12. Rintik hujan

597 83 2
                                    

Biasakan Vote sebelum membaca!

Gue ngebut nulis nih, karna kalo besok kuota gue abis buat ngupdate.

Makanya hargai ya!

Besok mungkin gak up (nunggu kuota kiriman dari bapak dulu:Vv)






Disini ada yang belum follow?

Follow gih, biar kalo update kalian gak ketinggalan notifikasi..

Rey masih mendekap Vanilla dalam pelukannya, keduanya masih bersimbah darah.

Rey merogoh kantungnya, mengambil ponsel dan menelfon Bodyguard nya.

"Cepat kesini sekarang! Saya ada di hutan dekat sekolah, bawa 20 bodyguard lainnya. Dan tolong bawakan satu baju Reyna, dan bajuku ke sini.." perintah Rey.

Rey mematikan ponselnya, dan menaruhnya kembali ke saku.

"Jangan nangis, bentar lagi Bodyguard gue kesini.."

Vanilla mengangguk, ia menghapus air matanya.

20 menit.

Para bodyguard Rey datang, berpakaian serba hitam dan kacamata hitam, ada lencana pengenal di dada masing-masing bodyguard. Mereka juga membawa senjata api di setiap saku mereka.

Mereka semua bodyguard terlatih yang khusus dipekerjakan untuk menjaga Rey.

Para bodyguard tadi membuat formasi lingkaran untuk menjaga Rey dan Vanilla. Mereka masuk ke mobil, dikawal hingga sampai apartemen.

Sebelumnya, Rey tak pernah dikawal seperti ini, karna ia ingin merasakan bagaimana menjadi anak biasa, tapi jika situasinya seperti ini, dia harus bisa melindungi Vanilla dari penjahat itu.

*****

Apartemen.

"Kenapa Lo bawa gue ke apartemen ha?" Tanya Vanilla.

"Kita gak mungkin pulang dengan keadaan bersimbah darah gini, orang-orang bakal berfikir buruk, ini apartemen pribadi gue, jadi gak akan ada orang yang ngliat kita.." jelas Rey.

Rey menyerahkan baju milik Reyna yang dibawa Bodyguard nya ke Vanilla.

"Ganti pakaian lo, baru kita pulang.."

Vanilla mengangguk.

Rey keluar dari kamar.

Vanilla pergi ke kamar mandi, menangisi dirinya.

"Kenapa..? Kenapa harus terjadi lagi Tuhan?!"

"Vanilla gak mau gini!!"

"Ini gak boleh terjadi lagi..!!"

Vanilla memukul-mukul tangannya ke tembok, ruas-ruas jarinya terluka.

******

Vanilla keluar dari kamar mandi, matanya sembab. Dia berjalan ke balkon.

Rey.

Dia sedang melihat Vanilla, dia sangat manis.

Vanilla sedang memejamkan matanya, merasakan rintikan air hujan mengenai pipi tembamnya.

Buliran air membasahi pipi Vanilla, membuat jantung Rey berdegup kencang. Aura natural sangat memancar di wajah Vanilla.

Vanilla menengok, melihat Rey yang sejak tadi sibuk memperhatikannya.

"Ekhem.." Rey menetralkan desiran jantungnya. "Udah..?"

Vanilla mengangguk.

"Mau pulang sekarang?"

Marshmellow {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang