Part 31

19.1K 1.2K 110
                                    

Nana menghembuskan napas saat sampai dikelasnya, mood nya untuk mendengarkan mata pelajaran yang sedang dijelaskan guru didepannya sudah benar-benar hilang. Setelah mengganti seragamnya di toilet tadi, Fares mengantarkannya ke kelas agar Nana bisa mengikuti mata pelajaran walaupun terlambat.

"Sssttt," Niken memanggil Nana dengan siutan kecil agar tak ketahuan yang lain. Nana menoleh dengan raut wajah tanda tanya.

"Lo kenapa?" Niken kembali bertanya dengan berbisik, Nana yang enggan menjawab hanya mengangkat bahunya acuh. Ia lebih memilih menelungkupkan kepalanya di meja dan meletakan buku tulis di depan kepalanya, hingga guru tak akan melihatnya tengah tertidur.

Sedangkan ditempat lain, Fares tengah rapat bersama anggota OSIS inti yang totalnya sebanyak sepuluh orang, Fares menggunakan jam kosong kelasnya untuk rapat mengenai seleksi turnamen sekolah yang akan digelar.

Fares menjelaskan dengan detail rangkaian aturan untuk menyeleksi anggota yang bisa mengikuti pertandingan nanti dengan ketat.

"Pastiin kalo yang ikut seleksi ngga punya penyakit bawaan apapun selain skill sama all out fisiknya bagus. Gue ngga mau kita teledor soal ini, atau nanti malah jadi boomerang buat kita. Paham?"

Semuanya mengangguk mengerti. Leo mengangkat tangannya hendak bertanya, dan Fares mempersilahkannya.

"Kalo yang daftar nanti kebanyakan anak kelas dua belas gimana Res?"

"Kalo bisa prioritasin anak kelas sepuluh sama anak kelas sebelas dulu, kasih mereka kesempatan buat ikut turnamen ini. Karena kelas dua belas kan mayoritas udah sering ikut."

Leo mengangguk sebagai jawaban. Kini Pandu yang mengangkat tangan untuk bertanya, "jadi dua anak yang dateng ke ruangan kita waktu itu lo acc buat dijadiin list seleksi?"

Fares terdiam beberapa saat lalu mengangguk, "iya, gue acc. Tapi pokoknya mereka tetep harus ngikutin peraturan dengan ketat, jangan di beda-bedain."

Pandu tersenyum dan mengangguk singkat, "ah kan selama ini lo yang beda-bedain Nana, Res." celetuk Lingga dengan nada jenaka.

"Jiahhh, bener lo Ga. Neneng Gendis aja lewat kalo soal itu, " Leo menimpali dengan gelak tawa yang menggoda, hingga membuat ruangan yang tadinya hanya diisi oleh diskusi serius berubah menjadi berisik.

Fares hanya menggeleng, bagaimanapun ia sangat tau kelakuan para sahabatnya yang kelewat gesrek.

"Awas Res, inget ah hati lo punya siapa," Lingga masih belum puas menggoda Fares.

"Berisik ya bacot lo Ga," jawab Fares, jika sudah begitu, Fares sedang dalam mode santai, karena diskusi mereka pun sudah dianggap selesai.

"Emang dia siapanya lo Res?" kini Pandu bertanya dengan rasa penasaran, walaupun seantero sekolah tau kalo Fares selalu melindungi Nana, tetap saja Pandu ingin tahu jawaban dari Fares langsung.

"Ndu-Ndu, pake nanya lagi lo! Ya bidadarinya Fares lah! Hahaha." bukan Fares yang menjawab, melainkan Leo. Jawaban Leo itu langsung mendapat lemparan balpen yang sedari tadi digenggam Fares hingga membuatnya meringis pelan.

"Yang jelas, dia penting buat gue," jawaban Fares memang selalu seperti itu, ambigu.

"Udah lah Ndu, lo ngga akan paham hubungan Fares sama Bonanza, gue aja temennya bisa mabok kalo mikirin itu. Lebih dari algoritma ribetnya anjir!"

Ucapan Leo tentu mendapat delikan tajam Fares, sedangkan Pandu hanya terkekeh, "lebay lo, Le. Lo ngomong gini karena ngga ada cewek yang bisa lo anggap 'penting' kan?" hardik Pandu yang langsung membuat Leo tersenyum masam.

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang