Part 54

20.3K 1.4K 279
                                    

"Yaampun, Jino! Kamu apa-apaan sih nak?!" panik Izel menghampiri Nana dan juga Jino serta menatap khawatir Gendis yang tak sadarkan diri.

"Anak ini kurang ajar, mendorong anak saya sampe pingsan." jawab Gion--papa Gendis.

"Jino, bunda ngga pernah ajarin kamu buat nyakitin orang lain tanpa alasan apalagi nyakitin cewek." Izel menatap Jino tajam.

"Dia duluan yang udah nyakitin kak Nana, bunda. Jino ngga terima!"

"Nyakitin gimana sih dek maksud kamu? Orang tadi mereka berdua lagi ngobrol."

Saat Jino hendak menjawab, Nana memelototinya, mengisyaratkan agar Jino tutup mulut.

"Maafkan anak saya ya pak, mungkin dia ngga sengaja. Saya mohon maaf untuk itu."

Jino memutar bola matanya malas. Tangannya yang terkepal sudah sangat gatal ingin menghajar orangtua sipembangkang dihadapannya yang dengan tak tau malu kembali datang dan mengabaikan peringatannya tempo hari lalu.

"Kalo sampe anak saya kenapa-napa, saya pastikan akan menyeret kamu ke kantor polisi." ancam Gion yang membuat Jino mendengus.

"Bun, kita kesana lagi aja yuk!" Nana menarik Izel untuk menghampiri Yuna yang masih duduk setia di kursi tunggu.

Setelah melihat bunda dan kakaknya menjauh, Jino menunjuk wajah Gion, "lo emang situa bangka bebal. Gue pastiin setelah ini hidup anak lo ngga akan tenang."

Wajah Gion menegang, namun ia tak takut akan ancaman Jino yang menurutnya hanya gertakan dari anak kecil.

"Saya benar-benar melaporkan kamu kalau sampai itu terjadi."

Jino menyeringai tipis, "asal anda tau, gue kebal hukum. Kalopun gue dipenjara, bokap gue akan dengan senang hati buat bebasin gue dari ruang teralis sempit itu, Tuan Gion."

"Kamu tidak tau siapa saya? Saya bisa saja membayar orang untuk menyingkirkan kamu. Dan menghilangkan mayat kamu tanpa jejak."

Jino menutup mulutnya pura-pura terkejut dan takut atas ucapan Gion, lalu ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya sambil terkekeh, "gue udah rekam ancaman anda barusan, Tuan Gion yang terhormat. Sekarang gue yang bisa nyeret dan laporin anda ke polisi. Gimana, tertarik?"

Jino menyeringai puas saat wajah Gion memerah menahan amarahnya.

"Singkirkan anak anda, atau saya yang akan menyingkirkan kalian berdua? Hm?"

"Kamu--"

"Ah jangan berfikir buat menikahkan anak anda dengan Fares, karena kalau sampai itu terjadi, nyawa anda bayarannya. Paham?"

Jino langsung pergi menyusul kedua anggota keluarganya.

Dan Gion mengumpat, karena bisa-bisanya ia terusik oleh ucapan bocah ingusan.

Di depan ruang rawat Fares mulai diramaikan oleh kehadiran teman-teman dekatnya, Lingga, Leo, Pandu dan anggota inti OSIS lainnya.

"Kita pamit pulang dulu ya tante, besok besok kita jengukin Fares lagi." pamit Pandu mewakili teman-temannya pada Yuna.

Teman-teman Fares sepulang sekolah menyempatkan untuk menjenguknya. Alhasil, mereka semua masih menggunakan seragam sekolah saat tiba di rumah sakit.

"Makasih ya nak, kalian hati-hati dijalannya."

"Neng cangtip, kalo Fares udah siuman, kabarin kita ya?" ucap Leo pada Nana yang sedari tadi diam.

"Iya Bang." jawab Nana sekenanya.

Setelah kepergian teman-teman Fares, tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tangan Nana.

"Pulang! Kamu ngga seharusnya ada disini."

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang