerumah ngak baik, Sa" ucap Lina penuh khawatir dengan sikap Keysa. Ia takut anaknya ini sedikit bermasalah dengan rumah tangganya.
"Ma, Keysa cuman numpang istirahat sebentar nanti jam 3 sore Keysa balik lagi" ucap Keysa lemas. Ia tidak sangup lagi harus berjalan kaki sampai rumah Gasello.
"Ini udah jam setengah 3, kamu pulang sana" ucap Lina, bukan maksud mengusir tapi hanya takut dilihat tetangga. Nanti malah jadi fitnah, apa lagi pernikahan anaknya ini masih seumur biji jagung kalau orang tua dulu bilang.
"Iya, Keysa numpang mandi dulu" ucap Keysa beranjak bangun lalu menuju kamar mandi, agar sedikit bersemangat.
Lina sedikit agak tidak srek jika anaknya berlama-lama disini, bagaimana pun, dia sudah dinikahi oleh orang, jadi sepenuhnya bukan tanggungjawabnya lagi.
***
Mata Valen merenung, kini ia hanya bisa terpaku jongkok di makam Bulan, ia terlihat menelan ludah susah payah, menahan rasa rindunya. Jiwa, dimana ia mendapat ketenangan, mendapat kenyamanan, mendapat seluruh keistimewaan di dalam diri Bulan, kini sirna terkubur didalamnya.
"Aku salah? Masih mencintaimu?" tanya Valen yang hanya mendapatkan keheningan.
"Aku sudah menikah, ia aku sayang dengan istriku. Tapi, aku belum bisa mendapatkan hal yang pernah kamu berikan dulu. Aku tau itu butuh proses maka dari itu aku menikahinya agar lebih dekat" ucap Valen mencurahkan semua isi hatinya, tanpa fikir panjang ia memeluk ukiran nisan bertulisan Bulan.
"Dia orang yang sangat baik, lembut, sabar sepertimu. Tapi, tidak dengan nyamanmu, kenapa kamu tidak terlahir kembali?" ucap Valen lagi, ia semakin nyaman jika disisi Bulan. Rasanya engan sekali ia meninggalkan makam Bulan.
Tidak terasa lama ia ada disana, hingga rintikan hujan menyadarkanya. Setetes air hujan mengenei hidungnya yang mancung layaknya menara. Ia bergeges menuju mobilnya, sebelum itu berpamitan dengan Bulan seperti mencium nisan.
***
Hujan sangat deras sekali membasahi seisi kota, Valen yang mengendarai mobilnya melaju kenjang menuju rumah. Ia ingin ikut dengan Keysa dan Rara jalan-jalan sore. Tapi, sepertinya mereka akan dirumah karna hujan yang sangat deras.
Sesampainya Valen dirumah dengan sedikit Jas yang ia kenakan basah, ia lepas penuh pesona. "Sa?" panggil Valen sesampainya dirumah, seperti biasa rumah besar yang sepi, layaknya tanpa penghuni.
"Maaf Den, Non Keysa sama Non Rara nya masih pergi keluar" ucap salah satu pembantu paruh baya itu lalu menerima Jas hitam milik Valen.
Valen melotot, ia langsung berbalik arah menuju mobilnya. Mana mungkin? Ini hujan sangat deras sekali, mereka berdua malah keluar jalan-jalan!
"Bi, kabari kalau meraka sudah pulang" teriak Valen lalu menuju garasi mobil dan melaju kencang menerobos seluruh rintisan air hujan yang mengguyur.
Valen sedikit bingung, ia hanya berputar-putar diarea taman, dengan bajunya yang sudah basah tertimpa air hujan yang sangat deras. Sambil terus memanggil nama Keysa. Tapi, tetap saja tidak menemukanya. Hujanya sangat lebat hingga penglihatanya juga sedikit klabur.
Ia memutuskan naik ke mobil lagi dan memakai handuk yang tersedia. Ia mengendarai mobilnya perlahan sembari mengawasi sisi jalan.
***
Keysa memeluk Rara erat agar Rara tidak merasa begitu dingin. "Kak Isa Rara takut" lirih Rara memeluk Keysa sangat erat.
Keysa hanya bisa menggosok pungung Rara agar terasa hangat dan juga mengenakan rompi bajunya untuk menutupi tubuh Rara dari cipratan air hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku Seorang Dosen [TAMAT]
Подростковая литератураBaca ,jangan lupa follow ,comen dan vote..😘 Belajarlah menghargai orang lain maka, kamu akan dihargai layaknya kau menghargainya.. ☺☺...... Peringkat #5 dosen Peringkat #1 ganteng Peringkat #1 Mahasiswa Peringkat # 1 Populer Peringkat # 2 Fiksi...