Chapter 47

589 47 8
                                    

Sudah hampir seminggu setelah kejadian waktu itu, baik Bryan, Sean maupun Shabilla tak ingin menceritakan apa-apa tentang kejadian itu. Anehnya, setelah kejadian itu Bryan suka keluar ketika malam hari satu pun orang tak tau kemana perginya Bryan.

Pukul 10.11 WIB, mereka sedang istirahat sekarang. Begitupun dengan siswa-siswa kelas 12 IPA 3. Setelah kejadian itu besoknya, Diandara benar-benar pindah ke SMA Dirgantara dan duduk di samping Bryan.

''Yan ikut dong kalo pergi malem-malem, kalo hp gue dering berkali-kalikan mudah tinggal kasih ke lo,'' ucap Verrel sebab beberapa hari ini setiap malam tidurnya terganggu karena handphone-nya terus saja berdering.

''Gue kira cuma gue, lo juga Ver? Apa lagi kalo Diandara yang nelpon duh kagak cukup sekali dua kali dering kalo kagak kita angkat.'' ucap Reino menyetujui ucapan Verrel.

''Ya salah kalian dong, kalo di telpon itu di angkat kek gak usah bikin orang menerka-nerka. Gak baik itu,'' ucap Diandara membela diri.

''Halah, Dar. Kita angkat juga lo bakal nelpon berkali-kali lagi,'' ucap Reino.

''Ya soalnya kalian suka bohong!'' sarkas Diandara menatap sinis ke arah Verrel dan Reino.

Perang mulut antara Verrel, Reino dan Diandara berlanjut lagi. Memang semenjak Diandara masuk, di hari pertamanya sekolah Diandara sudah sering berdebat oleh Reino dan Verrel.

''ARGGH MULUT KALIAN BISA DIAM GAK SIH?!!'' bentak Diandara dengan muka merah sebab menahan emosi, sedangkan Bryan hanya duduk diam di samping Diandara sambil memakan bakso yang ia pesan.

''Bryan! Belain gue kek makan aja lo,'' ucap Diandara meminta bantuan sambil bergelayutan manja di lengan kekar Bryan.

''Ya kali minta bantuan or—''

''Oh shit?!! Diandara lo gak liat gue gak ngapa-ngapain lo,'' ucap Verrel dengan nada tak santai sebab dengan sengaja Diandara menumpahkan mangkuk bakso miliknya ke tubuh Verrel.

''Lagian kesel, lo sih.'' ucap Diandara mengerucut bibirnya, dan berjalan mendekat kearah Verrel.

''Verrel maaf ya, serius Dara kesel lagian sih masih cari masalah kan Dara udah gak mau debat lagi,'' ucap Diandara di sela membersihkan baju Verrel dengan tisu yang tersedia di meja kantin.

''Lo niat gak sih minta maaf?'' tanya Reino yang mendengar ucapan Diandara.

''Ahh Reino diem, Dara masih kesal tau sama kalian berdua.''

''Nangis Dar? Yaelah masih kayak jaman SMP aja lo—''

''Diandara?!!''

''Ya makanya kalo di suruh diem ya diem, Dara refleks.'' ucap Diandara yang sengaja menyiram air tepat di muka Reino.

Bryan menahan tawanya melihat ketiga orang yang yang masih berdebat di depannya ini. Sungguh konyol pikirnya.

''Hai,'' sapa Shabilla yang baru saja kembali dari perpustakaan.

''Shabilla, maafin gue ya,'' sambar Diandara yang masih membersihkan baju Verrel.

''Why? Dan baju seragam Verrel juga kenapa?''

''Arggh Dara kesel sama dua bocah ini, gak sengaja nyirem kuah bakso ke Verrel. Dan nyirem Reino sama air mineral,'' sesal Diandara.

''Hah? Serius? Reino apa siramannya masih kurang? Gue bersedia kok jadi kang siram,'' ucap Shabilla dengan wajah berbinar.

''Billa benar-benar keturunan setan!'' umpat Reino sedikit pelan, tentu Shabilla mendengarnya.

''Maksud lo apa huh?'' ucap Shabilla sambil menjambak rambut Reino.

NERDY GIRL [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang