68. Vanilla-Rey (TAMAT)

697 104 18
                                    

Iya tau, kalian nungguin part ini kan?

Hampir dua Minggu aku gak update, karna part ini benar-benar ilang') jadi harus aku tulis ulang.

Kalian tau kan gimana capeknya? Bahkan ini menembus 3000kata! So, aku harap kalian bisa NGEHARGAIN perjuangan aku yang nulis ulang part ini:)

Yang sider plis lah, ini part terakhir! Tolong tinggalkan kesan saat membaca part ending ini.



Vanilla baru saja selesai belanja, dia membeli banyak sekali baju untuk ia kenakan di New York nanti. Iya, Vanilla memutuskan untuk lanjut kuliah disana saja.

Di tengah-tengah perjalanan dia melihat sebuah toko Coklat kesukaannya. Dia pun memutuskan untuk mampir, walau hanya sekedar membeli beberapa coklat untuk memperbaiki mood nya.

"Tunggu sebentar ya Pak, aku beli coklat dulu.." tutur Vanilla pada supir pribadinya.

Pak supir pun mengangguk. "Iya, Non."

Vanilla pun berjalan menuju ke toko, baru saja Vanilla hendak membuka pintu toko, tapi pemandangan di dalam membuat mood nya hancur. Pintu toko coklat ini terbuat dari kaca, tentu saja Vanilla bisa melihat ada siapa di dalam sana.

Seseorang yang Vanilla sayang, sedang bercanda ria bersama wanita lain. Jujur, Vanilla tidak bisa pura-pura tegar, dia tak kuat melihat pemandangan tak mengenakkan itu.

Vanilla meremas gagang pintu toko itu, mengekspresikan perasaannya yang sedang hancur. Karena tak mau terlalu lama melihat Rey dan Michelle di dalam sana, Vanilla pun akhirnya mengurungkan niatnya untuk membeli Coklat. Dia memilih untuk pulang saja di rumah, dia bisa menyuruh Bi Asih untuk membeli coklat, nanti.

🌈🌈🌈

Vanilla melempar Sling bag-nyanke sembarang arah, mengusap wajahnya beberapa kali, dia terduduk di balkon kamar, menghilangkan rasa stress nya.

Apa ini akhir dari semua? Merelakan orang yang disayang dengan orang lain? Tidak di sangka takdir begitu mempermainkan Vanilla.

"Kenapa harus datang, jika akhirnya akan pergi?"

"Kenapa harus ada sayang, jika akhirnya akan hilang?"

"Kenapa?!"

Vanilla merogoh saku-nya, membuka galeri di ponselnya. Menemukan foto Rey yang terlihat bahagia di sana. Jujur, Vanilla rindu mengenggam tangan Rey, menggandengnya menyusuri pesisir pantai di sore hari, seperti dulu.

Flashback on!

Pulang sekolah ini hujan deras, hari sudah semakin sore. Supir pribadi Vanilla tak kunjung menjemputnya, Vanilla sudah sangat kedinginan di sini, dia ingin pulang.

Tiba-tiba ada seseorang yang memakaikan Vanilla sebuah jaket, menggenggam tangannya, dan kemudian memberi senyuman di wajahnya.

Tangan Rey menata poni Vanilla yang sedikit berantakan. "Kalo kedinginan itu ngomong ya cantik, jangan diem aja kaya patung!"

Vanilla tersenyum. "Kalo sayang bilang ya ganteng, jangan diem aja kaya orang gak punya mulut!"

Telunjuk Rey menepuk-nepuk bibir mungil Vanilla. "Udah ribuan kali aku nyatain sayang, kamu tuh yang cuma diem nyimpen perasaan!" Balas Rey.

Marshmellow {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang