35. Penjelasan

494 71 4
                                    

Update nya malem karna siang PTS, doain ya biar gue bisa Ranking 1 lagi:)

Aamiin.

Oiya, ini malam Jum'at. Buat umat muslim, udah baca al-kahfi belum nih? Hehe..



"Coba jelaskan apakah benar foto yang terpajang di Mading sekolah, dan Vidio yang tersebar di grup kelas itu benar kamu atau bukan?" Pak kepala sekolah bertanya.

Vanilla mengangguk lesu, walau semua pintu ruangan ini tertutup, tapi beberapa siswa berusaha mendengarkan dan mengintip lewat jendela, membuat Vanilla merasa takut.

"Tuh kan Pak, bener apa dugaan saya, mending keluarin dia aja deh dari sekolah ini.." tutur Keysha, membuat mata Rey melotot.

Pak kepsek menghela nafas, lalu bertanya lagi ke Vanilla. "Kamu tau, nama sekolah ini sedang dibicarakan dikalangan sekolah lain karna Rumor ini, banyak sekali yang mengira bahwa salah satu siswa saya orang gila."

"Loh pak, gak gitu dong. Mell gak gila! Dia bisa mengikuti pelajaran dengan baik.." Rey membela Vanilla, dan tangannya masih merangkul tubuh gadis itu.

"Jelas-jelas dia pergi ke Psikiater, pasti kan dia punya gangguan mental!!" Keysha menyela.

Beruntung Keysha perempuan, jika tidak, sudah pasti Rey menghabisinya detik itu juga.

"Kalo dia punya gangguan mental emangnya Lo merasa di rugikan?! Enggak kan?!"

"Kok Lo belain dia sih Rey, jelas-jelas dia gak waras, seorang pangeran gak mungkin bisa bersanding dengan gembel!"

"Jaga omongan Lo!"

Stop! Stop! Stop!
Pak kepsek melerai.

"Rey, keberadaan mu disini benar-benar membuat suasana me-rumit, silahkan keluar.." suruh Pak Kepsek.

Vanilla mengeratkan pelukannya, seakan memberi tanda bahwa ia tak mau ditinggalkan.

Rey menggeleng. "Maaf pak, disini saya berbicara atas nama Vanilla, saya kenal dia, dia tidak akan bicara jika ditekan seperti ini.."

Pak kepsek menghela nafas, dia berjalan ke arah Vanilla. "Dengan tujuan apa kamu ke Psikiater? Dia bertanya. "Gangguan mental apa yang kamu alami, Nak?"

Vanilla mencengkram tangan Rey, kepalanya menunduk.

"Privasi! Itu privasi." Rey angkat bicara.

"Rey, bapak bicara dengan Vanilla, bukan kamu.."

"Maaf pak, jika bapak menekan Vanilla, kesehatannya akan memburuk. Itu tidak baik." Jelas Rey. "Lagi pula, setiap orang punya privasi masing-masing kan?"

"Biarin dia jelasin Rey! Lo kenapa masih belain dia sih?! Kita semua juga pingin tau dia punya gangguan mental apa! Kali aja emang butuh ke RSJ!" Sambar Keysha.

"Denger Key, tidak semua harus diungkap di depan publik! Yang Lo lakuin itu salah! Lo menjatuhkan Vanilla lewat mentalnya, itu sudah termasuk pembullyan bukan?!" Tatapan Rey beralih ke Pak Kepsek. "Bapak seharusnya tau ini.." ucapnya.

Pak kepsek mengusap wajahnya kasar, karna bingung. "Benar Keysha, kamu salah.." tutur Pak Kepsek.

"Loh, bapak kok gitu sih?! Jelas-jelas dia cewe gak waras! Pasti dia orang gila!"

Tangan Rey menarik Keysha dengan kasar. "Jaga omongan Lo Key!" Otot-otot di sekitar leher Rey terlihat, dari tatapannya terlihat bahwa dia sangat marah.

Keysha meneguk saliva-nya. "Tapi emang kenyataanya gitu Rey!

"Gue gak gila." Vanilla bersuara, membuat Rey menoleh padanya. "Gue emang punya gangguan mental,"

Marshmellow {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang