Part 38

18.4K 1.1K 56
                                    

Motor Nana--ah lebih tepatnya motor Jihan yang ia pinjam telah tiba di sebuah bangunan bercat merah muda yang membuat matanya silau karna warna terang itu.

Nana masih menggunakan seragam sekolahnya, karena sepulang sekolah tadi ia langsung kerumah Jihan dengan meminta Niken untuk mengantarkannya setelah mereka latihan basket.

Paksaan Jihan yang ingin ikut bersamanya tak Nana gubris. Ia tak ingin Jihan malah terlibat masalah baru karena Jihan memang tak terlalu terlibat dengan hal ini.

"Cih, penyamaran gila." geram Nana yang lalu kemudian masuk ke dalam bangunan tersebut.

Benar, saat masuk aroma alkohol yang kentara menyeruak di indera penciuman Nana. Beberapa dari mereka yang sedang berpesta minuman, bermain kartu, merokok, bahkan tertawa lepas selayaknya orang gila melihat kehadiran Nana dengan wajah yang terkejut bukan main.

"Ckckck. Death Angel's sekarang ternyata ngga ada bedanya sama geng motor urakan."

Ucapan Nana berhasil membuat nyali sebagian dari mereka ciut. Namun banyak juga yang melihatnya sinis. Dan mata-mata yang tengah menatapnya sinis itu bisa Nana pastikan adalah new member yang telah direkrut si ketua, Zidny.

"Finally, ex leader kita datang kesini." Cewek yang berambut sebahu dengan wajah imut baru saja keluar dari balik pintu. Siapa lagi kalau bukan Zidny, mantan sahabat yang mengkhianatinya dulu.

Zidny mengikat rambut yang terurainya dengan asal, ia mengikuti jarak antara mereka berdua. "Bonanza Dandil Dimitri. Cewek bringas panutan kita dulu. Yang tak kenal kata 'ampun' untuk siapapun yang ia anggap musuh. Bersediakah kembali dengan kami?" ucapnya seolah sedang memberi pengumuman penting untuk yang berada di ruangan itu. Walaupun sebagian besar dari mereka sudah sangat tahu tentang Nana.

"Ngga perlu basa-basi. Ngapain lo nyari gue, traitor? Udah siap mati ditangan gue?" seringaian lebar Nana membuat Zidny terkekeh pelan. Mungkin bagi siapa saja yang baru melihatnya, cewek itu nampak lucu saat sedang tertawa ditambah wajah imutnya yang mendukung.

Namun siapa sangka, tipuan wajah imut Zidny lah yang berhasil membuat Nana menyesal karena telah pernah sangat mempercayainya dulu.

"Lo pasti ingetkan gue pernah ngirim lo chat? Tapi lo ngga bales, jadi gue cariin lo ke sekolah yang ternyata lo udah ngga disana."

"Angel--ups sorry, maksud gue Nana. Kita mau lo balik ke Death Angel's. Gue minta lo lupain masalah dulu yang ngga terlalu penting itu."

Angel--panggilan lamanya seolah menghujam dada Nana dengan keras. Ia sungguh tak ingin mendengar panggilan sialan itu.

"Lupain lo bilang? Setelah sampe saat ini gue biarin seorang pembunuh berkeliaran, lo masih bisa bilang lupain?! Lo emang cewek tolol!" deru napas Nana mulai menggebu, kendali emosinya yang lemah memang yang disukai oleh lawan bicaranya saat ini.

"Ck, dia emang pantes mati. Angel--"

"--STOP CALLING ME THAT, BITCH! Udah cukup gue jadi sasaran perbuatan bejat lo! Lo harus tanggung jawab sama perbuatan lo!"

"Tanggung jawab? Come on. Gue bahkan ngelakuin semua itu buat lo. Biar lo bisa dapetin cowok yang lo mau, dengan nyingkirin penghalangnya."

"Dia ngga salah! Lo bunuh orang yang ngga bersalah, sialan! Lo gila!"

Seringaian Zidny kian terlihat mengerikan. Ia menyelami tatapan Nana yang kelam.

"Angel, dia salah. Cewek itu udah jadi penghalang lo buat dapetin Sergio! Harusnya lo berterimakasih sama gue! Lo--"

BONANZA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang