Kedua mata Fares perlahan terbuka, tidurnya kali ini terasa sangat nyaman dan nyenyak. Lelaki itu tersenyum saat melihat wajah pulas Nana yang tepat berada lima senti dari wajahnya. Hembusan napas tenang Nana sangat terasa karena jarak mereka yang begitu dekat.
Fares menarik kepala Nana ke cekukan lehernya, ia tahu tabiat Nana yang sulit terusik dan terbangun saat tidur, dan benar saja, Nana malah mengeratkan pelukannya pada Fares seperti tengah memeluk guling, dan wajahnya menelusup masuk ke leher Fares.
Semalam Fares memang mabuk, tapi kesadarannya tak benar-benar hilang. Fares memanfaatkan keadaannya untuk mendatangi Nana dan mengucapkan isi hatinya. Walaupun Fares tak mendengar jawaban Nana mengenai ucapannya, tapi Fares senang karena Nana ternyata masih peduli padanya.
Untung hari ini adalah hari Minggu, yang mana Fares akan memanfaatkannya untuk menahan Nana seharian dan menghabiskan waktu bersama gadis itu. Seringaian kecil muncul dibibirnya. Fares lalu kembali memejamkan matanya, namun ponselnya yang berdering membuat mata itu kembali terbuka dan Fares langsung meraih ponselnya.
Melihat id caller yang tengah menelponnya, Fares langsung mengangkatnya sambil tangannya mengelus pelan rambut Nana agar membuatnya tetap lelap.
Hm? Kenapa?
Udah bangun? Lari pagi yuk?
Kita udah lama ngga olahraga.Gue ngga bisa hari ini Dis, minggu depan ya?
Yaaah. Kenapa emangnya?
Fares terdiam sesaat, sedaritadi ia mencoba berbicara sepelan mungkin.
Gue ada acara.
Lo mending dirumah.
Nanti malem gue kesana, bawa makanan kesukaan lo. Gimana?Janji ya?
Yaudah deh, bye Fares.Bip.
Fares lalu kembali menaruh ponselnya. Ia memang tak sepenuhnya membohongi Gendis. Karena acara yang Fares maksud adalah kebersamaanya dengan Nana.
Kepala Nana bergerak pelan, Fares tau kalau cewek itu akan terbangun sebentar lagi, Fares lalu pura-pura memejamkan matanya agar Nana mengira dirinya masih tertidur.
"Engghhh..." lenguhan Nana dengan kedua mata yang terbuka perlahan. Fares mendengar Nana menguap lebar dan merenggangkan ototnya. Ia bisa menebak kalau Nana masih belum sepenuhnya sadar.
"Astaga!" nahkan. Dengan pekikannya barusan baru menandai kesadaran Nana yang full telah kembali.
Diposisinya yang masih terduduk, Nana melirik Fares yang masih tertidur. Dengan gerakan yang ia buat sepelan mungkin, Nana perlahan menurunkan kakinya, Nana tengah mengutuk dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia tertidur dikamar Fares, nyenyak pula. Sialan!
Baru saja akan berdiri, tangan Nana langsung digenggam Fares dengan mata lelaki itu yang kini sudah terbuka.
"Mau kemana?" Fares bertanya dengan suara khas orang bangun tidurnya. Nana berdehem pelan untuk menetralkan suasana hatinya yang tak karuan.
"Pulanglah! Ck, lepas!" nihil. Fares si keras kepala masih betah menggenggam tangannya.
"Kita jogging di taman komplek. Mau?" pertanyaan Fares sontak membuat kepala Nana menoleh kearahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BONANZA [Completed]
Jugendliteratur[FOLLOW DULU, BEBERAPA PART DI PRIVATE] Family Series : 2nd Disarankan membaca cerita GRIZELLE terlebih dahulu. -- Bonanza Dandil Dimitri, anak sulung dari pasangan Gavandra Adilhaq Dimitri dan Grizelle Danisya Roger yang merupakan gadis pemberontak...