36 • CERITA & KEDATANGAN SEYLA

771 78 7
                                    

Follow akun author dulu yuk!

Thank you and Happy reading!🤍

36. CERITA & KEDATANGAN SEYLA

Malam ini begitu dingin. Tepat sekarang baru jam tujuh malam. Perkiraan guru, pasti sampai rumah masing-masing pada jam sembilan malam atau sepuluh malam. Semua siswa dan siswi di antar satu persatu ke rumah mereka.

Sudah beberapa orang yang di antar dari bus itu. Namun sebagian juga memilih menunggu di sekolah agar orang tua mereka yang menjemput. Sama hal nya dengan Bulan. Gadis itu memilih menunggu di sekolah saja.

Yang ia tahu, Anya dan Kaila pun dama seperti nya. Dan, ternyata banyak yang memilih menunggu di sekolah. Rumah mereka juga banyak yang jauh, mungkin bisa memerlukan waktu yang banyak.

SMA Bhintara, penuh dengan orang tua siswi dan siswa. Mereka menuruni barang di bantu Ayah atau Ibu masing-masing. Bulan tersenyum saat menemukan Vano yang sedang berjalan menghampiri nya.

Tentu saja Bulan langsung menghambur ke pelukan pria muda itu. Vano mendekap nya hangat. "Gimana? Seneng gak?" tanya Vano kepada putri semata wayang nya itu.

Bulan mengangguk semangat. "Seneng banget Ayah! Seru! Kapan-kapan Bulan pengen kayak gitu lagi. Tapi sama Ayah sama Bunda aja." Bulan berujar membuat Vano terkekeh dengan ucapan putri nya.

"Bulan mau punya adek?" tiba-tiba Vano bertanya seperti itu. Dengan antusias Bulan melepaskan pelukan nya dan mengangguk mantap.

"Mau Ayah! Mana adek Bulan?" tanya nya gembira.

Vano tersenyum. Lalu membisikkan sesuatu di telinga putri nya. "Bunda sama Ayah dari buat. Besok kita lihat hasil nya ya." Vano terkekeh dengan ucapan nya sendiri. "Soal nya tadi Bunda mual-mual terus," lanjut nya.

Bulan cekikikan. "Oh, pantes Bunda gak ikut jemput Bulan. Tapi gak papa deh, kan dapet adek." kedua anak dan Ayah itu sama-sama tertawa bahagia.

Dengan adanya tatapan miris di kedua bola mata Bintang yang melihat semua nya. Hati Bintang kini benar-benar rapuh. Rasa nya sangat sakit sekali. Ribuan irisan tercetak di dada nya. Perih. Hanya perih yang menemani.

Dimana banyak nya seorang Ayah atau Ibu yang menjemput anak-anak mereka. Bahkan Renita tak tahu jika Bintang dari camping, karena Bintang tak mau memberi tahu nya. Toh, kalaupun ia memberi tahu, Ibu nya tak akan menjemput nya kan?

Bintang mengehela nafas. Tak lama ia mendengar keributan dari belakang nya. Lelaki itu menoleh. Menatap ketiga manusia yang beradu mulut. Dengan wanita paruh baya yang sedang menangis.

Dan Bintang kenal mereka. Mereka adalah orang tua Pelangi.

"Pelangi, ayo nak," lirih sang Ibu untuk membawa anak nya pulang bersama.

"Pelangi gak mau sama kalian! Kalian pulang aja. Kenapa mau jemput aku? Apa kalian gak ada kerjaan dari kantor? Apa kalian gak meeting? Jam segini kalian masih di kantor kan?!" bantah Pelangi dengan suara marah.

Ibu Pelangi menggeleng lirih. "Bukan gitu Pel—"

"Terus apa?! Mamah juga sama! Mamah gak sayang sama aku!"

Bintang [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang