Kedua mata Nana perlahan membuka, hidungnya mencium bau khas tempat yang tak ia sukai seumur hidupnya. Saat matanya telah benar-benar terbuka, ternyata benar, ia sedang berada di rumah sakit saat ini.
Posisinya tengah berbaring di brankar dengan tangan kanannya yang terpasang cairan infus.
Dan di sebelah kanan brankar, Nana melihat seseorang yang sedang menatapnya tajam sambil menyilangkan kedua tangannya, Fares.
"Res, Jihan."
Fares berdecih, lalu kedua bola matanya memutar malas. Ia berdiri dari posisinya dan berjalan menuju sofa yang terletak tak jauh dari tempat duduknya saat ini.
Nana yang tak kunjung mendapat respon dari Fares langsung memanyunkan bibirnya, ia sangat tahu Fares sedang marah padanya. Dan jika Fares marah, sebanyak apapun Nana bertanya tak pernah akan digubrisnya.
"Makasih ya ganteng, udah dateng tepat waktu tadi malem."
Nana tahu, Fareslah yang telah menyelamatkannya dari Kevlar yang akan menghabisi nyawanya. Ia sangat hapal dengan suara cowok yang selalu menjaganya sedari kecil itu.
Fares tetap memilih diam sambil memainkan ponselnya. Tak lama pintu ruangan terbuka dengan kedatangan seorang dokter wanita dan satu orang suster yang mengikutinya dari belakang.
"Saya cek kondisi pasien dulu ya mas?" tanya dokter tersebut pada Fares yang hanya dijawab anggukan pelan.
"Dok, kapan saya udah boleh pulang? Hari ini?"
Dokter dan suster yang berada disisi kanan dan kirinya tersenyum mendengar pertanyaan Nana yang sangat menunjukan antusiasnya untuk pulang.
"Kalo dari hasil pemeriksaan saya, kondisi anda sudah membaik. Mba hanya syok dan memar dilehernya akan segera hilang. Tidak ada hal serius yang lain, mungkin hari ini sudah bisa pulang dan istirahat dirumah. Kalau begitu saya permisi. Sus? Tolong bantu untuk melepas infusnya ya?"
"Baik dok," jawab suster wanita yang diperkirakan berumur sekitar 30 tahunan.
Nana menjawab dengan anggukan sambil tersenyum.
Saat dokter yang memeriksanya telah keluar, Fares juga ikut pergi dari ruangan lalu menutup pintu yang membuat Nana mencebikan bibirnya.
"Dasar tukang ngambek!"
Suster yang tahu siapa yang dimaksud Nana langsung terkekeh pelan, "pacarnya ya mba?"
Nana terkejut dengan pertanyaan suster yang tengah tersenyum kearahnya, "hah? Saya pacaran sama dia? Gila aja sus!"
"Loh kirain saya mas itu pacarnya mba. Soalnya pas bawa mba ke rumah sakit ini dia teriak teriak manggil dokter sambil marah-marah dan wajahnya terlihat sangat panik."
"Se--serius sus?" tanya Nana berpura-pura terkejut, padahal ia sudah sangat tahu dengan kebiasaan Fares yang satu itu. Fares memang akan sangat panik kalau tau Nana sedang terluka atau sakit. Entah dia kerasukan setan atau memang kepanikannya itu natural.
Saat suster telah melepas infusnya Nana teringat satu hal, "eh iya sus, saya mau tanya. Pas saya dibawa kerumah sakit ini, ada pasien lain ngga yang dibawa sama mas yang suster maksud tadi?"
"Kalau setau saya ngga ada mba. Mas tadi hanya membawa satu pasien dari mobilnya, yaitu mba."
"Oh, gitu ya. Yaudah makasih ya sus." suster tersebut mengangguk lalu permisi untuk keluar.
"Kalo Fares cuma bawa gue ke sini, terus dimana Jihan sekarang? Bukannya sebelum gue ngga sadar dia juga pingsan?" tanya Nana pada diri sendiri.
Nana mencari ponselnya, ia harus segera menghubungi Jihan untuk menanyakan kondisinya saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Teen Fiction[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...