48. Tuduhan

460 52 10
                                    

Scane humor-nya di pending dulu ya, kita masih berduka.

Jangan lupa votmen!




Sudah dua Minggu sejak kematian Reyna.

Rey masih saja meratapi kesedihannya, dia lebih senang menyendiri di kamar adiknya. Melamun selama berjam-jam dan menangis menjadi kesehariannya.

Raya dan Alvan pun tak kalah terpukul, putri mereka satu-satunya telah meninggalkan mereka. Susah payah mereka menyembuhkan penyakit Reyna, tapi pada akhirnya dia meninggal juga, bahkan dengan cara tragis seperti ini.

Sementara penyebab kematian Reyna masih diselidiki polisi.

Vanilla masuk ke rumah Rey setelah dibukakan pintu oleh Bi Ratih, dia melihat sekeliling. Rumah ini menjadi sepi dan minim suara semenjak kematian Reyna.

Sudah dua Minggu ini Vanilla rajin berkunjung ke rumah Rey, sekedar memastikan dan memberi kekuatan pada pacarnya itu.

Kali ini dia langsung berjalan menuju dapur, dia menghela nafas kala melihat makanan di meja masih utuh tanpa tersentuh. Vanilla yakin seluruh keluarga disini belum makan sejak pagi.

Vanilla pun mengambil dua piring, memberi nasi dan beberapa lauk, dia juga menyuruh Bi Ratih untuk membuatkan jus buah.

Setelah semuanya siap, Vanilla pun pergi ke kamar Raya dan Alvan, diikuti Bi Ratih di belakangnya sambil membawa jus.

Terlihat, Raya sedang duduk melamun sambil memeluk bingkai foto Reyna. Sementara Alvan duduk di balkon memandangi langit yang mulai terik.

Vanilla meletakkan makanan yang tadi ia bawa di meja, dia pun menghampiri Raya.

"Tante, udah ya sedihnya. Tante makan dulu.." pinta Vanilla.

Raya menggeleng. "Tante gak lapar Van,"

"Tante sama Om mau sampe kapan gini? Reyna udah tenang di sana, Reyna pasti sedih ngeliat Tante sama Om nyiksa diri kaya gini.."

Raya dan Alvan hanya diam.

"Semua yang bernyawa akan mati pada waktunya, bukan hanya Reyna. Kita semua juga akan mati di waktu yang ditentukan tuhan.."

"Tante nyesel Van, Tante nyesel ngijinin Reyna keluar malem itu." Raya menjawab dengan isakan tangisnya. "Coba aja kalo Tante gak ijinin, pasti Reyna masih ada di sini."

Vanilla memeluk Raya. "Ini semua bukan salah Tante, ini takdir. Tante harus ikhlasin Reyna, dan mulai membuka lembaran baru lagi." Vanilla memberi nasihat. "Sekarang hanya Rey anak satu-satunya Tante, kalo Tante terus-terusan gini, siapa yang bakal ngurus Rey? Siapa yang bakal ngasih Rey kasih sayang?"

Raya mengangguk. "Makasih Van, Tante bakal nyoba buat ikhlasin."

Vanilla tersenyum, kemudian Raya mulai melahap makanannya. Sementara Alvan pergi keluar, entah kemana.

🌈🌈🌈

Alvan duduk di tepi pohon tua yang rindang, semilir angin membuat perasaannya sedikit mereda.

Dia masih belum bisa menerima kematian anak bungsunya, dia bahkan lupa bagaimana caranya bahagia.

Hingga seorang wanita paruh baya seusia Alvan duduk di sampingnya. "Alvan yang gue kenal gak lemah!" Seru Wanita itu.

Alvan menoleh, dia tak percaya sahabatnya kesini, dia langsung memeluk erat tubuh Chelly, menumpahkan kesedihannya.

Chelly/bunda Vanilla memang kembali lagi ke Indonesia setelah mendengar kabar kematian Reyna.

Marshmellow {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang